“...Di balik Olympus, Krito di balik Olympus. Senja begitu merah begitu saga. Seumur hidup belum pernah kusaksikan senja secemerlang itu...” Petikan puisi Mochtar Pabottingi di atas, barangkali adalah puisi yang muram. Di balik Olympus, Krito, di balik Olympus, adalah gelagat lema yang ditangkap bahasa, tentang Socrates, filsuf yang akhirnya mati –memanggul kebenaran-- tanpa guyah sedikit pun terhadap maut. Puisi Krito, Senja Saga Di Athena , memang puisi atas rekaman sejarah, tapi dialog Krito dan Socrates, sebenarnya, adalah dialog yang dibutuhkan bagi orang-orang yang merindukan kebenaran seperti Socrates. Begitulah kebenaran, ikhwal yang akhir-akhir ini lebih banyak membuat polemik daripada suatu ikhtiar yang menyenangkan. Di masa Socrates hidup, kebenaran sesuatu yang musykil ditanggung seseorang daripada akhirnya menyerah untuk menemukannya. Kebenaran, sejauh diandaikan sebagai pencapaian epistemik, atau bahkan ontologis, adalah “sesuatu” yang memang diraih in...