Langsung ke konten utama

Postingan

Bukan Pahlawan

Di halaman terakhir, Tempo Makassar (Rabu, 17 Februari) menurunkan berita olahraga; Konsistensi Ronaldo. Tak terlalu panjang, dituliskan di situ, Ronaldo disebut konsisten membobol jala gawang lawan. Di tulis sejak dipimpin Zizou, nama kecil Zinedine Zidane, pemain berambut klimis ini selalu mencetak lebih dari satu gol. Ronaldo punya catatan enam pertandingan terakhir sejak diasuh Zidane dengan mencetak tujuh gol. Kalau dirataratakan, Ronaldo mencetak 1,16 gol dalam setiap pertandingan. Sebelumnya, pria Portugal ini mencatatkan namanya di papan skor saat berlaga kontra Athletic Bilbao. Tak tanggungtanggung dua gol diciptakannya pada laga di kandang Real Madrid, Santiago Barnabeu, akhir pekan lalu. Pun kalau disebut masalah Ronaldo mulai tumpul di dua laga sebelumnya, sebenarnya yang dituntut darinya hanya soal konsistensi. Ini yang harus dibuktikannya saat laga melawan AS Roma nanti malam. Sekarang, saya pikir bukan saja Ronaldo yang dituntut konsisten, tapi juga ba...

Bunker di Kala Deras Hujan

Kalau hujan tiba, bunker jadi mirip tenda pengungsi. Bocor sanasini. Kami sering khawatir kalau hujan tiba, apalagi disertai angin kencang. Soalnya, atap seng sudah banyak lepas pakunya. Sekali tiup, lubang seketika. Untung itu belum terjadi. Kami masih beruntung. Untuk kesekian kalinya. Kalau dulu, bunker sering kebanjiran. Maklum, tanah yang ditempati agak rendah dibanding daerah sekitar. Apalagi ketika rumahrumah mulai meninggikan lantainya, praktis air tergenang begitu saja tanpa bisa keluar. Ditambah memang tak ada selokan yang bisa dijadikan saluran air. Kalau sudah begini tunggu saja. Banjir. Kami sering dibuat kesal kalau tetangga sebelah membuang sampah sembarangan. Jengkel sampai diubunubun ketika sampahnya dibuang begitu saja di teras depan bunker. Soal ini kami sering menegur bahkan sering kali melibatkan emosi, tapi tetap saja, yang namanya mental yang rusak pasti akan lewat begitu saja tanpa perhatian. Kami menduga, hal ini sudah jadi karakter yang sulit diubah...

catatan kelas menulis PI pekan 4

Bisa dibilang tak ada yang problematis di kelas menulis PI. Pun kalau ada hanya soal beda cerpen dan esai. Itu juga sudah terang. Cuman beberapa tulisan punya kesan ambigu. Entah esai entah cerpen. Tapi Muchniart bilang, esai punya dua ragam; esai deskriptif dan esai tajuk. Esai deskriptif tulisan yang bergerak dengan narasi, menggambarkan suatu keadaan, bendabenda, peristiwa, atau kondisi kejiwaan. Esai tajuk, tulisan yang memuat sudut pandang penulisnya atas suatu topik soal. Sedang cerpen jelas, tulisan yang memuat keberadaan tokoh, plot, sudut pandang dsb. Pengetahuan di atas penting. Terutama bagi penulis pemula. Selain itu ada soal teknis yang mulai harus dipertimbangkan. Hubungannya dengan jumlah kawankawan yang terlibat. Dua mekanisme forum yang sering dijalankan; menarasikan karya tulis dan kritik karya tulis. Cara bekerjanya di forum, yang pertama kawankawan akan diberikan kesempatan mendeskripsikan tulisannya, mulai dari motivasi dasar menulis sampai isi tulisan....

pentingnya kesadaran berbahasa

Elemen penting hidup itu bahasa. Tanpa bahasa tidak ada kesalingpengertian. Tidak ada makna yang bisa dipertukartangkapkan. Bahasa kalau mau dibilang adalah elemen sosial yang mengikat identitas menjadi satu kesatuan. Bangsa Indonesia sudah membuktikan itu. Anakanak muda yang sadar bahasa saat itu melihat bahwa perjuangan tidak saja membangun tujuan dan citacita yang sama, tapi harus dimulai dari cara pengungkapan yang sama melalui bahasa. Karena saat itu hampir semua komunikasi dipertemukan oleh bahasa Melayu, maka bahasa itu dipilih sebagai bahasa pemersatu. Akan sulit membayangkan Bangsa Indonesia bisa merasai kemerdekaan tanpa kesadaran bahasa. Kala itu kalau saja kelompokk elompok daerah masih berpendirian dengan bahasa lokalnya, mustahil kemerdekaan dapat ditempuh. Kemerdekaan akan sulit diucapkan dalam ikatan bahasa yang sama. Karena itulah bahasa bisa dipakai sebagai kait pemersatu. Bahkan sebagai alat perjuangan. Pekerja bahasa orang yang paling sering pakai bah...

athaya

Ini foto tiga tahun lalu. Yang saya pangku ini ponakan saya. Athaya namanya. Saat gambar ini diambil pas waktu idhul fitri. Saat itu dia masih berumur sekira tiga empat bulan. Punya ponakan itu sama dengan memiliki anak sendiri. Bedanya belum punya bini saja. Seperti anak sendiri, saya suka mengendongnya. Menciumnya sambil menggodanya agar tertawa. Menciumnya lagi, menggodanya lagi. Menciumnya lagi menggodanya lagi. Membuatnya tertawa. Gemas. Entah mengapa saya jadi suka dengar bayi tertawa. Padahal seumurumur saya seperti kebal dari bayi. Kadang saya heran, kalau kebanyakan orang suka anak kecil, saya malah menganggapnya biasa saja. Tapi semenjak Athaya lahir, tumbuh dan mulai menggerakkan mulutnya, malah saya mulai berubah. Suka mendengarnya tertawa. Saat Athaya lahir dia sontak jadi pusat perhatian. Maklum di rumah dia cucu sekaligus ponakan pertama. Sedikitsedikit tak ada yang lepas dari dia. Athaya langsung jadi magnet. Banyak orang berdatangan melihatnya. Memberika...

Gila Foto

Seperti sudah saya bilang, di Bunker, kami sering gelar lapakan. Ngopi sambil berdiskusi ringan. Kadang membuka laptop dan menulis. Yang lain membaca sambil malasmalasan. Ini pagi saya terjaga lebih awal. Biasanya langsung ke belakang, membuka pintu keluar sekedar cari udara. Ternyata ini pagi cerah, tak mendung. Agak lama saya menatap langit. Biru, tak berawan. Sontak saya pikir; segera buka lapakan. Tapi urung saya lakukan akibat beberapa motor mengambil tempat lapakan. Maklum kali ini bertambah Ilham, dia punya motor gede. Dia parkir saja semalam di situ, tepat lapakan sering digelar. Dua hari belakangan Makassar diguyur hujan. Praktis Bunker tak buka lapakan. Ridho yang kerap juga lebih awal lapakan urung lakukan. Justru dia memilih bergua di dalam dengan bacaannya. Sedang yang lain pulas lanjut tidur sampai tengah siang. Toh di hari kedua Makassar dikerubung hujan, lapakan nekat digelar Ridho. Pikirnya tak bakal hujan menyambangi. Langit masih mendung, belum huj...

Catatan Kecil Tentang Mhor

Karl Marx lebih dari sebuah nama. Karl Marx adalah sebuah pemahaman. Perspektif. Kita tahu, sejak dia menggedor dunia dengan pikirannya, suatu tatanan tidak sekadar utopis. Masyarakat tanpa segregasi, yang jadi utopia sosialis tradisional, di tangan Marx  jadi ilmiah. Itu disebutnya komunisme. 5 Mei 1818, Marx lahir di Trier. Kota di perbatasan barat Jerman, waktu itu termasuk Prussia. Besar dari rahim Yahudi, kemudian berpindah agama; protestan. Konon rasa “emoh” Marx terhadap agama karena pilihan masa lalu orang tuanya yang gampang berpindah keyakinan. Kuliah hukum agar melanjutkan pekerjaan sang ayah, notaris. Karl Marx muda tidak terlalu tertarik hukum. Dia berminat jadi penyair. Terutama dilihat dari surat kepada ayahnya yang ditulisnya di bulan November selama studinya di Berlin tahun 1837. Ketika saya membaca surat Marx yang ditulis tanggal 10-11 itu, sejak muda Marx telah membangun disiplin keilmuan yang ketat. Dia bercerita pengalaman keilmuannya kepada ayahnya....