Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Socrates

Saga di Balik Athena

“...Di balik Olympus, Krito di balik Olympus. Senja begitu merah begitu saga. Seumur hidup belum pernah kusaksikan senja secemerlang itu...” Petikan puisi Mochtar Pabottingi di atas, barangkali adalah puisi yang muram. Di balik Olympus, Krito, di balik Olympus, adalah gelagat lema yang ditangkap bahasa, tentang Socrates, filsuf yang akhirnya mati –memanggul kebenaran-- tanpa guyah sedikit pun terhadap maut. Puisi Krito, Senja Saga Di Athena , memang puisi atas rekaman sejarah, tapi dialog Krito dan Socrates, sebenarnya, adalah dialog yang dibutuhkan bagi orang-orang yang merindukan kebenaran seperti Socrates. Begitulah kebenaran, ikhwal yang akhir-akhir ini lebih banyak membuat polemik daripada suatu ikhtiar yang menyenangkan. Di masa Socrates hidup, kebenaran sesuatu yang musykil ditanggung seseorang daripada akhirnya menyerah untuk menemukannya. Kebenaran, sejauh diandaikan sebagai pencapaian epistemik, atau bahkan ontologis, adalah “sesuatu” yang memang diraih in...

Sidang

Barangkali tidak ada sidang yang paling tragis selain dari pada sidang Pengadilan Heliasts ( Court of the Heliasts ). Sidang itu pengadilan dengan seorang terdakwa, seorang filsuf: Socrates. Sidang itu bukan seperti sidang modern yang diketuai seorang hakim tunggal dengan beberapa hakim anggota, atau disertai jaksa penuntut dan juga seorang pengacara dengan retorika yang tangguh. Bahkan, sidang Heliasts, adalah pengadilan tanpa hakim atau pengacara. Dengan kata lain di sidang itu, Socrates seorang diri.  Artinya, di sidang itu tanpa siapa-siapa, Socrates harus berdiri di hadapan 501 warga Athena yang bertindak sebagai hakim sekaligus jaksa penuntut. Seorang diri yang menyusun sendiri pembelaannya, dengan kata-kata, di hadapan suatu yang kelak akan dikenal sebagai sistem demokrasi.  Dengan kata lain, siapa pun di sidang itu yang punya kaitan dengan bukti-bukti kejahatan yang dilakukan Socrates, bisa mengajukan protes, juga tentu tuntutan. Lantas, apakah kejaha...

Jalan Raya

Apa jadinya jika jalan raya di suatu pagi bertemu dengan modernitas? Maka yang ada adalah keterburu-buruan. Hidup dalam cara modern adalah bagaimana anda dapat menggunakan waktu seefisien mungkin. Dan jalan raya, di pagi hari adalah centangperenang penandanya. Di jalan raya, anda tak boleh menengok; kanan dan kiri, apa lagi berbalik ke belakang hendak kembali, karena menengok dan kembali dalam buku besar modernitas berarti kemunduran. Dan, bisa jadi Anda akan menjadi seorang individu yang tertinggal jauh. Memang modernitas adalah sebuah bus besar yang sedang terburu-buru; bergegas dengan kecepatan yang tinggi, tanpa rem, tanpa rambu jalan dan tanpa terminal pemberhentian. Modernitas adalah bentuk zaman, atau bahkan pikiran baru yang berusaha melupakan ingatan masa lampau; melipat segala sesuatu menjadi sebuntal pakaian yang harus dilipat bahkan diganti, dan memberikan anda sekelumit pakaian dengan cermin yang menaruh visi tentang kemajuan. Dan di dalam modernitas, waktu ...

Filsafat itu Dialog

Santo Thomas Aquinas  Frater Dominikan Italia. Imam Katolik, dan Doktor Gereja (Pujangga Gereja). Ia juga adalah teolog, dan filsuf yang sangat berpengaruh dalam tradisi skolastisisme.  Thomas Aquinas juga dikenal karena memadukan ajaran kristiani dengan filsafat Aristotelian.  Karya-karyanya yang paling dikenal adalah Summa Theologiae dan Summa contra Gentiles FILSAFAT sebetulnya adalah dialog. Jadi bukan sekadar aktifitas monologis untuk merenungkan suatu segala, tapi peristiwa dua arah untuk mempercakapkan segala ihwal.  Filsafat sebagai dialog bekerja di dua lapisan sekaligus; intrapersonal dan interpersonal. Di tingkatan pertama, filsafat bergelut dengan "aku yang berkesadaran" di dalam kesadaran itu sendiri, sementara di tingkatan kedua, "aku yang berkesadaran" dengan aku yang lain di luar dirinya. Tingkatan pertama, filsafat dimulai dari permenungan mendalam, sedangkan di lapisan kedua, filsafat bekerja dengan percakapan antara dua subj...

madah empatpuluhdelapan

Konon dari waktu senggang muncul kebudayaan. Konon dari inti kesunyian menerbitkan wahyu bagi para nabi. Juga konon, kerja, di zaman sekarang adalah penanda kemanusiaan yang ambruk. Kerja sebenarnya adalah suatu yang luhur. Bila Hegel membilangkannya sebagai proses idealisasi ruh yang bergerak tanpa pamrih dalam tubuh, Marx, orang yang mencelanya itu, meyakininya sebagai modus eksistensi ril manusia. Hegel dan juga Marx melihat kerja sebagai bentuk   to becoming : cara manusia berada. Tapi cara   to becoming , bagaimana kerja di zaman ini sudah jadi sesuatu yang ambruk. Orang dipaksa untuk bekerja. Itulah mengapa dari yang terpaksa menimbulkan alienasi Sebab kebebasan tercerabut persis seperti baut yang membuat suatu perangkat jadi hancur. Kebebasan yang jadi tanda keutuhan, dalam sistem kerja yang dipaksa itulah yang jadi soal. Akhirnya manusia, dengan kerja yang terpaksa jadi dekaden. Manusia, justru bukan menjadi mahluk yang luhur, melainkan hancur dalam sis...

madah tigapuluh

Betapa mudahnya hukum ditegakkan, tapi betapa sulitnya keadilan ditemukan. Barangkali karena itulah Socrates mati. Sebab tak ada keadilan di dalam suara terbanyak. Kita tahu,  pengadilan yang menjatuhi hukuman mati bagi filsuf itu, tak pernah mengakui aktifitas Socartes; berfilsafat. Di Yunani, di saat itu, betapa mudahnya keadilan dipermak. Apakah adil itu? Pertanyaan seperti ini adalah penanda bagaimana keadilan memang tak selamanya jelas. Dalam pengadilan itu, yang menolak argumentasi pembelaan dari Socrates, memutuskan keadilan diberlangsungkan dengan cara suara terbanyak. Apakah adil itu? Pertanyaan ini barangkali adalah pertanyaan yang memang tak sepenuhnya tuntas. Di saat ketika Socrates hidup, betapa banyaknya kaum sophis, golongan yang pandai membangun opini atas argumentasinya yang menyesatkan. Keadilan memang tak sepenuhnya dapat dijelaskan, sebab tak ada yang disebut kebenaran yang pasti, Phiro mengyakininya demikian. Kebenaran yang pasti sulit dijangka...

madah duapuluhtiga

Konon, di Yunani purba, tubuh merupakan wakil kebaikan dan keuletan. Ia adalah penanda supremasi manusia. Olimpiade, misalnya,  yang dilakukan selama empat tahun sekali di lereng Gunung Olimpus, merupakan pemujaan terhadap tubuh yang ideal.  Bahkan dalam filsafat, Aristippus, teman Socrates, mengidealkan tubuh sebagai ajaran etika. "Kesenangan tubuh jauh lebih baik dari kesenangan jiwa." Di Yunani sepertinya, tiada jiwa yang ideal tanpa tubuh yang ideal. Itulah  ada adagium yang akrab; m ens sana in corpore sano,   di balik tubuh yang kuat, ada jiwa yang sehat. Di balik seratserat otot yang padu, terdapat jiwa yang utuh. Namun itu di Yunani, suatu masa ketika tubuh ditempatkan sebagai ekspresi atas yang ideal, yang dipuja dan dipuji. Sesuatu yang sempurna. Bagi sebagian orang ada keyakinan tubuh adalah medium kejahatan. Tubuh sudah terlanjur dianggap musuh kemurnian. Tubuh adalah ruang yang gelap dan tak harus dicandra. Dari itu, tubuh dijauhi. Dari...

madah empat

Menjadi manusia dan memilih menjadi manusiawi adalah dua ihwal yang berbeda. Apalagi di dalam situasi yang dibilangkan Ulrich Beck; masyarakat berisiko. Beck mencurigai dan juga meresahkan pencapaian yang telah direkam dalam peradaban saat ini. Terlalu banyak hal yang di luar perhitungan, terlalu banyak resiko. Peradaban atau masyarakat yang kita sebut modern, sudah terlalu banyak menciptakan kemajuan, tetapi juga kesenjangan.  Lahirnya kapitalisme hanya berpusat di dalam pusaran kekuasaan, di luarnya; ada kaum miskin kota yang tergusur; buruh yang tak diupah; petani yang kehilangan lahan; nelayan yang tak kunjung melaut; dan kita sendiri yang masih saja resah terhadap nasib yang paspasan. Di dalam nasib yang paspasan itulah menjadi manusia atau memilih menjadi manusiawi adalah urusan yang bisa subtil. Walau terlalu banyak bahaya. Terlalu banyak resiko. Di saat resiko kemajuan menciptakan dunia yang penuh bopeng, justru kita hidup dengan topeng.  Itulah barangkali saat ...

Beragama dengan Tindak Filsafat

Filsafat di hadapan agama dalam sejarah adalah ilmu yang selalu mengandung perselisihan. Di dalam peradaban Barat maupun Timur, filsafat  selalu disisihkan dari khalayak umum. Dijatuhmatikannya orang-orang semisal Socrates, Galileo, dan juga Bruno dalam sejarah sosial politik Barat, dan pembunuhan terhadap Suhrawardi, kecaman Al Gazali, dan Ibn Taimiyah terhadap filsafat di sejarah pemikiran Islam, adalah ilustrasi bagaimana agama menjadi hakim atas tindak berpikir filosofis yang dianggap membahayakan keberlangsungan tatanan masyarakat. Filsafat sebagai tindak berpikir kritis dan radikal dianggap dapat mempengaruhi atau merusak tatanan iman yang merupakan inti dari keyakinan agama. Jika meminjam analisis Alain Badiou,  ada empat faktor yang dimiliki filsafat sehingga dapat membahayakan agama. Yang pertama adalah apa  yang ia istilahkan  revolt.  Dalam kasus Soscrates,  revolt  adalah diskursus pengetahuan yang merupakan cara berpikir baru atas pe...

Di Ambang Kenyataan; Beban atau Peluang?

Martin Heidegger, dengan pemikiran ontologinya yang rumit, pernah memaktubkan gejala mendasar dan problematis, pada metafisika Barat- dengan seluruh totalitasnya sudah lupa- terhadap Ada. Di suatu waktu ia berkata, kita lupa terhadap sesuatu yang sederhana namum begitu fundamental; Ada. Yang terlupakan adalah entitas yang mendasari adaan yang lain. Sesuatu yang mengendap pada dasar kenyataan yang nampak, metafisika Barat dengan seluruh tradisinya terjangkiti penyakit yang segera harus dibersihkan dari kategorikategori yang dianggap gagal membaca kenyataan. Demikian sehingga telah membawa manusia melupakan dasar keberadaannya. Semenjak Parmenides sampai Sokrates, Platon hingga Kant; metafisika sebagai filsafat awal, tengah mengalami kecemasan. Filsafat guyah dari sendisendinya. Yang dahulu deskripsi tentang Ada menjadi anasir utama akhirnya harus terpinggirkan. Kemungkinan manusia untuk mendapati dan menggapai Ada; kenyataan sublim, akhirnya mengala...

Filsafat dan Agama; Dua Persisian

Marilah kita ziarah pada sebuah masa yang telah lampau; alaf waktu medan hidup manusia belum tersentuh dengan label dalam makna modern. Di mana disana formasi sosial belum terdefenisikan lewat jejaring struktur yang terlalmpau kompleks. Di sana, dimensi ruang belum tersekat oleh defenisi kelas social yang ajeg. Hidup masih berjalan pada usaha mencari sesuatu yang hakiki dan ilahiat. Ruang ini; tercipta alam kebebasan untuk mengaktualkan seluruh potensi manusia. Dengan tujuan pencapaian sebuah tata hidup yang harmonis dan kekal. Tempat inilah yang kita kenal dengan tanah Yunani . Yunani dengan situasinya; model dan ciri karakteristik kehidupan masyarakat yang harmonis, terdapat alam kebudayaan subur untuk tumbuh berkembangnya produk khas dari potensi akliah manusia; filsafat. Potensi yang jauh melampaui dari kepemilikan seluruh mahluk hidup alam semesta. Dengan kemampuan inilah, manusia menerbangkan kepak imajinya untuk menyusuri kelokan labirin yang paling elok, sampai pada...