Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Jean Baudrillard

Chester Bennington dan Beberapa Masalah di Sekitar Kita

Bila mereka berkata Siapa yang peduli bila satu dari banyak cahaya redup? Di langit sejuta bintang Berkedip, berkedip Siapa yang peduli kapan waktu seseorang habis? Bila sesaat itulah kita Kita lebih cepat, lebih cepat Sipa yang peduli bila satu dari banyak cahaya redup?* Dia mati. Kamis, 20 Juli lalu. Tewas di rumah pribadinya, di Palos Verdes Estates Los Angeles. Tak lama setelah itu beritanya viral. Banyak penggemarnya dibuat mendung matanya. Siapa menduga dia mati dengan cara yang tragis: gantung diri. Kabarnya dia tertekan. Ingatan kelam masa kecilnya menyeruak dalam benak. Tumbuh dan berkembang biak bagai kanker. Trauma itu disebutnya begitu menjijikkan. Banyak laporan menyebut ia depresi. Barangkali ia kalah, atau lelah, karena itu ia bunuh diri. Namun, siapa yang tahu pasti? Yang pasti Chester Bennington, vokalis Linkin Park itu, satu dari banyak orang yang mati bunuh diri di tengah keadaan mayarakat yang dikepung ketidakacuhan. Tapi, depresi mem...

Menggeledah Motif-Motif Berpikir Masyarakat Sibernetik

Berpikir, harkat manusia. Itulah sebab, berpikir menandai keunikan manusia. Tiada yang menyerupainya. Itulah juga, manusia diyakini mahluk bermartabat. Berpikir membuat harkat tegak. Bekerja meneruskan ide-idenya, manusia bermartabat. Tiada zaman seperti sekarang menempatkan harkat manusia serendah-rendahnya: era sibernetik. Selain kemajuan pencapaian kebudayaan manusia, secara paradoks, zaman sibernetik, diam-diam mensituasikan cara berpikir manusia menjadi lebih dramatik. Bagaimana itu mungkin? Pertama, era sibernetik menengarai dan menopang perubahan konfigurasi interaksi manusia. Kedua, mutakhir, era sibernetik mau tidak mau membuat jalinan komunikasi semakin kompleks dan sulit diantisipasi. Ketiga, imbasnya, motivasi berpikir ikut berubah seiring pertukaran informasi dari beragam budaya dan kebiasaan. Keempat, peralihan dunia nyata secara virtual, mengubah antara “yang nyata” dan “yang semu” tak dapat lagi dibedakan secara esensil. Akhirnya, belum pernah ad...

madah duapuluhenam

Jika ada yang berubah dari zaman ini, barangkali adalah bagaimana cara kita mengkonsumsi. Dahulu saat kita mengkonsumsi, barangbarang tak begitu massif beredar. Produk yang dipampang tak begitu menarik perhatian. Dahulu, barangbarang juga masih santun kita konsumsi. Namun sekarang konsumsi sudah menjadi mode. Sekarang disekitar kita, hampir semua adalah barangbarang yang identik dalam iklan. Sekarang, hampir semua tibatiba kita konsumsi. Dan tak disadari, sekarang kita makin rakus menghabisi diri sendiri. Kapitalisme memang banyak mengubah kenyataan saat ini. Dahulu Marx menyebut kapitalisme bisa besar sebab modus produksinya. Tapi saat ini justru kapitalisme berubah. Kapitalisme bermethamorfosis. Perubahan itu, sebut saja bagaimana ia membangun imajinasi untuk mengkonsumsi tanpa henti. Perubahan itu sebut saja sebagai modus baru kapitalisme;  mode of consumption . Perubahan dari kapitalisme dari  mode of production  ke  mode of consumption  seben...

Media Massa dan Kemunculan Generasi Pop Culture

Marthin Luther Tokoh pencetus Protestanisme dalam ajaran Kristiani Marthin Luther, di abad 16 terheran-heran dan takjub 95 Tesisnya  menyebar luas. Sebelumnya, pandangan teologinya itu ia tempelkan di pintu gereja kastil di Wittenberg. Keheranannya itu ia ungkapkan kepada Paus melalui suratnya menyatakan betapa cepatnya tulisan-tulisannya menjadi diskusi publik luas.  “Adalah suatu misteri bagiku” demikian ia menulis, “bagaimana tesisku…tersebar ke banyak tempat. Padahal semuanya khusus ditujukan bagi kalangan kita di sini...” Ketakjuban Luther ini sesungguhnya ungkapan betapa cepatnya perubahan ditimbulkan mesin media cetak.  95 tesis awalnya  ia tujukan hanya untuk kalangan gereja, justru tak disadarinya menyebar pesat hampir di seluruh Eropa. Sontak mulai saat itu, sejarah mencatat, Luther menjadi orang yang menerbitkan pemahaman baru atas keyakinan agama yang dianut Eropa. Sesungguhnya apa yang terjadi dari cerita singkat di atas, menunjukkan, saa...

Digital Native dan Perubahan Sosial

Era media massa, keterbatasan akibat jarak, waktu, efek maupun daya jangkau pesan, menjadi penting dan harus dipecahkan. Hal ini dikarenakan bakal mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dan interaksi masyarakat. Namun, semakin kompleks kemajuan zaman, ruang dan waktu, alat tekhnologi komunikasi canggih akhirnya mampu mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui manusia, sekaligus secara radikal berpengaruh terhadap cara masyarakat menjalani kehidupan bersama. Di kota-kota besar, meningkatnya presentase penggunaan alat komunikasi dan teknologi, berdampak massif secara kultural terutama bagi kaum muda. Di kota-kota besar, media komunikasi canggih mendorong dan mensituasikan secara intens pola komunikasi sehari-hari kaum muda. Dengan dalih mengefesienkan waktu dan jarak tempuh, alat komunikasi canggih sudah menjadi bagian inheren dari seluruh aktivitas kaum muda. Dalam era informasi, lahir kaum digital native yang menandai ...

madah duabelas

Daniel Bell pernah menyeru, dalam bukunya; ideologi telah mati. Dan ini tidak sepenuhnya salah, sebab dia berbicara tentang jatuhnya sosialisme dan keyakinankeyakinan politik peninggalan abad sembian belas. Seruan ini pernah gaung di pertengahan enam puluhan, tetapi hingga saat ini nampaknya pernyataan sosiolog itu masih terasa benarnya. Namun nampaknya ia menyebut ideologi yang lain. Ia menyebut  ideologi yang pernah dianut hampir sepertiga kawasan dunia. Kini, dunia telah berganti rupa. Ia sepertinya salah memperhitungkan, bahwa ada yang lain, dan juga sebenarnya adalah ideologi. Kapitalisme yang tak pernah matimati itu, kini di sini, dengan kemasan yang dibungkus menarik; iklan. Iklan yang disebut sebagai media yang mengagungagungkan objek oleh Baudrillard, memang sudah menggusur apa yang kita yakini. Simulakrum yang disebutnya sebagai realitas virtual yang semu sepertinya sudah kita anggap sebagai kenyataan. Ini persis dengan mahluk gua Plato; yang nyata adalah apa yang ...

madah empat

Menjadi manusia dan memilih menjadi manusiawi adalah dua ihwal yang berbeda. Apalagi di dalam situasi yang dibilangkan Ulrich Beck; masyarakat berisiko. Beck mencurigai dan juga meresahkan pencapaian yang telah direkam dalam peradaban saat ini. Terlalu banyak hal yang di luar perhitungan, terlalu banyak resiko. Peradaban atau masyarakat yang kita sebut modern, sudah terlalu banyak menciptakan kemajuan, tetapi juga kesenjangan.  Lahirnya kapitalisme hanya berpusat di dalam pusaran kekuasaan, di luarnya; ada kaum miskin kota yang tergusur; buruh yang tak diupah; petani yang kehilangan lahan; nelayan yang tak kunjung melaut; dan kita sendiri yang masih saja resah terhadap nasib yang paspasan. Di dalam nasib yang paspasan itulah menjadi manusia atau memilih menjadi manusiawi adalah urusan yang bisa subtil. Walau terlalu banyak bahaya. Terlalu banyak resiko. Di saat resiko kemajuan menciptakan dunia yang penuh bopeng, justru kita hidup dengan topeng.  Itulah barangkali saat ...