Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Aristoteles

Republikanisme dan Warga Negara sebagai Subjek Politik: Suatu Telaah Singkat

Penulis: Robertus Robert & Hendrik Boli Tobi Penerbit: Marjin Kiri ISBN 978-979-1260-32-9 ix + 219 hlm, 14 x 20,3 cm MELALUI suatu kesempatan, Robertus Robert menyatakan kaburnya konsep republik sebagai basis pemahaman mengantarai interaksi antara warga, posisinya di tengah negara, dan pemilahan hak dan kewajiban sebagai warga negara, adalah sumber masalah yang sekarang banyak menyebabkan isu-isu kewarganegaraan di negara ini belum dapat terpecahkan. Masalahnya menjadi semakin dalam akibat sejauh ini wacana kewarganegaraan tidak pernah mengemuka dalam khazanah ilmu-ilmu sosial-politik dan hukum. Secara historis, wacana republik sebagai basis kedaulatan warga Indonesia hanya pernah muncul sekali di saat sidang persiapan kemerdekaan Indonesia. Itu pun konteks pemikiran mendasarinya belum radikal mengupayakan suatu dalil teoritis yang akan memungkinkan setiap warga negara dipandang sebagai subjek politik, dan memiliki dasar hukum yang setara dalam negara. Menu...

madah empatpuluhdelapan

Konon dari waktu senggang muncul kebudayaan. Konon dari inti kesunyian menerbitkan wahyu bagi para nabi. Juga konon, kerja, di zaman sekarang adalah penanda kemanusiaan yang ambruk. Kerja sebenarnya adalah suatu yang luhur. Bila Hegel membilangkannya sebagai proses idealisasi ruh yang bergerak tanpa pamrih dalam tubuh, Marx, orang yang mencelanya itu, meyakininya sebagai modus eksistensi ril manusia. Hegel dan juga Marx melihat kerja sebagai bentuk   to becoming : cara manusia berada. Tapi cara   to becoming , bagaimana kerja di zaman ini sudah jadi sesuatu yang ambruk. Orang dipaksa untuk bekerja. Itulah mengapa dari yang terpaksa menimbulkan alienasi Sebab kebebasan tercerabut persis seperti baut yang membuat suatu perangkat jadi hancur. Kebebasan yang jadi tanda keutuhan, dalam sistem kerja yang dipaksa itulah yang jadi soal. Akhirnya manusia, dengan kerja yang terpaksa jadi dekaden. Manusia, justru bukan menjadi mahluk yang luhur, melainkan hancur dalam sis...

Manusia

Kuasakah engkau menciptakan tuhan? ...maka diamlah wahai segala tuhan! Tapi, yang pasti engkau dapat menciptakan superman. . Memang manusia mahluk yang tak lengkap. Di balik sejarah, yang tak lengkap itu berusaha dipikirkan, untuk kemudian dirumuskan pada satu pengertian yang umum dan ajeg. Sejarah memang wadah yang bisa kita dalami, di sana manusia selalu disusun dalam pengertian yang esensial; mahluk yang rasional, mahluk sprituil, mahluk kerja dsb. Tentang manusia, dalam sejarah, apa yang telah dirumuskan untuk menambal yang kurang itu memang hanya menyisahkan tekateki, lubang yang tak pernah tertutupi. Manusia bisa saja menciptakan segala hal. Dengan demikian manusia meneguhkan eksistensinya. Eksistensi yang tak utuh itu dalam sistem politik, kebebasan individu dan kolektif dijabarkan, bagaimana kekuasaan harus diterjemahkan untuk kebahagiaan banyak orang. Untuk itu, juga mekanisme ekonomi dirancang, ikhtiar untuk membuat sistem yang egaliter. Demikian budaya dan hukum t...

Filsafat dan Agama; Dua Persisian

Marilah kita ziarah pada sebuah masa yang telah lampau; alaf waktu medan hidup manusia belum tersentuh dengan label dalam makna modern. Di mana disana formasi sosial belum terdefenisikan lewat jejaring struktur yang terlalmpau kompleks. Di sana, dimensi ruang belum tersekat oleh defenisi kelas social yang ajeg. Hidup masih berjalan pada usaha mencari sesuatu yang hakiki dan ilahiat. Ruang ini; tercipta alam kebebasan untuk mengaktualkan seluruh potensi manusia. Dengan tujuan pencapaian sebuah tata hidup yang harmonis dan kekal. Tempat inilah yang kita kenal dengan tanah Yunani . Yunani dengan situasinya; model dan ciri karakteristik kehidupan masyarakat yang harmonis, terdapat alam kebudayaan subur untuk tumbuh berkembangnya produk khas dari potensi akliah manusia; filsafat. Potensi yang jauh melampaui dari kepemilikan seluruh mahluk hidup alam semesta. Dengan kemampuan inilah, manusia menerbangkan kepak imajinya untuk menyusuri kelokan labirin yang paling elok, sampai pada...

Dialogi Tafsir atas Masyarakat dan sejarah: Ulasan terhadap Karya Murtadha Muthahhari

Paradigma adalah gambaran fundamental mengenai masalah pokok dalam ilmu tertentu. Paradigma membantu dalam menentukan apa yang mesti dikaji, pertanyaan apa yang mesti diajukan, bagaimana cara mengajukannya, dan apa aturan yang harus diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh. [1]   Paradigma sesungguhnya mencakup pengertian yang bersifat ontologis yang darinya sebuah objek menjadi fundamental dalam penentuan skala pengetahuan. Pelacakan terhadap status objek yang hendak dikaji pada gilirannya akan mengarahkan persoalan-persoalan pada penisbahan tentang metodologi apa yang pas untuk digunakan. “Paradigma” sebagai sebuah diskursus wacana dan keilmuan, utamanya dipopulerkan oleh Thomas Samuel Kuhn (1922-1996), seorang pemikir Amerika. Walaupun pandangan-pandangannya menyangkut paradigma bernasib marginal dalam ilmu sosiologi, namun di dalamnya terdapat pemikiran besar bahwa ilmu tak pernah terlepas dari konteks dimana ia dimunculkan. Dalam buku yang diterbitkan tahun ...