Vendredi si Teledor dan Revolusi di Pulau Harapan


Judul : Kehidupan Liar
Penulis: Michel Tournier
Penerjemah: Ida Sundari Husen
Penerbit: Gramedia Pustaka
Edisi: Pertama,  November 2016
Tebal: VII+ 135 halaman
ISBN: 978-602-424-142-1

REVOLUSI di sini hanya berarti kiasan. Yang terjadi sebenarnya adalah rontoknya bertahun-tahun kehidupan yang telah dibangun Robinson Crusoe di pulau tempatnya terdampar. Dinding gua-gua, kebun-kebun, peternakan, sejumlah alat rumah tangga dan harta karun yang disimpannya di dalam ceruk-ceruk gua luluh lantak akibat ledakan dahsyat.

Ledakan itu berawal dari simpanan mesiu yang disembunyikan Robinson di bawah dinding gua. Tanpa sengaja Vendredi si Indian, pembantu Robinson yang diselamatkannya dari upaya ritual pembunuhan, melempar pipa rokok secara asal-asalan.

Tanpa mereka duga, pipa itu malah jatuh di atas gentong-gentong bubuk mesiu. Dan seperti sudah diceritakan di atas, kejadian sepele itu menimbulkan ledakan maha dahsyat memakan hampir seperdua pulau itu. Apa boleh buat ternyata peristiwa itu akan berdampak serius bagi keberlanjutan kehidupan mereka di pulau asing yang tidak tercetak peta itu.

Awal mula cerita

Kisah Robinson Crusoe yang dikarang Michel Tournier, dibuka dari karamnya kapal La Virginie di sekitar perairan Chili, Amerika Selatan. Saat itu abad 18, masa ketika kapal-kapal dari benua Eropa mulai menarik jangkar dan berlayar menuju negeri-negeri jauh di sebelah Selatan dan Timur Eropa. La Virginie –kapal yang ditumpangi Robinson Cruose—diceritakan akan menuju Chili dalam rangka perdagangan.

Tapi apa daya, di tengah lautan badai menyergap. Kapal LaVirginie karam setelah menghantam gugusan batu karang. Dari kejadian itu hanya Robinson Crusoe yang selamat. Ia kemudian terdampar di suatu pulau tak berpenghuni yang tak diketahui siapa pun.

Seketika siuman dan berbulan-bulan membuat perahu penyelamatan dan kemudian gagal, Robinson menyadari bakal hidup lama dan jauh dari kehidupannya semula. Dengan kata lain, ia satu-satunya manusia di pulau itu, dan tak ada satupun alat yang mampu menghubungkannya dengan dunia luar. Seolah-olah yang namanya kehidupan harus dimulai lagi dari titik nol. Dan satu-satunya manusia yang diberikan tugas untuk memulainya adalah Robinson sendiri.

Dengan bekal apa adanya setelah lolos dari depresi dan halusinasi Robinson mulai  terbuka dengan kehidupan pulau itu. Pertama-tama ia membangun tempat tinggal di dalam gua, membangun benteng pertahanan, menetapkan sumber-sumber makanan, beternak, bercocok tanam, dan membuat peraturan-peraturan dan mengangkat dirinya sebagai gubernur di pulau itu dan berbagai hewan liar dan tumbuhan sebagai penduduknya.

Setelah merasa mantap Robinson kemudian  menamai pulau itu Speranza yang berarti harapan.

Vendredi si teledor pencetus revolusi

Vendredi mulanya datang tanpa sengaja bersama sekelompok suku Indian yang dipimpin seorang dukun. Mereka singgah di pulau tempat Robinson tinggal untuk melakasanakan ritual penebusan. Tanpa diduga, setelah  melalukan jampi-jampi, sang dukun menunjuk Vendredi sebagai tersangka baru dan juga harus segera dibunuh ke dalam api unggun. Dengan kaget Vendredi tidak terima dan berusaha kabur ke dalam hutan pulau. Di dalam hutan, tanpa sepengatuan mereka peristiwa itu diintip Robinson di balik semak-semak.

Dengan sekali tembakan Robinson menyelamatkan Vendredi dari kejaran orang Indian di belakangnya. Sontak melihat ada yang mati karena letusan tembakan membuat orang Indian tersisa  kabur meninggalkan pulau. Vendredi selamat dan berhutang budi kepada Robinson.

Peristiwa itu membuat keduanya seperti menemukan oase di padang pasir. Robinson setelah bertahun-tahun hidup sendiri akhirnya menemukan seseorang yang bisa diajaknya berbicara. Bagi Vendredi, Robinson adalah juru selamat yang menyelamatkan nyawanya dan oleh karena itu ia rela dipertuan Robinson.

Maka untuk pertama kalinya pulau itu diisi dua sosok manusia. Sebagai gubernur pulau Speranza, Robinson banyak mengajari tata krama dan aturan main selama hidup di pulau kepada Vendredi. Memberinya tugas memerah susu kambing, bercocok tanam hingga membuka ladang baru dan memetik buah-buahan. Selama hidup di pulau tak sedikit pun Vendredi menunjukkan gelagat perlawanan. Ia patuh dan taat kepada Robinson. Bahkan hanya untuk menunjukkan sikap orisinilnya sebagai suku Indian pun tidak.
Sampai akhirnya terjadi peristiwa  yang sudah diceritakan di awal. Suatu ledakan mengubah segalanya. Mirip-mirip ledakan revolusi, ledakan di pulau Speranza  membalikkan keadaan 180 derajat dan mengaturnya kembali.

Tidak ada lagi hunian yang pernah didirikan Robinson, peternakan dan ladang-ladang hangus terbakar. Kambing-kambing lepas menjadi liar kembali. Dan gua-gua tempat penyimpanan harta benda yang disembunyikan Robinson raib ditelan reruntuhan dinding gua. Singkatnya, semuanya  di pulau itu dimulai dari nol kembali.

Perubahan drastis ini juga berdampak dari bebasnya Vendredi terhadap tuntutan-tuntutan yang semula dibebankan kepadanya. Ia tidak lagi bekerja rutin seperti biasanya lantaran tidak ada lagi yang patut dikerjakan.


Robinson juga sudah legowo menerima keadaan yang baru ini. Dan Vendredi untuk pertama kalinya bebas melakukan apa saja sesuai keinginannya.
Ledakan itu dengan kata lain telah membebaskan Vendredi dari aturan main yang dibuat Robinson.  Tidak ada lagi siapa tuan siapa hamba. Tidak ada lagi Robinson yang superior menentukan gerak gerik Vendredi. Begitu pula Vendredi bukan lagi objek tindakan yang inferior.  Berkat ledakan itu Vendredi dan Robinson mengawali suatu hubungan yang cenderung aneh untuk ukuran saat itu: mereka setara secara kemanusiaan.

Dialog peradaban

Hidup bebas yang diterima Vendredi membuat Robinson banyak belajar dari dirinya. Jika sebelum ledakan Vendredi cenderung pasif menerima belajar apa saja dari Robinson, kali ini malah Robinson-lah yang banyak belajar dari Vendredi.

Seolah olah dalam interaksi Robinson dan Vendredi sama-sama mewaliki dua pengalaman kebudayaan yang saling belajar satu sama lain. Semula Venderi diajarkan bahasa inggris agar bisa berkomunikasi dengan Robinson. Dia diajarkan cara memerah susu, bercocok tanam, dan lain sebagainya agar dapat hidup harmonis di dalam pulau. Tapi itu saja tak cukup, di luar pemahaman Robinson, Vendredi malah memiliki segudang pengalaman yang bersumber dari pengalaman kolektifnya selama hidup sebagai seorang Indian.

Misalkan saja, Vedredi mengajarkan pengetahuan kuliner kepada Robinson, sesuatu yang tidak ia temukan dalam hidup orang-orang Eropa. Bagaimana membuat burung bakar tanpa repot-repot mencabuti bulunya dengan membakarnya setelah digulung menggunakan lumpur basah. Bagaimana memanfaatkan getah tanaman manis untuk membuat gula cair dan karamel. Bagaimana membuat makanan kaya rasa dengan mencampur buah-buahan yang berlainan rasa…

Robinson juga ditunjukkan cara membuat panah unik dari batang pohon yang menjadi mainan bagi Vendredi. Cara membuat busurnya, dengan apa ekornya dibuat, dan menggunakan bahan apa untuk membuat mata anak panah agar memiliki laju yang baik ketika di udara…

Di lain waktu dengan memanfaatkan tulang-tulang kambing, Vendredi berhasil membuat takjub Robinson ketika menciptakan alat musik menyerupai harpa. Dan yang tak kalah uniknya berkat kulit kambing yang dikeringkan, Vendredi membuat layang-layang yang dapat diterbangkan untuk memancing ikan.

Semua hal itu adalah hal-hal baru yang dilihat Robinson. Selama ini melalui peradaban Eropa-nya ia mengira telah menjadi satu-satunya wakil kebudayaan. Tidak diduga, di luar dari jangkauan pengetahuan Eropanya, masih banyak jenis pengetahuan yang berasal dari kebudayaan-kebudayaan yang beraneka ragam.

Kritik modernisme

Setelah lebih 30 tahun—Robinsont tidak mengetahui hal ini karena tidak ada kalender dan alat hitung waktu semacamnya—untuk pertama kalinya sebuah kapal singgah di pulau Speranza. Peristiwa langka itu juga menunjukkan untuk pertama kalinya Robinson melakukan kontak dengan orang-orang luar.

Pertemuan itu serasa ganjil dan aneh di mata Robinson. Setelah hidup bertahun-tahun oleh alam liar, hati Robinson sangat peka terhadap perilaku yang tidak menunjukkan rasa hormat dan  sopan santun. Hal ini dirasakannya dari sifat awak kapal yang semaunya mengobrak-abrik isi pulau karena dianggap masih liar; mengambil air semena-mena, memotong pohon tanpa sikap hormat, dan menyembelih kambing tanpa rasa kasihan.

Semua itu membuat Robinson merasa sanksi terhadap peradaban yang melahirkan orang-orang semacam itu. Dalam hatinya ia mempertanyakan kehidupan macam apa yang telah membuat orang-orang menjadi beringas dan tak bersopan santun.  Ia lebih baik hidup di alam liar dan jauh dari peradaban jika itu satu-satunya model kehidupan yang lebih manusiawi.

Itulah sebabnya,  di akhir cerita Robinson memilih untuk tinggal di Speranza selama-lamanya. Peradaban di luar sudah tidak cocok dengan jiwanya. Ia lebih merasa manusiawi hidup di alam liar dari pada harus dituntut ini-itu oleh perabadan yang ia nilai penuh keangkuhan.

Bagaimana dengan Vendredi? Setelah tercengang oleh arsitektur kapal yang baru pertama kali dilihatnya, ia melarikan diri di malam hari dan ikut berlayar bersama kapal di pagi hari yang masih kental. Ia kali kedua berbuat teledor. Itu artinya Vendredi akan ikut bergabung ke dalam kehidupan peradaban yang makin saklek, imperatif, dan tidak manusiawi. Setidaknya dari mata seorang Robinson.