Saya sebenarnya tak mengerti betul sastra, apalagi puisi. Puisi, yang kental dengan simbolisme itu seringkali membuat saya bingung. Sebab, dengan material katakatanya yang simbolis juga metafor tak pernah stabil merujuk pada satu pengertian yang pasti. Puisi, dengan gaya penuturan yang demikian, akhirnya hanya menjadi katakata yang pias makna di hadapan saya. Puisi, dengan katakatanya yang metafor, sepengetahuan saya adalah cara untuk menangkap kenyataan yang tanpa tirai. Dengan kata, puisi ingin merekam apaapa yang murni. Puisi, jika disebut sebagai potret kemurnian, adalah media yang mengungkapkan katakata menjadi baitbait yang gamit. Tapi justru kata tanpa tirai bisa bikin kenyataan jadi asing. Sastrawan menurut saya adalah orang yang punya semacam kemampuan membuat bahasa jadi lain. Katakata di tangan sastrawan menjadi bahan yang dilucuti dari penggunaan yang sudah umum. Di tangan sastrawan, katakata dibersihkan dari ruang tuturan umum yang sering membuat kata jadi banal...