Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Michel Foucault

Gara-Gara Foucault

Eike kira kekuasaan tidak serta merta hanya berurusan dengan negara sebagai institusi koersif yang selama ini sering dianggap sebagai satu-satunya sumber. Atau bahkan kekuasaan adalah legitimasi yang dimiliki negara secara “ekslusif” untuk menundukkan warganya kepada suatu kepatuhan tertentu. Kekuasaan, seperti yang dikatakan Michel Foucault –seorang sosiolog cum filsuf pasca strukturalis– hanya dapat diandaikan dalam hubungan relasional. Artinya, setiap ada relasi, maka di situ ada kekuasaan. Eike mengganggap ini perlu diangkat (kembali) ke permukaan untuk memahami bahwa selain melalui negara, kekuasaan itu tersebar di mana-mana. Jadi tidak seperti dalam pengertian klasik, kekuasaan di mata Foucault lebih bersifat menyebar dari pada fenomena tunggal seperti yang diyakini selama ini. Implikasi dari cara memahami kekuasaan seperti ini, maka dalam konteks sehari-hari, kekuasaan sangatlah mungkin diidentifikasi secara konkrit (dan kompleks) di dalam setiap hubungan yang je a...

Selamat Jalan, Tuan Presiden, Gabriel García Márquez

Selamat Jalan Tuan Presiden Karangan Gabriel Garcia Marquez yang terkenal dengan Seribu Tahun Kesunyian Kemengan terbesar dalam hidupku adalah bila semua orang melupakanku. Barangkali ironi, barangkali juga adalah paradoks. Dua pengertian ini menjadi sejenis benang merah yang menghubungkan empat cerita Gabriel García Márquez dari Selamat Jalan, Tuan Presiden , kumcer yang diambil dari Strange Pilgrims . Manusia sesungguhnya adalah mahluk yang menanggung ironi, dan juga belenggu kesepian. Di suatu waktu ia bisa menjadi seseorang yang di tiap waktunya disorot lampu panggung, tapi ketika dia susut, tak ada satu pun mulut dan mata yang menyanjungnya. Kesepian, dengan demikian adalah saat-saat kritis ketika semua mata mulai luntur dan menghilang dari tubuh Anda, pergi tanpa sisa dengan suara yang bisu meninggalkan kita di suatu keadaan yang tiba-tiba menjadi asing. Kumcer ini dibuka dengan kisah seorang bekas presiden yang dipapar kesepian pasca digulingkan dari kekuasaa...

Menggeledah Motif-Motif Berpikir Masyarakat Sibernetik

Berpikir, harkat manusia. Itulah sebab, berpikir menandai keunikan manusia. Tiada yang menyerupainya. Itulah juga, manusia diyakini mahluk bermartabat. Berpikir membuat harkat tegak. Bekerja meneruskan ide-idenya, manusia bermartabat. Tiada zaman seperti sekarang menempatkan harkat manusia serendah-rendahnya: era sibernetik. Selain kemajuan pencapaian kebudayaan manusia, secara paradoks, zaman sibernetik, diam-diam mensituasikan cara berpikir manusia menjadi lebih dramatik. Bagaimana itu mungkin? Pertama, era sibernetik menengarai dan menopang perubahan konfigurasi interaksi manusia. Kedua, mutakhir, era sibernetik mau tidak mau membuat jalinan komunikasi semakin kompleks dan sulit diantisipasi. Ketiga, imbasnya, motivasi berpikir ikut berubah seiring pertukaran informasi dari beragam budaya dan kebiasaan. Keempat, peralihan dunia nyata secara virtual, mengubah antara “yang nyata” dan “yang semu” tak dapat lagi dibedakan secara esensil. Akhirnya, belum pernah ad...

madah duapuluhdelapan

Orang itu lapar dan butuh tempat tidur. Jean Valjean, mantan napi yang nasibnya sudah buntung itu hanya butuh rumah dan makanan. Ia sudah berjalan jauh dari kotakota. Dimasukinya sebuah penginapan, namun ditolak. Juga  ketukannya terhadap pintupintu rumah yang lain menolaknya. Jean Valjean merana. Harapannya pupus. Semua pintu mengharamkan bantuan kepadanya. Namun di suatu malam, di saat gundah dan lapar jadi sangat, ketika hampir semua pintu tak menyambutnya, di dekat pojok katedral ia bertemu seorang perempuan. "Sudahkah kau mengetuk rumah di ujung sana," perempuan tua itu menunjuk  sebuah rumah di suatu sudut dekat rumah mewah. "Belum," jawab Jean Valjean ketus. "Pergi dan ketuklah," perempuan tua itu menyarankan. Jean Valjean akhirnya beranjak dari kursi tempatnya tidur. Ditujunya sebuah rumah yang ternyata milik seorang uskup tua. Dan dari perbincangan singkat itu, di dalam sebuah rumah uskup, sebuah nasib akan bermula. Jean Valjean akan menje...

Michel Foucault dan Kelahiran Klinik

Biografi dan Konteks Intelektual Foucault lahir di Poitiers, Prancis pada 15 Oktober 1926. Ia berasal dari keluarga yang berlatar pendidikan medis, hingga bagi orang tuanya, Foucault diharapkan untuk memilih profesi yang sama. Tetapi studi filsafat, sejarah, dan psikologi menjadi pilihan utamanya, walaupun kelak pemikiran-pemikirannya banyak berkaitan dengan bidang medis, khususnya psikopatologi. Dalam mendalami Studi filsafat dan psikologi di Ecole Normale Superiure, ia bertemu dengan Louis Althusser yang sekaligus memperkenalkannya kepada pemikiran marxisme strukturalis; kemudian mendalami filsafat Hegel di bawah bimbingan Jean Hyppolite; dari Georges Canguilhem tentang sejarah ide; dan Georges Dumezil membuat Foucault tertarik dengan sejarah mitos-mitos, seni dan agama. Pada 1946 ia menyelesaikan pendidikannya dan menerima lisensi filsafat pada 1948 dari Sorbone dan dua tahun kemudian memperoleh ...