LITERASI sufisme menarasikan kesadaran manusia ibarat puncak gunung es menjulang di atas permukaan laut. Yang tampak di permukaan hanyalah keping kesadaran yang menyimpan parasnya di bawah dasar lautan. Paras tersembunyi di bawah permukaan laut itu, dalam literasi sufisme disebut sebagai jiwa. Jiwa, secara ontologis dinyatakan sebagai pangkal kaki yang menggerakkan paras kesadaran di permukaan. Itulah sebabnya, banyak pendakuan sufisme menaruh kedudukan fundamental terhadap jiwa. Ketika jiwa itu baik, baik pula paras kesadaran di permukaan. Jika jiwa itu buruk, buruk pula penampakkannya. Literasi Quranik, mengamsalkan jiwa sebagai wadah mangkuk terbalik. Di dalamnya, terpancar misykat. Misykat, wadah “ yang Ilahiat ” memancarkan asma nya. Pancaran asmanya disebut al Qur'an merentang di sepanjang arah ke timur maupun ke barat . Barang siapa mengotori misykatnya, pancaran “ yang Ilahiat ” bakal putus dan terdistorsi. Sebaliknya, barang siapa menjaga kebersiha...