Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label postmodern

Jalan Raya

Apa jadinya jika jalan raya di suatu pagi bertemu dengan modernitas? Maka yang ada adalah keterburu-buruan. Hidup dalam cara modern adalah bagaimana anda dapat menggunakan waktu seefisien mungkin. Dan jalan raya, di pagi hari adalah centangperenang penandanya. Di jalan raya, anda tak boleh menengok; kanan dan kiri, apa lagi berbalik ke belakang hendak kembali, karena menengok dan kembali dalam buku besar modernitas berarti kemunduran. Dan, bisa jadi Anda akan menjadi seorang individu yang tertinggal jauh. Memang modernitas adalah sebuah bus besar yang sedang terburu-buru; bergegas dengan kecepatan yang tinggi, tanpa rem, tanpa rambu jalan dan tanpa terminal pemberhentian. Modernitas adalah bentuk zaman, atau bahkan pikiran baru yang berusaha melupakan ingatan masa lampau; melipat segala sesuatu menjadi sebuntal pakaian yang harus dilipat bahkan diganti, dan memberikan anda sekelumit pakaian dengan cermin yang menaruh visi tentang kemajuan. Dan di dalam modernitas, waktu ...

madah empatpuluhtujuh

Hari ini hari kepunyaan perempuan. 8 Maret, dengan serentak, perempuan tetiba ditempatkan pada suatu titik yang agung. International womens day memang punya gema seruan yang lantang. Perempuan dalam 8 Maret adalah suara emansipatif untuk merebut posisi yang sewajarnya dalam sejarah. Hari ini pasti banyak yang kembali menengok jenis kelamin yang berabadabad disingkirkan dari pentas cosmos. Hari ini, entah itu pria juga wanita, bersuara dalam satu intonasi yang kuat: hidup perempuan. Yang sewajarnya dalam sejarah bagi perempuan, sebenaranya adalah deret peristiwa kelam yang tak pernah stabil untuk kukuh pada relasi yang sejajar. Di mulai dalam sejarah pengetahuan, perempuan sudah selalu dipandang sebagai mahluk yang tak lengkap. Di Yunani purba, filsuffilsuf yang galibnya adalah kaum lakilaki sudah mengukuhkan pandangan semacam itu. Perempuan seperti mahluk yang keluar dari lintasan cosmos yang semestinya. Itulah mengapa, perempuan dianggap pelengkap dari susunan hirarki t...

Media Massa dan Kemunculan Generasi Pop Culture

Marthin Luther Tokoh pencetus Protestanisme dalam ajaran Kristiani Marthin Luther, di abad 16 terheran-heran dan takjub 95 Tesisnya  menyebar luas. Sebelumnya, pandangan teologinya itu ia tempelkan di pintu gereja kastil di Wittenberg. Keheranannya itu ia ungkapkan kepada Paus melalui suratnya menyatakan betapa cepatnya tulisan-tulisannya menjadi diskusi publik luas.  “Adalah suatu misteri bagiku” demikian ia menulis, “bagaimana tesisku…tersebar ke banyak tempat. Padahal semuanya khusus ditujukan bagi kalangan kita di sini...” Ketakjuban Luther ini sesungguhnya ungkapan betapa cepatnya perubahan ditimbulkan mesin media cetak.  95 tesis awalnya  ia tujukan hanya untuk kalangan gereja, justru tak disadarinya menyebar pesat hampir di seluruh Eropa. Sontak mulai saat itu, sejarah mencatat, Luther menjadi orang yang menerbitkan pemahaman baru atas keyakinan agama yang dianut Eropa. Sesungguhnya apa yang terjadi dari cerita singkat di atas, menunjukkan, saa...

Digital Native dan Perubahan Sosial

Era media massa, keterbatasan akibat jarak, waktu, efek maupun daya jangkau pesan, menjadi penting dan harus dipecahkan. Hal ini dikarenakan bakal mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dan interaksi masyarakat. Namun, semakin kompleks kemajuan zaman, ruang dan waktu, alat tekhnologi komunikasi canggih akhirnya mampu mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui manusia, sekaligus secara radikal berpengaruh terhadap cara masyarakat menjalani kehidupan bersama. Di kota-kota besar, meningkatnya presentase penggunaan alat komunikasi dan teknologi, berdampak massif secara kultural terutama bagi kaum muda. Di kota-kota besar, media komunikasi canggih mendorong dan mensituasikan secara intens pola komunikasi sehari-hari kaum muda. Dengan dalih mengefesienkan waktu dan jarak tempuh, alat komunikasi canggih sudah menjadi bagian inheren dari seluruh aktivitas kaum muda. Dalam era informasi, lahir kaum digital native yang menandai ...

catatan tiga

Apakah memang sosiologi sebagai disiplin ilmu sesungguhnya mengandung problema? Setidaknya hingga kini, ilmu sosiologi masih memperlihatkan pertentanganpertentangan di dalamnya. Ini maklum, sebab memang dari awal, sosiologi ditandai dengan kritisme diantara tokohtokoh pelopornya.  Ilmu yang dipelopori Auguste Comte semenjak dalam perkembangannya memang tidak berjalan mulus. Pasca dirinya, disiplin yang ia tujukan untuk meramalkan perkembangan masyarakat, justru dilanjutkan dengan perdebatan subjek ilmu yang seharusnya menjadi kajian sosiologi. Hingga akhirnya secara umum untuk menengahi perdebatan itu, Ritzer mengelompokkan pendekatan teori dalam sosiologi dengan pendekatan paradigmatiknya. Walaupun sebenarnya dalam sudut tertentu, pengelompokan ini juga bermasalah dari sisi alasan-alasan yang digunakan Ritzer dalam kategorisasinya. Sebab dalam pendekatan yang lain, disamping berkembangnya teori sosiologi, banyak pendekatan yang justru berbeda dari yang dilakukan Ritzer. ...

Ramadhan dan Simulakra

Ramadhan telah memasuki hari kedelapan dan hendak memasuki hari kesembilan. Sudah menjadi tradisi di dalam masyarakat kita jika tiba pada bulan ilahi banyak terjadi perubahan yang serba cepat. Bukan saja masyarakat, komponen-komponen media pun berlomba-lomba menyuguhkan menu ramadhan untuk mencari berkah bulan yang dijanjikan pahala berlipat.  Dari acara berita hingga sinetron, banyak yang berlomba-lomba menarik minat penonton untuk menaikkan reting siarannya. Iklan-iklan yang sebelumnya tak memiliki kaitannya dengan bulan ramadhan justru berbalik seratus delapan puluh derajat. Para tokoh-tokoh iklan nampak berbusana muslim, wanitanya indah dengan kerudung warna-warninya, sedang prianya tampan terlihat dengan baju koko plus dengan kopiahnya.  Stasiun televisi berlari secepat mungkin mempertontonkan kealiman acara-acaranya, menggelar tabligh akbar sampai memperlihatkan orang-orang yang berurai air mata dengan pesan-pesan ustad dadakan. Singkat cerita bila...