Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Heidegger

Review Kajian Fenomenologi: Jean Paul Sartre (1905-1980)

Jean Paul Sartre Filsuf eksistensilisme Prancis Pemikirannya menjadi unik karena menolak Tuhan sebagai penghambat kebebasan manusia (Dosen pengampu: Muhammad Ashar, Pengasuh Lembaga Kajian Filsafat Lentera Makassar) FILSAFAT  Jean Paul Sartre bukan sekadar pemikiran yang berkelit di antara asumsiasumsi teoritik belaka. Sartre, sejauh dikenal sebagai  filsuf eksistensialis, merupakan pemikir yang menganjurkan barangsiapa berfilsafat, maka pertamatama yang harus dipikirkan adalah bagaimana cara manusia bertindak. Lantas bagaimanakah cara menusia berada dengan tindakannya? Sartre mengemukakan bahwa manusia harus senantiasa mendahului esensinya. Maksudnya, manusia harus senantiasa berada tanpa ditundukkan situasi apa pun yang melingkupinya. Itu artinya, situasi yang dihadapi manusia merupakan tiang jeruji kebebasan yang mesti dijebol dan dilampaui. Akibatnya, manusia adalah mahluk yang memiliki rongga untuk dapat bertindak, bergerak, dan menent...

Review Kajian Fenomenologi Ontologi: Martin Heidegger (1889-1976)

Martin Heidegger muda Filsuf asal Jerman. Ia belajar di Universitas Freiburg di bawah Edmund Husserl, penggagas fenomenologi.  Salah satu jasa Heidegger di bidang filsafat adalah memperkenalkan pemikiran Nietzsche ke tingkat filosofis daripada sastra (Dosen pengampu: Muhammad Ashar, Pengasuh Lembaga Kajian Filsafat Lentera Makassar) *** FILSAFAT di tangan Martin Heidegger, bukan sekadar produk pikiran yang licin dalam benak, dan tangkas ketika berargumentasi. Filsafat, sejauh yang ditunjukkan Heidegger, harus dinyatakan ulang dan dimulai dari pertanyaan, apa arti berfilsafat sesungguhnya? Pertanyaan reflektif dengan tujuan membangun kembali pengertian filsafat itu, dibenahi Heidegger dengan pertamatama menunjukkan bahwa berpikir filosofis, tidak seperti yang selama ini diketahui sebagai upaya argumentatif atas dan dari kesadaran manusia. Yakni yang terpahami sebagai suatu proses yang berpusat dari dalam kesadaran. Berpikir fundamental menurutnya bukan ...

Review Kajian Filsafat Fenomenologi: Edmund Gustav Albrecht Husserl (1859-1938)

Edmund Gustav Albrecht Husserl (1859-1938) Pendiri Aliran Filsafat Fenomenologi (Dosen pengampu: Muhammad Ashar, Pengasuh Lembaga Kajian Filsafat Lentera Makassar) *** Tidak banyak filsuf mampu membuat sistem filsafat, dan menjadikannya sebagai satu aliran pemikiran mandiri. Seperti dibilangkan Muhammad Ashar, pengasuh sekaligus pengampu lembaga studi filsafat Lentera Makassar, Edmund Husserl adalah satu dari sedikit filsuf yang berhasil mengembangkan cara berfilsafat yang khas.  Ashar mengatakan, sebagaimana Immanuel Kant dan G.W. F. Hegel, Husserl menjadi filsuf yang berhasil membangun filsafatnya dengan cara sistematis dan radikal. Apa yang menjadi filsafatnya dengan corak dan watak yang baru, dikenal sebagai filsafat Fenomenologi. Fenomenologi sebagai terma filsafat, sebenarnya sudah dipakai di dalam karya Hegel dalam mengungkapkan fenomena ruh dalam konsep dialektikanya. Begitu juga Immanuel Kant, sudah menggunakannya dengan arti berbeda ketika me...

madah duapuluhsembilan

Louis Althusser, filsuf marxis Perancis yang akhinya gila itu memiliki keyakinan, filsafat seharusnya menjadi tajam. Filsafat seharusnya memiliki sumbangsih. Filsafat harus menjadi senjata revolusi. Bukunya yang dituliskannya dengan judul "Filsafat Sebagai Senjata Revolusi", nampaknya teguh mengikuti bahasa Marx; filsafat tidak sekedar menafsir dunia, melainkan mengubahnya. Saya agak sulit membayangkan, filsafat yang ditandai sebagi ilmu yang abstrak dapat jauh menyentuh halhal yang kongkrit, yakni suatu kehidupan praktis. Dalam hal ini malah mendorong suatu perubahan masyarakat; revolusi. Tapi, di mata orangorang semacam Louis Althusser, atau yang teguh dengan marxisme, itu adalah hal yang mesti. Filsafat tidak seperti ungkapan Hegel yang berpretensi atas gerak ruh yang menyejarah dalam alam. Dalam marxisme, jusru sejarah adalah milik manusia kongkrit. Sejarah adalah milik orangorang yang ingin keluar dari tindihan beban kerja. Dalam sejarah sebenarnya adalah p...

madah duapuluhtujuh

Suatu kota bisa jadi ruang yang begitu bising, tetapi barangkali justru asing.   Kota, sudah jadi bagian dari sebuah skema   kemajuan . Sejak suatu tempat tersentuh perencanaan pembangunan, maka di saat yang bersamaan di sana ada maksud untuk membangun keramaian. Tapi keramaian suatu kota, justru bukan dalam arti soliditas yang kolektif, melainkan justru adalah penanda betapa keterasingan adalah suatu hal yang kronik. Suatu kota memang membikin asing. Suatu kota memang tak hendak untuk membangun suatu hidup yang hening. Filsuf Jerman Martin Heidegger pernah menyitir suatu hal yang subtil; keheningan dan kesepian. Kota menurut Heidegger adalah tempat yang tak mampu mencandra keheningan. Justru di desa, tempat di mana langit menjadi ruang yang bersih dari polusi, dan tanah yang lapang dengan ilalang, adalah dunia tempat keheningan akrab ditemui. Keheningan disebutnya adalah kekuatan asli yang khas dari manusia. Sesuatu yang tak pernah mengisolasi diri manusia. ...

madah tiga

Belakangan ini waktu senggang jadi demikian langka. Nampaknya dinamika zaman yang dimisalkan Giddens ibarat juggernaut, memang bukan main-main: berlari kencang dan tanpa arah. Juggernaut sebagai macan besar memang masalah. Pertama ia tak bisa dikendalikan, dan kedua ia buta tujuan. Itu sebabnya, waktu bagi masa sekarang demikian berharga. Tiap detik, menit, jam, bahkan hari mesti dikalkulasi menjadi kapital. Waktu adalah uang, begitu adagium masyarakat modern. Di titik ini, manusia modern kehilangan kepekaan atas waktu. Kehilangan penghayatan atas waktu. Lalu untuk apa waktu dihayati? Martin Heidegger punya jawabannya. Filsuf gaek Jerman ini mengajukan satu pilihan, menjadi das Sein atau das Man ? Das Sein adalah istilah khas Heidegger bagi mahluk yang berkemampuan menanyakan eksistensinya selama di dunia. Das Sein secara etimologis berarti ”yang ada di sana”. Dalam bahasa khas fenomenology Heidegger, das Sein adalah satu-satunya mahluk berkesadaran yang mampu menga...