Langsung ke konten utama

Postingan

Membela Suara Meiliana

Erich Pinchas Fromm.  Seorang Psikolog sosial,  psikoanalis, sosiolog, dan filsuf berkebangsaan Jerman.  Fromm  dikenal dengan pandangan Psikologi humanistiknya Malangnya, becermin dari kasus ibu Meiliana, wanita asal Tanjung Balai, Sumut yang dihukum 18 bulan bui karena mengeluhkan volume azan di masjid, jangan-jangan religiusitas yang kita perjuangkan selama ini adalah jenis religiusitas yang angkuh. Namun juga sekaligus ringkih. Religiusitas yang angkuh, entah bagaimana caranya, seolah-olah melenyapkan suatu ciri yang sudah menjadi tulang sumsum bangsa kita: kepedulian. Dulu kepedulian itu senantiasa dipegang sama-sama, dipikul  di atas pundak bersama yang kiwari sudah kedengaran klise: tenggang rasa. Tapi, kini semuanya kian menegang. Semua dimulai dari suatu keyakinan yang monolitik. Suatu jenis pandangan agama yang berdiri di atas menara-menara gading dan bukan didudukkan di dalam rumah-rumah sesama. Sudah merupakan hukumnya...

Merdeka dari Kebencian

Mohammad Natsir. Pemikir dan Pendiri Masyumi Perdana Menteri dalam pemerintahan Soekarno pada 1950.  Perselisihannya dengan Soekarno mengenai Islam dan Sekulerisme  masih sering mewarnai pembicaraan ideologi saat ini Akhir Desember 2015, BBC melaporkan, di tahun yang sama adalah tahun kebencian bagi Inggris. 2015: The Year that Angry Won The Internet, begitu bunyi judulnya . Laporan itu merujuk data-data  yang dikeluarkan Demos, suatu lembaga think tank di Inggris yang merata-ratakan 480 ribu pesan berisi kebencian ras di tweet-kan melalui Twitter tiap bulan pada tahun 2015. Jika beradasarkan hitungan Demos, di Inggris, dalam satu tahun rata-rat ada 5.760.000 ujaran kebencian beredar melalui Twitter. Hitung-hitungan ini akan jauh lebih besar kalau mengikutkan platform media sosial lain dan arus penyebarannya. Tidak bisa dibayangkan betapa besarnya arus kebencian yang malangmelintang dari hari ke hari melalui dunia maya. Masih mengacu BBC, api pemic...

Pad Man: Melawan Kemiskinan dengan Pembalut

Data Film: Sutradara : R. Balki Genre : Biografi, drama, komedi Cast : Akshay Kumar, Sonam Kapoor, Radhika Apte Durasi : 140 menit Tahun rilis : 2018 Studio : Grazing Goat Pictures Rating : 8.2/10 (IMDb), 100% (Rotten Tomatoes) LAKSHMIKANT Chauhan dilanda kegalauan setiap istrinya memasuki masa haid. Gayatri, Istrinya, lebih memilih memakai kain lap sebagai pembalut. Kegalauan Lakshmi semakin menjadi-jadi lantaran setiap kali haid, setiap itu pula istrinya menggunakan kain yang sama sebagai penggantinya. Hingga suatu hari, dengan uang pinjaman, Lakshmi membelikan pembalut untuk istrinya. Bukannya berterima kasih, lantaran mahal, Gayatri malah menolak pembalut pemberian suaminya. Didorong kegundahan melihat polah istrinya dan kehidupan yang dililit kemiskinan, Lakshmi bereksperimen membuat pembalut dari mesin sederhana yang diciptakannya sendiri. Setelah melalui beberapa percobaan Lakshmi kembali membujuk istrinya menggunakan pembalut buatannya. Tidak didu...

Prasangka dalam Hermeneutika Gadamer

Perlu diketahui sebelumnya, prasangka dalam hermeneutika Gadamer bersifat netral sejauh itu dipahami sebagai perantara pemahaman manusia untuk memahami keadaan dan dunianya. Bahkan dalam pikiran Gadamer prasangka memiliki kedudukan yang siginifikan lantaran tidak ada pemahaman yang terlepas dari prasangka. Prasangka dalam hermeneutika Gadamer, dari sifatnya demikian adalah “kaca mata” bagi seseorang untuk mengenali dan menggali dunia kehidupannya. Secara konseptual Gadamer membagi dua jenis prasangka: pertama, prasangka yang legitim dan yang kedua, prasangka yang tidak legitim. Dua jenis prasangka ini mesti didudukkan ke dalam konsep Gadamer tentang otoritas dan tradisi. Bagi Gadamer otoritas dan tradisi adalah dua komponen prasangka. Dengan kata lain tindakan memahami, dalam hal ini prasangka, berarti tindakan yang tidak mungkin lepas dari tradisi dan otoritas yang menyertainya. Pemahaman manusia dalam memahami sesuatu selalu dipengaruhi otoritas dan tradisi tertentu. ...

Kisah Dawuk: Menggugat dengan Dongeng

Narasi Dawuk dibuka dengan gugatan dari seorang dikenal sebagai tukang kibul: Warto Kemplung. Tokoh pendongeng yang sering mangkal di warung kopi tanpa modal dan lebih mengandalkan hasil “rampasan” rokok dari orang-orang yang berhasil ia pancing untuk mendengarnya. Lalu cerita apa yang dikisahkan Warto Kemplung? Di sinilah awal mula novel ini memainkan rasa penasaran pembacanya. Tapi, pertama-tama mari kita nilai sedikit siapa Warto Kemplung mengingat narasi novel ini disanggah oleh cerita yang ia kisahkan. Warto Kemplung adalah seorang bekas TKI yang berhasil memiliki teman seorang pejabat di negeri Jiran tempatnya bekerja. Lantaran kisah-kisah perjuangan yang ia ceritakan, membuatnya dekat dengan mantan majikannya dan berhasil mendapatkan nomor pribadinya. Peristiwa ini terjadi ketika ia menjadi tukang renovasi rumah yang kebetulan adalah rumah sang pejabat. Di sela-sela istirahat Warto Kemplung sering menceritakan cerita-cerita seorang tokoh yang berasal dari negeriny...

Radix Cordix

RADIX CORDIX.  Akan lebih menyenangkan melakukan pekerjaan tetek bengek semisal menyemir sepatu, membuat kopi susu, atau melihat aneka produk di online shop walaupun sekadar cuci-cuci mata. Mengembangkan imajinasi ibarat seorang ibu pekerja di pagi hari atau membayangkan diri menjadi orang kaya yang dapat membeli segalanya, rasa-rasanya jauh lebih tidak menggelikan daripada menemukan dua orang di dunia maya berdebat saling menghujat lantaran beda keyakinan. Setiap waktu meladeni orang-orang keras kepala di dunia maya sepertinya pekerjaan yang paling tidak membahagiakan. Asu, memang! Mungkin ada faedahnya meladeni orang-orang keras kepala yang sedikit-sedikit membawa agama sampai di dunia maya. Misalnya bikin sakit hati lawan bicara. Sepertinya ada kepuasaan hakiki jika lawan bicara mati kutu tidak mampu memberikan pendapat balik. Biasanya di titik ini, perbincangan semakin tidak logis. Status saling balas membalas akhirnya menjadi lebar ke mana-mana. Eike tidak yak...

Ramadan

PENGALAMAN puasa adalah pengalaman manusia menemukan otentisitas “sang aku”. Ia cara manusia membebaskan diri “dari” sesuatu dan “untuk” sesuatu. Agama menyebutnya   “sang aku” yang menahan   diri dari   godaan hawa nafsu, sekaligus juga untuk meraih apa yang dibilangkan agama sebagai puncak puasa: takwa. Dengan kata lain, puasa adalah mekanisme   diri untuk kembali ke keaslian parasnya dengan taqwa sebagai puncaknya. Mengupayakan keotentikan diri selama berpuasa sepadan dengan bunyi hadis qudsi yang mengatakan barang siapa mengenal dirinya dia mengenal Tuhannya . “Sang aku” yang ril disebutkan ceruk yang mampu membawa pemahaman manusia   mengenal siapa Tuhannya. Dari sang diri yang otentik, manusia dapat membangun kontak dengan Tuhannya. Bahkan diri yang otentik adalah tempat pancaran Tuhannya. Barangkali karena itulah ramadan berarti membakar . Itulah juga arti selama berpuasa segala kecenderungan yang bersumber dari ego individual dihilangkan ...