Pembatas buku memang tanda suatu batas. Dia membelah satu pagina dari pagina yang lain. Membaginya jadi dua. Membuat suatu teritori antara yang "yang telah diketahui" dan "yang belum diketahui". Juga, karena itu dia sekaligus tanda keterbatasan. Dia membelah dua dimensi, dua dunia jadi tegas; rasa ingin tahu dan pengetahuan. Tepat di antara titik itulah, pembatas buku yang seringkali punya ukuran mini itu, akhirnya jadi pengingat, bahwa manusia pada dasarnya makhluk yang harus sadar batas. Yakni, dengan kata lain, pembatas buku, entah dengan tampilan yang sering kali lucu, malah bisa berarti hal yang serius. Itulah sebabnya, pembatas buku barangkali penting. Dia bukan sekedar penyambung ingatan terakhir ketika manusia punya ikhtiar terus menerus mengeja aksara. Tapi, secara pelanpelan dia menanamkan suatu sikap sabar, suatu nilai yang mengintrodusir manusia agar tahu apa arti suatu waktu. Yakni, di situ suatu proses kadang perlu, bahwa suatu rasa tabah a...