sketsa dasar akhir pekan di kelas literasi

Saya pernah bilang menulis bagi saya lebih sama dengan melukis. Ini sketsa kasar (dasar) lukisan saya di waktu kelas literasi Paradigma Institute sore tadi: 

Syafinuddin Al Mandari
Ilmu, hal yang tak diketahui malaikat
Manusia akan jauh membuat tercengang malaikat karena ilmunya
Ilmu pengetahuan yang dikembangkan akan meninggikan dengan sendirinya derajat seseorang
Peradabanperadaban manusia yang hancur karena ilmu yang stagnan. Semua peradaban yang maju karena ilmu yang maju
Teknologi pertanian organik. Di kota yang memiliki lahan sempit dapat dimanfaatkan dengan baik kalau ditopang dengan ilmu pertanian yang baik.
Pemulung yang cerdas mengelolah pasti akan jauh lebih besar penghasilannya dibandingkan pegawai kantoran.
Di Jakarta sudah menjadi sengketa antara pemda DKI dengan Bekasi akibat TPA yang over pemakaian. Ada teknologi yang dapat membuat sampah tidak terlalu busuk
Bubuk pupuk dan pupuk cair
Kalau semua sektor disentuh dengan ilmu yang bagus pasti akan menghasilkan karya yang luar biasa. Buktibukti yang memperlihatkan kemajuan di berbagai bidang itulah yang disebut literasi
Literasi berarti pencerahan. Membuat sesuatu lebih terang
kewajiban konstitusional negara yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Ranah yang luas. Sekolah hanya salah satu bagian di dalamnya. Katakata pencerahan dan literasi berarti sama. Literasi mengeluarkan orangorang dari kebutaan yang paling awal yakni buta huruf sampai buta pengertian
Literasi pekerjaan jangka panjang. Walaupun hanya lewat manuskripmanuskrip sederhana yang dilakukan selama ini
Kalau konsisten mengawal kelas literasi bisa jadi besok akan menjadi sekolah sosial yang menyebar diberbagai sektor
Lilin literasi sama halnya meledakkan bom peradaban. 
Tugas pejuang literasi, mencerahkan, mampu menguatkan cara pandang orang dengan cara berpikir yang benar
Model bentuknya. Salah satunya Memperbanyak perkumpulan (komunitas). Untuk membangun pergerakan demi perubahan.
Evaluasi
Farid Gaban, Syafinuddin, setiap pencerita sesungguhnya adalah penulis. Kedua jangan dulu diedit, biarkan pengetahuan kita disalurkan mengalir begitu saja. Anggaplah setiap ucapan itulah yang ditulis. Selanjutnya diendapkan dan kemudian disinambungkan melalui proses evaluasi
Farid Gaban: biasakan dialog, bercerita, data, memaknai data, memunculkan sudut pandang, edit. Seorang yang ingin menulis wajib membaca tulisan orang lain. Begitu bukan pembaca maka tak akan menjadi penulis.