Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Mengapa Aku Begitu Pandai: Solilokui Seorang Nietzsche

Judul : Mengapa Aku Begitu Pandai Penulis: Friedrich Nietzsche Penerjemah: Noor Cholis Penerbit: Circa Edisi: Pertama,  Januari 2019 Tebal: xiv+124 halaman ISBN: 978-602-52645-3-5 Belum lama ini aku berdiri di jembatan itu di malam berwarna cokelat. Dari kejauhan terdengar sebuah lagu: Setetes emas, ia mengembang Memenuhi permukaan yang bergetar. Gondola, cahaya, musik— mabuk ia berenang ke kemurungan … jiwaku, instrumen berdawai, dijamah tangan tak kasatmata menyanyi untuk dirinya sendiri menjawab lagu gondola, dan bergetar karena kebahagiaan berkelap-kelip. —Adakah yang mendengarkan?   :dalam Ecce Homo Kepandaian Nietzsche dikatakan Setyo Wibowo, seorang pakar Nitzsche, bukanlah hal mudah. Ia menyebut kepandaian Nietzsche berkorelasi dengan rasa kasihannya kepada orang-orang. Nietzsche khawatir jika ada orang mengetahui kepandaiannya berarti betapa sengsaranya orang itu. Orang yang memaham...

Kampanye dan Menjadi Pemilih Otentik

Pemilu kiwari sudah jauh berbeda dari model pemilu tiga dekade lalu. Terutama di masa-masa kampanye. Sekarang hampir semua cara dapat dilakukan sejauh itu tidak merugikan banyak pihak dan melanggar aturan. Mulai dari bagi-bagi kalender hingga sembako, mulai dari kartu nama sampai baliho, bahkan ada yang sampai membuat buku demi menaikkan popularitas. Alam demokrasi yang demikian terbuka dan semangat pemilih yang ingin berlaku demokratis ikut menunjang semua itu dapat terlaksana. Berbeda di masa Orba yang mengontrol saluran media, abad sekarang media informasi menjadi salah satu saluran untuk memperkenalkan visi dan misi serta program para calon. Banyak manfaat menggunakan media sosial sebagai saluran kampanye. Salah satunya adalah biaya yang lebih sedikit dari cara konvensional. Tidak bisa dimungkiri, cara kampanye memobilisasi masyarakat dalam suatu lapangan sudah ketinggalan zaman dari pada daya jangkau media sosial. Pemasangan baliho-baliho di sudut-sudut jalan, selain men...

Kekerasan Seksual dalam Bayang-Bayang Era 4.0: Refleksi melalui Perempuan di Titik Nol Nawal el Saadawi

Judul : Perempuan Di Titik Nol Penulis: Nawal El Saadawi Penerjemah: Amir Sutaarga Penerbit:Yayasan Pustaka Obor Indonesia Edisi: Pertama,  Juni 2010 Tebal: xiv+156 halaman ISBN: 978-979-461-040-4 PEREMPUAN di Titik Nol adalah pernyataan yang muram sekaligus melecehkan. Dia menunjuk kepada pengertian nihilnya nilai perempuan di mata dunia patriarki, atau malah apa pun dilakukannya tidak mendapatkan pengakuan layak. Setiap pencapaian kaum perempuan tidak membuatnya mendapatkan bobot berisi. Apa pun itu ia diwakilkan dari angka nol. Secara matematis berapa pun nilai yang dikalikan kepadanya tidak akan mengubah jumlah maupun hasilnya. Nilai matematis ini berlaku pula di ranah yang lain. Dia ditundukkan secara kultural, didomestifikasi secara sosial, dan direndahkan secara ekonomi. Bahkan dalam beberapa pandangan agama, perempuan hanyalah makhluk leceh derivat laki-laki. Firdaus adalah sosok yang mewakili betapa perempuan di hampir setiap inci keberadaannya men...

Don Quixote, Buku, Imajinasi, dan Cinta

Judul : Petualangan Don Quixote Penulis: Miguel de Cervantes Penerjemah: Muajib Penerbit: Immortal Publisher Edisi: Pertama,  Agustus 2017 Tebal: 124 Halaman ISBN: 978-602-6657-62-4 SIAPA tidak mengenal Don Quixote de La Mancha, tokoh ciptaan Miguel de Cervantes sastrawan Spanyol dalam novelnya yang terkenal: Petualangan Don Quixote . Figur lugu nan kocak yang mengemban misi pembebasan orang-orang tertindas karena berkhayal dirinya seorang ksatria.  Dengan baju zirah perang abad pertengahan, ia berkelana menggunakan kuda kurus yang ia beri nama Rozinante. Bersama pembantunya yang berhasil ia yakinkan, mengikuti kemana kudanya melangkah, mereka mengembara layaknya ksatria dari satu titik entah ke titik entah lainnya. Don Quixote awalnya bernama Alonzo Quinjano. Ia berkhayal sebagai seorang ksatria karena gila membaca dan terbius cerita petualangan ksatria pengembara. Berkat bacaannya itu ia seketika mengubah identitasnya dari seorang peladang menjad...

Spiritualitas Politik, Politik Spiritualitas

Niccolò Machiavelli.  Dikenal sebagai Bapak Politik Modern yang bertujuan memisahkan  agama dengan urusan kenegaraan.  Gambar dilukis Santi di Tito, Opere di Niccolò Machiavelli, before 1782 Indonesia adalah negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia. Walaupun demikian, bukan berarti Indonesia adalah negara agama. Tapi, bukan juga Indonesia adalah negara sekuler. Indonesia adalah negara yang khas. Ia lebih pantas disebut negara beragama. Jumlah penduduk muslim di Indonesia sebanyak 222 juta jauh lebih besar dari Pakistan dan India yang hanya mencapai 195 juta dan 183. Jumlah penduduk muslim   yang besar ini adalah modal utama.  Barangsiapa ingin mendapatkan legitimasi publik melalui agama pasti tahu mayoritas muslim adalah potensi. Tinggal bagaimana mengubah jumah menjadi kekuatan. Maka di situlah peran politik. Ia menjadi perangkat ilmunya. Menggiring agama keluar dari ruang privatnya. Belakangan, dideterminasi politik, Islam m...