Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Jorge Luis Borges

Menulis Itu Indah, Pengalaman Para Penulis Dunia, Albert Camus, et.al.

"Kesejahteraan suatu masyarakat dapat disimpulkan dari kondisi sastra di dalamnya ."  Oktavio Paz   "Cara terbaik yang membuat seseorang dapat menjalankan revolusi adalah menulis sebaik yang dapat ia lakukan ." Gabriel Garcia Marques Saya harus segera menuliskan ini: menulis itu pekerjaan yang begitu melelahkan, bahkan menyulitkan pikiran. Perasaan ini seketika saja muncul dalam benak saya ketika membaca buku Menulis Itu Indah, Pengalaman Para Penulis Dunia, buku yang diterbitkan Oktopus dari Yogyakarta. Menulis bukan hal gampang seperti yang pernah dikatakan Pramoedya bahwa jika ingin menulis ya menulis saja. Kalimat ini memang terasa satire keluar dari orang sekaliber Pram. Apalagi sangat gampang bagi Pram mengucapkannya dengan beragam pengalaman semasa hidupnya jika dibandingkan dengan waktu sekarang. Menulis memang di satu sisi bukan bakat yang secara natural  dimiliki oleh kita seperti saat kita pergi di hutan dan kemudian mampu beradaptasi. Atau sepert...

Jorge Luis Borges dan Sepasang Mata Buta dan Sebuah Cerita

“I have always imagined that paradise will be a kind of Library” -Jorge Luis Borges- Jorge Luis Borges pada akhirnya buta. Sastrawan berkebangsaan Argentina itu kehilangan penglihatan di tahun 30an di usia menjelang 60.  Konon, ketika buta, Borges tak sekalipun berhenti membaca. Dari toko buku di suatu sudut Buenos Aires, seorang pemuda senantiasa menemani membacakannya buku-buku. Dengan mata pemuda itu, Borges bisa tahu banyak hal. Alberto Manguel datang tiga kali seminggu di rumah Borges. Sering kali dengan suara lantang, pemuda yang kelak menjadi sastrawan ini membacakan segala hal kepada Borges. Pemuda ini sangat beruntung menjadi bagian sejarah dengan menjadi “mata” bagi penulis besar yang menjadi tonggak fiksi realisme magis. Borges sudah buta, tapi dari kegelapan matanya ia telah banyak membangun cerita. Menyusun dan mengeditnya selekas mungkin tanpa menuliskannya di atas secarik kertas. Borges barangkali tengah membangun kertas imajinatif di...