Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label serpihserpih cerita bahrul

Pandemi, Sampar, dan Kepandiran Abad 21

Sampar (La Peste) Karangan Albert Camus dialihbahasakan NH. Dini BARU kali ini saya dibuat deg-degan atas suatu penyakit. Tidak seperti virus SARS dan MERS dua nama penyakit yang serba mengapung di telinga, corona nampak berbeda akibat gembar-gembor pemberitaan media, dan penanganan pemerintah yang seolah-olah sedang menghadapi wabah Tuberkulosis . Sekarang jenis penyakit jadi aneh-aneh setelah manusia dibuat kaget. Kok, ada penyakit imporan hewan yang bikin keder. Bukankah manusia lebih sering mengekspor segala capaiannya ke luar wilayah kehidupannya? Lah, ini malah kita kayak dijajah binatang. Kali ini hewan tertentu memberikan serangan balik setelah tubuh mereka jadi olahan kuliner dengan menyebarkan virus ke umat manusia. Sejak tiga hari lalu, tubuh saya seperti mengalami kelainan terutama di sekitar kerongkongan. Ini gejala saat Anda akan mengalami flu yang membuat wilayah antara hidung dan tenggorokan seperti ditumbuhi selaput lendir. Tidak ingin mene...

Kitab Hammurabi

Code of Hammurabi atau Kitab Hammurabi Sekujur sisinya diukir 282 peraturan menggunakan bahasa Akkadia. Prasasti ini sekarang menjadi koleksi Museum Louvre Prancis KALI pertama saya mendengar Hukum Hammurabi yakni dari pelajaran sosiologi. Saat itu saya sudah duduk di kelas tiga sekolah menengah atas, dan seperti umumnya teman-teman saat itu, saya mulai berpikir masa SMA adalah masa ketika anak-anak seperti kami harus berhenti bersekolah. Setelah itu jika dinyatakan lulus, kami beranggapan bisa kemana saja termasuk pergi  ke terminal pasar menghabiskan waktu dan melakukan apa saja tanpa harus dibebani ini itu karena masih dianggap sebagai pelajar sekolah. Hukum Hammurabi diceritakan berasal dari masyarakat Mesir kuno Babilonia, begitu diceritakan guru sosiologi kami saat itu. Masyarakat Mesir kuno adalah masyarakat yang suka hidup di sekitar Sungai Nil karena tanahnya subur dan lebih lembab daripada tanah di pedalaman Afrika saat itu. Keadaan tanah di sekitar sunga...
Ektopik .   Pria itu terkulai lemah. Selang kecil terpasang di hidungnya seperti ular pipih yang masuk merayap ke sarangnya. Dua pergelangan tangannya tak bergerak. Jarum infus menancap di urat venanya. Ukuran kantungnya lebih besar dari kantung infus biasanya. Wajahnya pias. Kulitnya yang cokelat legam tak bisa menyembunyikan mukanya yang pucat. Di sekitar tubuhnya dua tiang dipasang menyangga kantung darah yang berwarna merah gelap. Sementara monitor EKG berbunyi dengan irama yang konstan. Penanda jantungnya berdetak normal. Juga pernapasannya. Walaupun begitu, sesekali pria itu menengok resah garis-garik hijau yang bergerak berubah naik turun.  Pria itu semenjak kemarin baru saja menjalani operasi akibat lambungnya yang pecah.  “Sebelumnya dia menolak dipasangi selang dari mulut menuju lambungnya,” ungkap istrinya yang cemas.  Istri pria itu merujuk kepada prosedur yang biasa disebut sebagai nasogastrik tube, pemasangan selang berisi caira...
BURHANUDDIN. Faktanya belum bisa entas dalam benak anaknya, Burhanuddin yang saban hari memandikannya dengan merek sabun yang turun temurun dipakai hingga zaman sekarang. Di atas susun bilah kayu yang mirip batang kelapa, tiga empat drum penampungan air, dan dinding kamar mandi dibuat seadanya dari triplek dan bekas karpet plastik. Di bawahnya saluran air yang anaknya yakin digali tangan Burhanuddin kala masih muda. Di ujungnya ada galian lubang selebar hampir dua meter, yang dijadikan saluran akhir pembuangan air. Airnya berwarna cokelat. Kadang di situ tempat Burhanuddin mencelup mati tikus yang masuk perangkap besi yang dibuatnya sendiri. Faktanya, peristiwa itu memang masih terekam baik. Saban pagi geliat tangan Burhanuddin yang meliuk-liuk di tubuh anaknya. Dengan sabun yang anaknya hafal betul harumnya. Air yang dingin, dan rengekan anaknya yang menolak dimandikan. Burhanuddin seorang yang sabar. Burhanuddin memiliki kebiasaan berkumpul dengan teman-teman kerjanya di kala mala...

1 Orang Bodoh ditambah 1 Orang Bodoh?

Ada prinsip sederhana yang seringkali diingatkan mamak ketika saya masih bersekolah tentang cara praktis agar dapat memiliki otak encer : ber temanlah dengan orang-orang pintar, lebih baik bodoh di antara mereka daripada pintar di antara orang-orang bodoh. Kelak ketika mulai dewasa, saya menduga anjuran ini mirip dengan nasehat agama untuk mengajak umatnya agar berkumpul dengan orang-orang saleh. Mendengar nasehat itu membuat saya yakin seratus persen bahwa ketika bergaul dengan orang-orang pintar pasti dengan sendirinya saya akan tertulari kecerdasan seperti orang yang tertulari flu burung dari entah siapa yang baru saja melancong dari negeri Cina nun jauh di sana. Anehnya k etika mendengar nasehat ini, saya seperti di sadark an bahwa diri saya bukan anak yang cerdas. Entah mengapa nasehat itu menjadi semacam sugesti bahwa saya memang bukan orang yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata. Itulah sebabnya, mamak selalu mengingatkan dengan nasehat demikian. Tapi ...

Cultural Lag dan Kehidupan Bapak Tanpa Gadget

Saya kira bukan bapak saja yang kerap mengalami kegagapan ketika menggunakan handphonenya. Saya yakin banyak orang tua seperti bapak saya. Ibarat masyarakat terbelakang, bapak menjadi orang yang tak tahu apa-apa di hadapan teknologi masa kini. Bapak menggunakan handphone merk Samsung. Perangkat itu bukan gawai smartphone seperti dipakai kebanyakan orang. Tapi, bapak sering kali kesulitan mengoperasikan handphonenya ketika, misalnya, ingin menyetel alarm, atau ingin menggunakan fasilitas short message . Ketidaktahuan bapak ditengarai akibat menggunakan handphone yang tidak lagi sama dengan merk sebelumnya. Sebelumnya bapak menggunakan handphone merk Nokia. Imbas fitur dan cara pakai yang berbeda, membuat bapak semakin bingung menggunakannya. Namun soal sebenarnya bukan akibat cara pakai yang berbeda, melainkan pengetahuan yang mendasarinya. Ini jauh lebih mendasar dibanding peralihan cara pakai dari dua merek yang berbeda.     Saya seringkali kasihan meli...

Tujuh Literasi yang Bertahan dan Hanya Berakhir Menjadi Bukan Apa-Apa

Sepanjang 2016 kita banyak menemukan esai, artikel, cerpen, opini, puisi, dlsb., dari penulis-penulis hebat yang betebaran melalui media cetak maupun online. Dalam bentuk majalah, buku, koran, dan makalah, tulisan apik itu banyak membuka wawasan kita tentang apa saja. Dari mereka (sebut nama penulis yang Anda sukai di sini), kita banyak belajar mulai dari gagasan, cara pandang, sikap, perasaan, bahkan sampai cara mereka menuliskan itu semua. Saya meyakini di belakang karya tulis mereka, banyak draf tulisan berupa catatan, ide lepas, daftar ide, atau gagasan sederhana yang masih mentah yang belum sempat disempurnakan menjadi karya utuh. Terkadang catatan itu disimpan dan dituliskan kembali di kemudian hari, atau malah sebaliknya hilang tertumpuk di antara rancangan tulisan-tulisan lainnya. Di bawah ini tujuh daftar draf tulisan saya sepanjang 2016 yang bertahan dan tersimpan begitu saja tanpa pernah diselesaikan seperti karya tulis lainnya. Pertama , Aku dan Tubuh yang Tua...