Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

sketsa dasar akhir pekan di kelas literasi

Saya pernah bilang menulis bagi saya lebih sama dengan melukis. Ini sketsa kasar (dasar) lukisan saya di waktu kelas literasi Paradigma Institute sore tadi:   Syafinuddin Al Mandari Ilmu, hal yang tak diketahui malaikat Manusia akan jauh membuat tercengang malaikat karena ilmunya Ilmu pengetahuan yang dikembangkan akan meninggikan dengan sendirinya derajat seseorang Peradabanperadaban manusia yang hancur karena ilmu yang stagnan. Semua peradaban yang maju karena ilmu yang maju Teknologi pertanian organik. Di kota yang memiliki lahan sempit dapat dimanfaatkan dengan baik kalau ditopang dengan ilmu pertanian yang baik. Pemulung yang cerdas mengelolah pasti akan jauh lebih besar penghasilannya dibandingkan pegawai kantoran. Di J akarta sudah menjadi sengketa antara pemda DKI dengan B ekasi akibat TPA yang over pemakaian. Ada teknologi yang dapat membuat sampah tidak terlalu busuk Bubuk pupuk dan pupuk cair Kalau semua sektor disentuh dengan ilmu yang bagus pasti akan m...

Akhir pekan di kelas literasi

Hari ini saya punya janji untuk mengikuti kelas literasi. Mau tidak mau saya harus ikut, soalnya sudah diingatkan oleh kanda Bahrul Amsal melalui lini masa FB. Apalagi beberapa hari sebelumnya saya sudah janjian dengan Aii Avicenna, kawan saya yang juga kebelet ingin ikut. Maka, siang ini saya bersiapsiap lebih awal, sembari menunggu jemputan Aii . Kelas literasi sebenarnya sudah lama saya ketahui dari kabar yang diceritakan kanda Bahrul. Beberapa foto kegiatannya juga sering kali nongol di FB. Melihat kegiatankegiatan mereka, saya merasa harus ikut. Namun, waktu itu kepalang kelas sudah berjalan, makanya saya agak malu bergabung. Sampai belakangan ini saya dikabari kelas literasi angkatan kedua akan dibuka. Sontak saya senang bukan main. Ini kesempatan emas, saya harus ikut. Sekarang saya sudah di TB Paradigma, tempat kelas literasi di selenggarakan. Hari ini pertemuan kedua. Banyak yang datang. Minggu kemarin kelas perdananya. Saat itu bagaikan mimpi, saya bisa berkumpul...

undangan kelas literasi

Selamat malam. Besok pertemuan kedua kelas literasi Paradigma Institute. Kali ini kita akan kedatangan seorang yang sedikit banyak dibesarkan dan membesarkan Paradigma Institute sampai sekarang. Alhamdulillah kanda Syafi bersedia datang membagi pengalaman dan ilmunya besok sore sekira pukul 15.00. Beliau sampai hari ini masih bergiat dengan tradisi literasi dan pengembangan keilmuan bagi anakanak muda. Bahkan itu dilakukannya ketika masih menjadi mahasiswa. Tadi siang saya mendapat bocoran dari kanda   Sulhan Yusuf   bahwa beliau sedang bertandang di Makassar. Samarsamar bahwa kanda Syafi didapuk menjadi narasumber di salah satu hotel siang tadi. Alhasil atas desakan kanda Sulhan, beliau harus bisa mengisi di kelas literasi besok. Terakhir kali kanda Syafi bertandang di Makassar sekira akhir 2015. Saat itu selain mendampingi kanda Judilherri Justam, beliau juga menjadi pembicara saat melaunching buku yang diinisiasinya; "Anak Tentara Melawan Orba", otobiografi yang ...

yang gagal dari gadis di bangku taman

Pertama, sebuah karya sastra, terutama cerpen adalah cerita yang menggambarkan suatu alur latar belakang. Terutama “sejarah” tokohnya. Banyak saya dapati, setiap cerpenis mengolah latar belakang tokohnya dari deskripsi ceritanya itu sendiri. Bahkan melalui dialog tokoh di dalamnya, pembaca secara pelanpelan mengetahui seperti apa karakter, pembawaan, sampai struktur masyarakat yang melingkupinya. Cerpencerpen Putu Wijaya, misalnya, sering memperlihatkan latar belakang tokohnya dari dialogdialog yang dilakukan tokohnya itu sendiri. Bahkan suatu sejarah dapat diketahui berdasarkan nama tokohnya itu sendiri. Nama Minke yang digunakan Pramoedya di dalam tetralogi buruhnya, bukanlah suatu kebetulan belaka. Melalui nama yang dipakainya, Pram ingin menunjukkan suatu ragam persoalan bangsa yang dikenali dari kesalahan penyebutan nama. Bagi pembaca tetralogi buruh, pasti akan mendapatkan kesan yang implisit bahwa nama Minke adalah kesalahan pendengaran Minke sendiri dari sebutan yang dise...

rahmat semesta alam, pengembara tetaplah pengembara

Setelah kemarin Muhajir, kali ini saya akan memperkenalkan kawan saya, RahmatZainal . Pemuda yang seharusnya sudah memiliki satu anak. Saya heran, dosa apa yang pernah ia perbuat kepada perempuan. Sampaisampai saat ini tidak ada perempuan yang kecantol kepadanya. Barangkali nasib di langit sana, dituliskan agar Rahmat dikandangi dari perempuan. Tapi kalau mau dibilang, justru Rahmat sendirilah yang pasang tembok Berlin di hadapan cewekcewek. Bahkan Rahmat agak gagu kalau bertemu dengan seorang perempuan seusianya. Dalam ilmu tasawuf, untuk menjaga kemurnian ilmu, seorang sufi dituntut menjaga batinnya dari dunia syahwat. Ini mirip dengan tumbuhan padi yang harus dijaga dari beragam hama. Sehat tidak tumbuhkembangnya padi, tergantung seberapa bebas ia dari serangan hama. Seorang sufi, seperti padi, harus menjauhkan dirinya dari godaan hama dunia untuk melatih dirinya agar bersih. Wanita, bagi sufi, adalah salah satu hama yang mesti dihindari. Saya sering bercanda, Ra...

muhajir: lakilaki panggilan

Pemuda tanggung ini bernama Muhajir. Hanya Muhajir saja. Tidak ada nama belakang seperti nama orangorang umumnya. Saya menduga kedua orang tua Hajir, begitu ia disapa, memberikannya nama begitu karena terinspirasi dari nama sebuah masjid entah di mana. Atau karena terngiangiang kisah orangorang muhajirin di masa Rasulullah dulu. Atau memang ada harapan kelak, Hajir di suatu waktu mendirikan masjid dengan Muhajir sebagai nama masjidnya. Atau Muhajirin. Ya, tanpa embelembel nama dibelakangnya. Singkat saja. Gambar ini saya ambil ketika dia sedang bersiapsiap mengisi diskusi salah satu lembaga di kampus orange. Akhirakhir ini Hajir memang sering jadi lelaki panggilan. Dia dalam seminggu saja bisa berkeliling tiga kali bak ustadz mengisi forumforum pengajian. Dipanggil sanasini tanpa rela dibayar. Kadang dia harus rela mengisi forum dua kali dalam sehari. Betulbetul tanpa ongkos. Kadang saya berpikir, sebagai orang yang sering melihatnya mondarmandir dari forum satu ke forum lai...

bunker dan seekor anak kucing

Sore kemarin sepulang dari TB Paradigma, saya menyempatkan singgah di Bunker. Bunker adalah istilah untuk menyebut rumah yang kami sewa sebagai sekretariat. Kalau mau dilihat, rumah yang kami tempati sebenarnya sudah tidak layak huni. Atapnya banyak yang reyot bocorbocor. Temboknya sudah retakretak. Lantainya saja banyak yang terisi pasir. Kalau hujan, jangan bilang, kamu bisa mancing ikan di dalamnya. Kalau bukan ruang tengah yang bertegel, barangkali tak ada yang mau tinggal di sana. Sejarahnya panjang mengapa kami bisa tergusur sampai ke sana. Itupun sebenarnya kami hanya menumpang. Asli menumpang bung! Karena berdasarkan perjanjian, kami harus angkat kaki dari tempat itu. Hanya saja, pemiliknya masih berbaik hati agar kami menempatinya. Kabarnya, tempat itu akan dia jadikan koskosan, tapi karena masih menunggu waktu yang tepat ia urungkan niatnya. Yang mesti kamu tahu, selain tempatnya yang di bawah hunian layak. Kata bunker bisa menjelaskan karakter hunian tempat kami. D...

Sulhan Yusuf: "Ini Mirip-Mirip Komunis"

Kemampuan menulis selalu ditopang dengan kemampuan membaca. Begitu pesan pembuka yang disampaikan   Sulhan Yusuf   ketika memberikan kuliah umum di Inaugural Class Sekolah Literasi Paradigma Institute, 24 Januari, berlokasi di TB Paradigma Ilmu, Pabbentengan, Makassar. Tidak ada penulis yang baik, sebelum menjadi pembaca yang baik, dijelaskan Sulhan adalah rumusan paten bagi siapa pun yang ingin menjadi penulis. Hubungan ini sifatnya komplementer, yang satu hanya bisa bekerja kalau yang lain diandaikan secara bersamaan. Di pertemuan perdana ini, Sulhan juga menjelaskan tentang maqammaqam literasi. Maqam pertama adalah tingkatan baca dan tulis. Tingkatan baca tulis adalah kemampuan elementer tiap orang. Di tingkatan kedua, menulis karena kewajiban. Orang menulis sering karena tuntutan profesi. Orang menulis hanya memenuhi tuntutan kerja. Kedua maqam ini disebutkan Sulhan terjadi hanya karena ada tekanan eksternal. Terkadang katanya, mahasiswa menulis karena didorong ...

Buku, Tuhan dan Kucing-kucing Kesepian

Untuk urusan membeli buku, kadang saya jadi irasional. Apalagi kalau membeli buku yang lama dicaricari. Tanpa banyak perhitungan walaupun uang sekadarnya, hasrat memiliki buku jauh lebih besar dibandingkan urusan bertahan hidup.  Saya pikir beberapa hari kurang makanan tidak akan membuat saya menjadi pengemis, apalagi mati kelaparan. Sejak dulu saya punya prinsip, orang gila  yang tidak memiliki apaapa bisa bertahan hidup, apalagi orang yang punya akal sehat. Di manamana, akal sehat kalau digunakan dengan baik pasti akan memberikan jalan keluar. Makanya saya berani berkorban membeli buku. Berani berkorban inilah yang saya sebut irasional. Anda boleh sepakat atau justru memiliki pendapat  berbeda tentang rasional tidakkah sikap berkorban itu sebenarnya. Tapi saya memiliki pendapat orang yang melakukan bom bunuh diri, rela mati demi meninggalkan orangorang yang dicintainya karena suatu alasan di luar akal sehat. Kalau dia berpikir rasional mana mungkin dia mau menga...

Ibu Jum dan Ibu Mince

Ketika masih duduk di sekolah dasar, saya sangat menyukai pelajaran olah raga. Kesenangan terhadap pelajaran olah raga sebenarnya adalah hal yang lumrah untuk anak kecil seusia saya. Maklum bisa lari kesana kemari. Karena itu perlu diingat, kata olah raga sebenarnya tidak tepat, karena di kepala saya waktu itu olah raga hanyalah jenis bermain yang di jadikan mata pelajaran . Paling pas kalau menyebut hal itu sebagai bermainmain belaka. Bedanya saat bermain olah raga, saya mengenakan seragam berwarna merah muda dengan bis garisgaris di pundak. Di bagian lengan dan celana berwarna merah hati. Jadi tidak femininfeminin amat. Buktinya masih ada warna merah yang mendominasi seragam saya. Namun saya tidak bisa berkelit kalau mengatakan baju olahraga saya kepunyaan lakilaki. Soalnya kerah lehernya berbentuk V. Itu loh kerah khusus perempuan. Ceritanya karena saya anak kedua , sering kali saya harus rela menerima bekas baju kepunyaan Ima, kakak saya. Sebenarnya ini hanya berlaku...