Langsung ke konten utama

Postingan

Danny, Kerja, dan Kebebasan

”KERJA bagai kuda.” Entah dari mana istilah ini berasal. Kenyataannya, suatu waktu, sambil melucu istri saya pernah melontarkannya. Satir memang, mengingat ia sering menghabiskan lebih banyak waktu bekerja di luar ketimbang saya yang lebih banyak berleha-leha di rumah. Kami berdua bukan aparatur sipil negara, tapi rasa-rasanya kami membutuhkan kepastian lebih pasti   mengenai penghasilan di akhir bulan dibanding kebanyakan pegawai negeri sipil. Bagi sepasang keluarga muda ada tiga hal pokok yang mesti diperhatikan baik-baik. Kalau perlu mesti diperjuangkan mati-matian: tempat hunian, penghasilan tetap, dan   pekerjaan yang pasti.   Ketiga kebutuhan ini saling melengkapi. Satu saja tidak dapat direalisasi, hancur berantakan keduanya. Saat menulis ini saya sedang membaca Dataran Tortilla karangan John Steinbeck. Belum selesai memang, tapi cerita Steinbeck sudah memukau saya dari awal. Dataran Tortilla, sejauh yang saya baca berkisah tentang Danny dan ket...

Dialogi Pesona Sari Diri

Judul: Pesona Sari Penulis: Sulhan Yusuf Penerbit: Liblitera Edisi: Pertama, 2019 Tebal: 530 hal ISBN: 978-602-646-23-1 --Apresiasi buku Pesona Sari Diri karangan Sulhan Yusuf ALKISAH, seorang pria tampan terpesona melihat cerminan parasnya di permukaan air. Ia lama termangu seolah-olah paras yang ia lihat tiada bandingan sebelumnya. Dalam kisah sastra Yunani klasik, cerita ini diabadikan dalam Methamorposes karangan Ovid. Diceritakan lebih jauh, Narcissus, nama pria rupawan ini, dikutuk dewa karena angkuh terhadap Echo. Ia menolak cinta Echo dan lebih memilih mencintai sosok yang ia lihat di atas permukaan air, yang tiada lain adalah dirinya sendiri. Narsisme, nama penyimpangan mental dalam psikologi diambil dari kisah Narcissus di atas. Barang siapa yang terpesona dengan dirinya sendiri, memuja-muja secara berlebihan dirinya, dikatakan mengidap narsisme. Kiwari, narsisme sangat gampang ditemui. Fenomena selfie berlebihan adalah contoh mutakhir betapa mas...

Petualangan Si Lugu dan Voltaire

Judul Buku: Candide Penulis: Voltaire Penerjemah: Ida Sundari Husen Penerbit: KPG Tahun Terbit: 2016 Cetakan ke: Pertama  ISBN: 978-602-424-160- 5 ”Untuk apa dunia ini diciptakan?” tanya Candide. ”Untuk menjengkelkan kita,” jawab Martin . CANDIDE diam-diam adalah novel yang jenaka, tapi juga dibubuhi ironi. Voltaire, penulis buku ini tentu punya maksud tertentu mengapa ia menulis dengan banyak satire di dalamnya. Cek per cek, ternyata buku ini adalah wujud lain dari pandangan filsafatnya. Dicek lagi lebih dalam, buku ini bukan menceritakan sembarang kisah. Selain menyiratkan kritikan terhadap Leibniz, Voltaire dengan gaya menulis tempo cepat tengah mendedahkan suatu pemahaman berkaitan dengan kosmologi bahwa dunia tidak seperti yang kerap diharapkan. Antara idealitas dan realitas kadang saling memunggungi, bahkan meniadakan. Candide dilihat dari satu sisi seperti kisah petualangan Don Quixote karya Miguel Cervantes. Bahkan keluguan karakter ...

Merasakan Kibasan Bertarung Dalam Sarung

Judul Buku: Bertarung Dalam Sarung Penulis: Alfian Dippahatang Penerbit: KPG Tahun Terbit: 2019 Cetakan ke: Pertama   ISBN: 978-602-481-100-6 PENDEKATAN saya dengan buku ini tidak seperti buku-buku lain. Di toko buku, saya cenderung memilih buku karena tema utamanya. Terkadang juga mencari unsur kebaruan dari buku-buku yang lebih belakangan terbit. Atau mengejar karangan-karangan dari penulis-penulis yang saya favoritkan—tapi seringkali semua itu gugur selama persediaan kantong terbatas :). Bertarung Dalam Sarung saya pilih—dari sekian banyak pilihan—bukan karena alasan-alasan di atas, walaupun ia tergolong judul baru dalam khazanah kesusastraan Tanah Air (Dari segi ini bayangkan berapa banyak judul buku baru dicetak setiap harinya?). Bertarung Dalam Sarung ditulis oleh orang yang berasal dari daerah yang sama dengan saya: Bulukumba. Walaupun nama Alfian Dippahatang sudah lebih dulu santer dikenal di jagad kepenulisan Makassar maupun nasional. Buluk...

Nelayan Itu (Tidak) Berhenti Melaut

Judul Buku: Nelayan Itu Berhenti Melaut Penulis: Safar Banggai Editor: Alfin Rizal Penerbit: Pojok Cerpen Tahun Terbit: 2019 Cetakan ke: Pertama   ISBN: 9786025350337 DUA cerpen awal kumcer ini saya baca di sebuah warkop ketika hari jelang sore. Setelah membelinya, saya memilih rehat dari kerumunan kendaraan yang menggila di atas bara aspal. Makassar, jelang sore adalah kota sibuk. Di jalan raya, seolah-olah semua sedang diburu sesuatu mendesak yang seketika sesak. Saya tidak bisa menahan tidak sesegera mungkin membaca buku karangan Safar Banggai. Kiprah kepenulisannya sedikit banyak sering saya lihat melalui layar Fb. Safar orang Luwuk Banggai. Ia kini mengabdikan dirinya di dunia kepenulisan Yogyakarta. Di sana Safar menghibahkan dirinya sepenuh-penuhnya untuk dunia literasi. Sebagian masyarakat Banggai, daerah asal Safar, banyak hidup di atas lautan. Hidup sebagai nelayan dan mati sebagai nelayan pula. Sebagian besar mereka sudah turun temurun hidu...

Eka Tak Ada Mati

Judul: Cinta Tak Ada Mati Penulis: Eka Kurniawan Penerbit: Gramedia Pustaka Edisi: Kedua, 2018 Tebal: 153 halaman ISBN: 978-602-03-8635-5 PAMUNGKAS Cinta Tak Ada Mati adalah Cinta Tak Ada Mati. Cerpen ketiga sekaligus judul keseluruhan 13 cerpen Eka ini. Kisah CTAM bercerita tentang kesetiaan seorang lelaki kepada perempuan yang dicintainya bertahun-tahun lamanya.   Mardio, nama lelaki itu, rela menghabiskan usianya hanya karena cintanya kepada Melatie, perempuan yang dicintainya sejak dari masa kanak-kanak. Hingga ia berusia tua, dan juga Melatie yang lebih memilih seorang dokter dan hidup damai dengan cucu-cucunya yang lucu-lucu, tidak membuat cinta Mardio kadaluwarsa. Cinta Mardio bahkan dalam ukuran tertentu sudah menyerupai cinta Platonik. Kisah CTAM merupakan cerpen terpanjang dalam kumcer ini. CTAM juga ditutup dengan ending yang memukau sekaligus di luar imajinasi pembaca—terutama saya. Satu hal yang membuat cerita ini menjadi menarik adal...

Kooong dan Eksistensialisme Iwan Simatupang

Judul: Kooong Penulis: Iwan Simatupang Penerbit: Pustaka Jaya Edisi: Kedua, 2013 Tebal: 100 hal ISBN: 978-979-419-386-0 ”Kalau kami boleh bertanya, kau sendiri mau kemana seterusnya Pak Sastro?” ”Aku mau terus begini dulu. Katakanlah, mengembara. Katakanlah aku dipesona secara dahsyat oleh alam kebebasan dan kemerdekaan.” KOOONG seluruhnya berbicara tentang kebebasan manusia. Namun uniknya, kebebasan itu diceritakan Iwan Simatupang melalui dua tokoh yang saling melepas-tangkap: Pak Sastro dan burung perkututnya. Masing-masing dua tokoh ini akan kelihatan kontrasnya ketika memaknai kebebasan, inti dari karangan Simatupang ini. Kooong dibuka dengan adegan Pak Sastro yang kehilangan burung perkututnya. Ia membeli burung itu  pasca anak semata wayangnya mati. Tanpa sadar sepulang dari TKP tempat anaknya tergilas kereta api, ia melewati suatu pasar penjaja bermacam-macam burung. Singkat cerita lantaran daya rayu si penjual, Pak Sastro mau tidak mau terpe...