Langsung ke konten utama

Postingan

10 Pertanyaan Melihat Rumah dari Rumah

SETELAH hampir sebulan bermukim di dalam rumah akibat Covid-19, sering terlintas pertanyaan-pertanyaan serampangan yang membuat saya tergelitik untuk merefleksikan apa sebenarnya makna rumah bagi masyarakat Timur seperti kita ini. Pertama, apakah kebudayaan kita, terutama Sulawesi Selatan, menganggap rumah hanya sekadar tempat tinggal? Apakah pernah ada dalam sejarah lokal yang membuat rumah berfungsi produktif ketimbang hanya dianggap ranah domestik? Masyararakt Barat membagi dua ranah kehidupannya menjadi ruang privat dan ruang publik. Kedua, apakah rumah bagi kebudayaan lokal memposisikan hal yang serupa? Apakah urusan rumah tangga dianggap ranah privat yang tidak bisa berbaur dengan urusan publik. Ketiga, apakah urusan rumah tangga dengan sendirinya bukan medan politis yang jauh dari urusan kepublikan?   Mungkinkah ada peluang melihatnya dengan kacamata lain, bahwa rumah dalam kearifan lokal Bugis Makassar, mendudukkan urusan rumah tangga juga sebagai bagian dari ur...

Cara Pendidikan Diktator Menciptakan Homo Academicus

TAK ada pendidikan yang baik tanpa melibatkan dialog di dalamnya. Kira-kira 300-400 tahun silam sebelum masehi, dialog sudah didudukkan sebagai bagian penting pendidikan. Konon di masa itu, Aristoteles, senang berjalan berkeliling mengitari murid-muridnya sambil bercakap-cakap. Di akademia yang dia bangun itu, Aristoteles yang berjalan ibarat putaran jam itu kelak menginspirasi suatu pendekatan yang khas dalam wacana ilmu filsafat. Akademianya, tempat dia mengajar, dalam sejarah, menjadi cikal bakal berdirinya universitas-universitas. Juga, sebelum Aristoteles, Socrates malah memakai dialog sebagai metode mengungkap pemahaman. Sampai-sampai karena metodenya ia malah disebut sebagai sang bidan. Ibarat "dukun beranak" Socrates hanya bertugas membantu orang-orang melahirkan sendiri pemahamannya. Pengetahuan hanya bisa dilahirkan dari rahim orang-orang bersangkutan. Tidak ada anak yang lahir di luar dari rahim ibunya. Begitu kira-kira maksud dari metode...

Baltazar: Si Beruang Kutub, Juru Bicara Kebebasan dari Jeruji Valle Central

Judul: Kenang-kenangan Mengejutkan Si Beruang Kutub Penulis: Claudio Orrego Vicuna Penerjemah: Ronny Agustinus Penerbit: Marjin Kiri ISBN: 978-979-1260-82-4 Tebal: 68 halaman “Barangsiapa sanggup membaca apa yang ada di balik mata seseorang, atau membaca spektrum sinar mentari di lembah, atau membaca bayang pertama di atas salju putih pegunungan, ia akan bebas selamanya” (hal.66). TIDAK seperti George Orwell melalui alegori politiknya, yang menggunakan banyak hewan-hewan dalam Animal Farm. Fabel politik Claudio Orrego Vicuna ini cuman butuh satu hewan untuk menyampaikan suasana atau gagasan mengenai kediktatoran kekuasaan politik. Memang, dalam novelet 68 halaman ini tidak ada satupun kata politik dituliskan untuk mencerminkan bahwa ini karya berbicara fakta itu. Tapi, jika pembaca mempertimbangkan faktor biografis, dan melihat novelet ini dari bayang-bayang penulisnya, maka tersirat dengan cara samar-samar bahwa karya ini j...

Surrogates dan Lubang Hitam Masyarakat Maya

Poster Surrogates (2009) Sutradara: Jonathan Mostow Pemain: Bruce Willis Radha Mitchell Rosamund Pike Boris Kodjoe Tanggal rilis: 24 September 2009 LIMBO. Setelah hampir sebulan kita dipukul mundur oleh Covid-19 sampai ke barak terakhir, nampaknya seluruh ruangan rumah jadi semakin intens membentuk pemahaman ulang mengenai apa arti rumah sebenarnya.   Rumah kian menjadi lebih diskursif karena akhirnya saya bisa memahami rumah bukan sekadar tempat mukim belaka. Bagi kelas pekerja, inilah saatnya untuk mengetahui lebih jauh apa sebenarnya fungsi rumah alih-alih melihatnya sebagai unit penunjang bagi pergerakan laba oleh sistem global kapitalisme.   Selama masa swakarantina, rasa-rasanya banyak kegiatan produktif bisa lebih bebas dilakukan tanpa khawatir disituasikan oleh logika kerja. Di pagi hari saya bisa leluasa menghabiskan banyak waktu bersama Banu mengajaknya menikmati sinar matahari sebelum membawanya ke belakang untuk dimandikan. Sa...

4 Jalan Spiritual Menghadapi Corona

Ladya Cheryl akan berperan sebagai Iteung dalam layar lebar  Seperti Dendam Rindu Harus dibayar Tuntas  adaptasi novel karangan Eka Kurniawan berjudul sama.  Ladya Cheryl terkenal lewat perannya di film Ada Apa Dengan Cinta sebagai Alya BANYAK peristiwa tidak terduga bisa membuat orang mengalami epiphany dan membuatnya menjadi seorang sufi. Fariduddin Al Attar, penulis Musyawarah Burung-Burung, menjadi pesuluk lantaran disadarkan oleh perkataan seorang  pembeli parfum yang awalnya ia acuhkan. ”Sedemikiankah keterikatan engkau kepada dunia sehingga menafikan yang lainnya?” kata customer   yang membutuhkan pelayanan Al Attar, yang sebenarnya adalah seorang darwish. Saat itu Al Attar sedang sibuk sendiri di belakang. Merasa tersinggung atas ucapan customernya, Al Attar terpancing, ”lalu apa yang sudah kau lakukan?” ”Aku berkelana ke berbagai tempat, dan berkhidmat di jalan Tuhan.” ”Lantas apa yang sudah kau peroleh dari pekerjaa...

Revolusi Senyap Covid-19: Ia Ada dan Berlipat Ganda

Ilustrasi grafis Corona. Corona berasal dari bahasa Latin yang berarti mahkota SAMPAI saat ini, hanya dua ideologi pemikiran yang berhasil menciptakan revolusi sosial politik di dunia: Komunisme, dan Syiah 12 Imam. Sekarang, dunia sedang mengalami devaluasi besar-besaran. Tatanan ekonomi dunia terancam resesi, percaturan politik ambruk, interaksi masyarakat macet, wahana kebudayaan dan pendidikan seret. Suatu disrupsi sedang mengancam kemapanan peradaban umat manusia. Pelan namun pasti, disrupsi berskala global ini digerakkan paksa suatu revolusi sunyi bernama… SARS-COV-2, yang menyebabkan pandemi Covid-19. Dari namanya, Covid-19 bukan istilah yang lahir dari abad 19, seperti komunisme, apalagi Syiah yang sudah ada jauh sebelumnya. Ia revolusi ala abad 21, lahir di tengah-tengah menguatnya konservatisme kanan, dan terberainya ideologi kiri tandingannya. Itu sebab tidak seperti pemikiran yang berasal dari abad 19, Covid-19 lebih up to date dan lebih mil...

Kekuatan dan Ketakutan

Lukisan The Scream karya Edward Munch.  Sumber: wikipedia.org TAHUN 1883 perut gunung Krakatau meledakkan lahar panas ke udara. Dentumannya terdengar sampai di Colombo dan Sri Lanka, Afrika. Seketika langit ditutupi debu panas berwarna merah menyala. Binatang-binatang berlarian tak karuan, apalagi manusia di bawahnya, tunggang langgang mencari perlindungan kesana kemari. Efek 27 kali ledakan bom atom itu berefek tsunami yang memusnahkan 165 desa, dan para nelayan di Afrika mengenang peristiwa itu dengan mayat-mayat yang mengapung di lautan berhari-hari setelahnya. Tragedi mencengangkan itu tidak saja meluluhlantakkan Nusantara, tapi juga membuat masyarakat dunia terutama benua Eropa ketakutan. Langit dan matahari sekonyong-konyong berubah menjadi berwarna merah gelap. Saking dahsyatnya ledakan itu, efek debu ledakkan Krakatau bertahan di atas langit Eropa sampai berbulan-bulan lamanya. Fenomena alam ini mengilhami pelukis Norwegia Edvard Munch mel...