Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

madah tigapuluhsembilan

“Kehidupan adalah yang mestinya bukan suatu kemalangan dan jalan menuju ketiadaan adalah satusatunya yang baik dalam kehidupan”    Arthur Schopenhauer. Jika ada anak dalam usia muda yang sudah berhenti berdoa,  Leo Tolstoy-lah orangnya. Di usia 16, doktrin religius telah mengecewakannya. Doa ia tinggalkan, puasa tak dilakukannya, juga gereja tak lagi ia kunjungi. Sampai akhirnya di usia 18, keyakinan kristen ortodoks jadi sesuatu  yang ia sebut "doktrin religius yang tak berperan dalam kehidupan." Di usia 18, Tolstoy praktis dalam arti tertentu, menjadi atheis. "Pada usia 18 tahun, aku tak lagi mempercayai apapun yang pernah diajarkan." Tolstoy barangkali gamang. Di usia mudanya, ia membaca filsafat Yunani, pemikiran Voltaire, Schopenhauer, dan juga Kant. Untuk nama terakhir ini, bisa kita katakan adalah filsuf yang memang tak menolak dan tak mengimani tuhan: agnostik. Dan Tolstoy sepertinya juga demikian, "apa yang bisa kupercayai tak bisa kukatak...

madah tigapuluhdelapan

"Tidak ada misi yang lebih rumit, lebih gawat, daripada pergulatan orang dengan jiwanya sendiri.." Begitulah ungkapan Duong  Thu Huong. Tulisannya dalam   Beyond Illusions , begitu menggetarkan. Dalam katakatanya itu ada getir, sekaligus tentu saja, getar. Di tahuntahun komunisme berjaya di Vietnam, getir sekaligus getar itu menjadi hal yang menjulang dalam sorak sorai revolusi tanpa batas. Tapi juga, akhirnya harus redup untuk sebuah jalan yang telah ditetakkan partai: realisme sosialis. Di Vietnam, seperti negerinegeri ketika komunisme akbar dipuja, sastra dan seni hanya berarti bahwa realisme sosialis adalah satusatunya ekspresi yang mampu membangun kebudayaan yang luhur. Maka, akhirnya itu jadi kebijakan, partai mengambil alih, dan sastra serta seni hanya bisa bicara dua hal: revolusi dan aturanaturan sastra partai. Tapi pernah suatu saat partai sadar dan berbenah. Di tahun 1987, pasca perang yang amuk dengan pihak sekutu, partai mengambil cara yang tak ...

madah tigapuluhtujuh

"Masalah manusia adalah yang paling penting dari segala masalah" Begitulah Ali Syariati memandang sebuah persoalan. Dimulai dari manusia dan menuju manusia. Sebab "agamaagama di masa lalu merendahkan kepribadian manusia, meremehkan posisinya di atas dunia, dan memaksanya agar mengorbankan dirinya di hadapan para dewa atau tuhan." Jika ia pernah mengatakan " dari mana kita mesti mulai?", maka soal utamanya bisa jadi adalah manusia. Nampaknya humanisme tidak selamanya milik barat. Ali Syariati, kawan karib Sartre ini, juga punya cara membilangkan humanismenya dengan daya yang meletupletup. Humanismenya, yang meletupletup itu, ia sebut sebagai "mahluk bidimensional, rekan Allah, sahabatNya, pemegang amanatNya dan murid utamaNya... yang dikaruniai misi agung agar dilaksanakannya di muka bumi." Dengan begitu, manusia yang bidimensional diyakininya sebagai orangorang yang punya misi khusus, orangorang yang datang di muka bumi untuk men...

Madah Tigapuluhenam

Belakangan ini ada yang mencolok di dalam layar kaca; India dan Korea. Di layar kaca kita, India dan Korea akrab melalui drama dan sinetron. Nampaknya ada yang terasa aneh, sebab lebih dulu Malaysia lebih awal kita tonton berjamjam melalui kartun Upin dan Ipin itu. Tapi siapa yang bakal menonton kartun yang kental dialek Malaysia itu selain anakanak. Dan dari ceritacerita itu, saya banyak mendengar anakanak yang tumbuh bersamaan dengan kartun yang diimpor itu, lebih fasih dialek Malaysia dari pada bahasa ibunya. Adakah yang salah dari itu? Tapi kita sebenarnya harus waswas. Zaman global seperti sekarang, banyak yang menjebol batas. Hingga terkadang sampai sulit kita bendung. Akhirnya banyak hal yang harus dilindungi dari sesuatu yang berbau "luar." Banyak hal yang mesti dipertahankan, juga budaya. Saya rasa, dari "yang luar"  itu bukan saja sudah bisa bikin waswas hati kita, tetapi juga makin jadijadi setiap hari. Sebab di ruang paling pribadi, kita s...

madah tigapuluhlima

Tak semua pendidikan itu bermaksud luhur. Juga tak semua kaum terdidik itu berbudi baik. Barangkali jika pendidikan diartikan sebagai diskursus wacana yang tak sepi dari kekuasaan, maka pendidikan sudah persis seperti kancah politik. Foucault, seorang poststrukturalis, melihatnya sebagai medan yang selalu dibentuk dan diarahkan berdasarkan hasrat kekuasaan yang inheren di dalamnya. Di mana ada keinginan untuk berpengetahuan, maka di sana juga ada hasrat atas kekuasaan. Saat demikian, yang luhur jadi lumpur. Yang bermaksud menciptakan manusia yang bermartabat justru menyisihkan budi dan pekerti. Kekuasaan memang merusak yang agung, sebab di alam manusia, yang agung adalah sebaliknya; hasrat kekuasaan. Orang yang paham betul dengan praktik pendidikan semacam itu barangkali adalah Paulo Friere, seorang filsuf pendidikan. Dari pengamatannya di Brazil, pendidikan yang identik dengan kekuasaan jamak diresahkan. Tetapi keresahan yang jamak bagi Friere sama halnya sebagai masal...

madah tigapuluhempat

Media massa banyak mengubah dunia, juga membuat manusia bisa takjub. Tapi sebenarnya dunia tidak berubah sepenuhnya, yang sebenarnya berubah adalah persepsi tentang dunia. Dan ketakjuban atas itu, dari dampak media yang memperpanjang jangkauan manusia, ditunjukkan Luther berabadabad lalu saat pembaharu kristen itu dibincang hampir di sudutsudut Eropa. Ketakjubannya ia tulis; "Adalah suatu misteri bagiku, bagaimana tesisku...tersebar ke banyak tempat. Padahal semuanya khusus ditujukan bagi kalangan akademik kita di sini.." Begitulah ia takjub dan barangkali juga heran. "Di sini" dalam tulisan Luther saat itu adalah sepetak tanah atau ruang tempat lingkungan akademik gereja menghabiskan waktunya,  dan "kita" adalah batas yang ia tujukan kepada kelompok yang akrab dengan debat teologi dan kosmologi. Tapi dalam ungkapan yang sama ada yang melompati batas, ada yang jebol saat itu. Dalam keheranannya itu makna "di sini" juga berarti di m...

madah tigapuluhtiga

Ada cara bagaimana kita bisa mengukur kebahagiaan. Bentham, filsuf Inggris abad 18, meyakininya dengan cara yang kuantitatif, yang disebutnya "kalkulus kebahagiaan." Resep yang digunakannya sederhana; kebahagiaan sama dengan kepuasaan dikurangi kepedihan. Ini artinya, kebahagiaan berarti merunut sebanyak hal ihwal kepuasaan serta dikurangi dengan masalah yang membuat pedih. Hasilnya, itulah kebahagiaan anda. Di abad 18, semangatnya itu ia tulis dalam karyanya yang hanya berupa pembukaan sebanyak 300 halaman;   Introduction .  Dalam   Introduction , Ia juga mengusulkan untuk menulis daftar yang terdiri dari ragam kepuasankepuasan dan kepedihan. Di sini kita diajak untuk mengingatingat halhal yang membuat diri puas sekaligus hahal yang menjengkelkan. Setelah itu dicatat, dari daftar yang panjang berisi kumpulan kepuasan dan kepedihan itu disebutnya dengan istilah yang unik; katalog kepuasan. Sebuah perhitungankah ini? Pengelolahan angkakah ini? Bentham hidup d...

madah tigapuluhdua

Undian itu dilakukan dengan sut. Lingsang dan pasukannya mendapat kehormatan jadi ujung barisan yang akan memasuki Kutaraja dari selatan. Di belakangnya akan menyusul pasukan Umang. Di belakangnya lagi pasukan Tanca… Begitulah prosesi awal perang dikisahkan dalam   Arok Dedes . Membaca fragmen cerita itu, kita akan segera tahu, tentang sebuah peristiwa jatuhnya kekuasaan seorang raja sekitar 1220 masehi. Saat itu, di Nusantara, dikisahkan Pramoedya Ananta Toer, Tunggul Ametung akhirnya mati bersimbah darah. Dan dalam lakon rajaraja, bersimbah darah berarti cara heroik untuk mati. Tapi, di luar itu sebenarnya ada peristiwa yang lebih heroik. Jauh di luar jangkauan raja Tunggul Ametung, sebuah skenario kekuasaan sesungguhnya telah disusun rapi jauh hari tanpa sisa adegan yang kosong. Melalui tangan Buto Ijo, Arok, melalui peran yang panjang akhirnya menjelma kekuatan yang menumbangkan kekuasaan Tunggul Ametung. Dan dari serangan itu, sejarah akhirnya mencatat, di saat ...

madah tigapuluhsatu

Ludwig Nietzsche barangkali tak pernah menyangka, anaknya, yang ia persiapkan untuk menjadi seorang pendeta, suatu hari nanti akan mencipta kekalutan. Anaknya suatu hari nanti dengan niat yang mengebugebu, bersuara; tuhan telah mati. Sontak seluruh Eropa tersentak, seseorang telah membunuh tuhan. Seseorang telah membuat kalut orang beriman. Tuhan telah mati. Dalam suatu metaforanya: "kemanakah tuhan?" Ia berteriak, "kubilang kepada kalian kita sudah membunuhnya. Kamu dan saya. Semua kita adalah pembunuhnya." Nietzsche orang yang membenci moralitas budak itu, tentu tahu apa konsekuensi perkataannya. Tuhan yang telah mati berarti sama halnya menghapus iman yang mapan tanpa cacat. Tuhan yang dibunuh sama halnya membuat lubang besar dijantung keyakinan religius. Membunuh tuhan berarti meninggalkan segalanya dalam keburaman. Tak ada yang terang yang ditinggal Nietzsche selain kecacatan. Bahkan tak ada yang jelas; sebuah nihilisme. Dan dari lubang yang dit...

madah tigapuluh

Betapa mudahnya hukum ditegakkan, tapi betapa sulitnya keadilan ditemukan. Barangkali karena itulah Socrates mati. Sebab tak ada keadilan di dalam suara terbanyak. Kita tahu,  pengadilan yang menjatuhi hukuman mati bagi filsuf itu, tak pernah mengakui aktifitas Socartes; berfilsafat. Di Yunani, di saat itu, betapa mudahnya keadilan dipermak. Apakah adil itu? Pertanyaan seperti ini adalah penanda bagaimana keadilan memang tak selamanya jelas. Dalam pengadilan itu, yang menolak argumentasi pembelaan dari Socrates, memutuskan keadilan diberlangsungkan dengan cara suara terbanyak. Apakah adil itu? Pertanyaan ini barangkali adalah pertanyaan yang memang tak sepenuhnya tuntas. Di saat ketika Socrates hidup, betapa banyaknya kaum sophis, golongan yang pandai membangun opini atas argumentasinya yang menyesatkan. Keadilan memang tak sepenuhnya dapat dijelaskan, sebab tak ada yang disebut kebenaran yang pasti, Phiro mengyakininya demikian. Kebenaran yang pasti sulit dijangka...

madah duapuluhsembilan

Louis Althusser, filsuf marxis Perancis yang akhinya gila itu memiliki keyakinan, filsafat seharusnya menjadi tajam. Filsafat seharusnya memiliki sumbangsih. Filsafat harus menjadi senjata revolusi. Bukunya yang dituliskannya dengan judul "Filsafat Sebagai Senjata Revolusi", nampaknya teguh mengikuti bahasa Marx; filsafat tidak sekedar menafsir dunia, melainkan mengubahnya. Saya agak sulit membayangkan, filsafat yang ditandai sebagi ilmu yang abstrak dapat jauh menyentuh halhal yang kongkrit, yakni suatu kehidupan praktis. Dalam hal ini malah mendorong suatu perubahan masyarakat; revolusi. Tapi, di mata orangorang semacam Louis Althusser, atau yang teguh dengan marxisme, itu adalah hal yang mesti. Filsafat tidak seperti ungkapan Hegel yang berpretensi atas gerak ruh yang menyejarah dalam alam. Dalam marxisme, jusru sejarah adalah milik manusia kongkrit. Sejarah adalah milik orangorang yang ingin keluar dari tindihan beban kerja. Dalam sejarah sebenarnya adalah p...

madah duapuluhdelapan

Orang itu lapar dan butuh tempat tidur. Jean Valjean, mantan napi yang nasibnya sudah buntung itu hanya butuh rumah dan makanan. Ia sudah berjalan jauh dari kotakota. Dimasukinya sebuah penginapan, namun ditolak. Juga  ketukannya terhadap pintupintu rumah yang lain menolaknya. Jean Valjean merana. Harapannya pupus. Semua pintu mengharamkan bantuan kepadanya. Namun di suatu malam, di saat gundah dan lapar jadi sangat, ketika hampir semua pintu tak menyambutnya, di dekat pojok katedral ia bertemu seorang perempuan. "Sudahkah kau mengetuk rumah di ujung sana," perempuan tua itu menunjuk  sebuah rumah di suatu sudut dekat rumah mewah. "Belum," jawab Jean Valjean ketus. "Pergi dan ketuklah," perempuan tua itu menyarankan. Jean Valjean akhirnya beranjak dari kursi tempatnya tidur. Ditujunya sebuah rumah yang ternyata milik seorang uskup tua. Dan dari perbincangan singkat itu, di dalam sebuah rumah uskup, sebuah nasib akan bermula. Jean Valjean akan menje...

madah duapuluhtujuh

Suatu kota bisa jadi ruang yang begitu bising, tetapi barangkali justru asing.   Kota, sudah jadi bagian dari sebuah skema   kemajuan . Sejak suatu tempat tersentuh perencanaan pembangunan, maka di saat yang bersamaan di sana ada maksud untuk membangun keramaian. Tapi keramaian suatu kota, justru bukan dalam arti soliditas yang kolektif, melainkan justru adalah penanda betapa keterasingan adalah suatu hal yang kronik. Suatu kota memang membikin asing. Suatu kota memang tak hendak untuk membangun suatu hidup yang hening. Filsuf Jerman Martin Heidegger pernah menyitir suatu hal yang subtil; keheningan dan kesepian. Kota menurut Heidegger adalah tempat yang tak mampu mencandra keheningan. Justru di desa, tempat di mana langit menjadi ruang yang bersih dari polusi, dan tanah yang lapang dengan ilalang, adalah dunia tempat keheningan akrab ditemui. Keheningan disebutnya adalah kekuatan asli yang khas dari manusia. Sesuatu yang tak pernah mengisolasi diri manusia. ...