Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Tauhid dan Tuhan-Tuhan Jauh

Ibnu Arabi dikenal sebagai tokoh yang kontroversial.  Dikenal dengan konsep Wihdatul Wujud TAUHID . Alkisah, di bukit Sinai, di semak-semak yang menyala, Tuhan menghadirkan dirinya di hadapan Musa. Tuhan yang ia saksikan kemudian memerintahkan Musa menghadapi Firaun untuk membebaskan bangsa Israel dari raja yang zalim itu.   Lalu, Musa bertanya, ”dengan nama apakah Engkau disebut?”   Dalam Bibel Tuhan berucap: ”Ehyeh asyer Ehyeh.”   ”Aku adalah Aku.”   Kemudian Musa diingatkan agar jangan sekali-kali bertanya tentang diri Tuhan. Dia adalah Dia. Zat yang hanya diketahui diri-Nya sendiri.   Disebutkan ketika Musa ingin melihat wajah Tuhan, sekali lagi ia diperingatkan: ”Engkau tidak bisa memandang wajah-Ku, karena tidak ada yang bisa memandang wajah-Ku dan bisa hidup.”   Di kisah itu, ketika Musa dipaksa umatnya agar Tuhan menampakkan diri-Nya, gunung tempat Tuhan menunjukkan dirinya hancur lebur. Musa terperanjat, geme...

90 Tahun Sumpah Pemuda

PEMUDA . Barangkali dari sekian banyak negeri hanya di Indonesia yang bangsa, tanah airnya, dan bahasanya sungguh-sungguh diikat dalam satu sumpah. Dan bukan orangtua, bukan kelas ningrat, bukan kelas bangsawan, apalagi kelas penguasa yang bersungguh-sungguh mengucapkan ikrar. Pemuda, ya hanya pemuda, rentang masa usia yang seringkali dianggap minim makan asam garam nasib, miskin pengalaman. Tapi, karena itulah ia masih bersih dan bebas dari ikatan-ikatan kelas, tradisi, atau bahkan kebiasaan yang bersifat koersif. Pemuda adalah rentang usia batas antara semangat menempuh cita-cita dengan suatu kehidupan yang mapan. Tidak bisa dibayangkan jika 90 tahun lalu justru kelas ningrat-lah, misalnya, yang meneguhkan sumpah tanah air, bangsa, dan bahasanya. Mungkin saat itu tanah airnya bukan Indonesia sekarang, barangkali bangsanya malah mewakili trah darah biru saja. Dan kemungkinannya bahasa yang dipakai sekarang malah bahasa etnis tertentu saja. Dengan kata lain, sumpahny...

Metamorfosis Ibu: Merumahkan Ide Melalui Literasi Parenting

Judul Buku: Metamorfosis Ibu, Sehimpunan Literasi Parenting Penulis: Mauliah Mulkin Penyunting: Sulhan Yusuf Ilustrasi isi: Nabila Azzahra Desain sampul: Ambena Akkin Penerbit: Liblitera Tahun terbit: Agustus 2018 Tebal halaman: 270 halaman KEUNIKAN buku ini adalah semuanya lahir dari keluarga. Yang menulis, menyunting, sampai ilustratornya. Tema-temanya digali dari pengalaman keluarga. Entah dari proses mengasuh anak hingga mengasah anak. Dan juga, tentu mengasihi anak. Bisa dibilang dari saling asuh, asah, dan asih inilah buku ini menopangkan dirinya. Di tulisan yang sedang eike persiapkan untuk buku ini, ada satu peran utama yang menjadi benang merah dari esai-esai literasi parenting ini: ibu. Ya, dari pengalaman seorang ibu-lah buku ini akhirnya bisa sampai ke tangan pembaca. Tentu perlu digarisbawahi, kata pengalaman yang eike maksud di sini adalah jenis peng-alam-an yang betul-betul pengalaman. Suatu tindakan yang terlibat dan dilibati lingkungannya. Peng...

Jalan Raya: Alas Pijak Kapitalisme Global

Data buku: Judul Buku: Melawan Rezim Infrastruktur Studi Ekonomi Politik Penulis: Muhammad Ridha Penerbit: Carabaca Tahun terbit: Agustus 2018 Tebal halaman: XXIII + 156 halaman DI ABAD modern,   sejarah jalan raya adalah sejarah modernisasi itu sendiri.   Tanpa jalan raya, percepatan modernisasi berupa perpindahan penduduk, pergerakan arus transporatasi, pembangunan infrastruktur, terbentuknya kawasan perkotaan, dan pergerakan komoditas   akan sulit terealisasi.   Jalan raya adalah tulang punggung yang   menjadi alas sekaligus penghubung beragam penanda modernitas di atas dapat mengalami ekspansi geografis seperti yang dirasakan seperti sekarang ini. Dengan kata lain, basis utama dari modernisasi ( yang dalam kajian kritis adalah juga kapitalisme itu sendiri) adalah jalan raya yang menjadi saluran pembuluh saraf, yang menghubungkan titik-titik terpencar dari aktivitas produksi kapital menjadi lebih terhubung dan lebih gampang terkoo...

Kesyahidan Imam Husain dan Epik Karbala

“In a time of deceit, telling the truth is a revolutionary act. Di saat kebohongan, menyatakan kebenaran adalah sebuah tindakan revolusioner.” Imam Husain lebih dari sebuah nama. Ia adalah sebuah pemahaman. Sebuah Perspektif. Sebagai sebuah pemahaman, Imam Husain adalah pandangan dunia yang membetot pikiran mengenai dua sisi kontradiktif yang tidak mungkin ditengahi: kebenaran dan kebatilan. Sebagai sebuah perspektif, pribadi Imam Husain menjadi simbol keberpihakan bagaimana suatu pandangan dunia mau tidak mau harus rela menanggung risikonya. Hatta, kematian sekalipun. Tapi di Karbala kematiannya bukanlah risiko. Di padang itu, kesyahidannya adalah puncak tertinggi dari moralitas adihulung yang dimiliki seorang pribadi. Dengan kata lain, epik kesyahidan Imam Husain di Karbala menjadi satu-satunya ultimate goal dari sekian pilihan yang diambilnya. Dari sisi teori bunuh diri, kematian Imam Husain bukan kategori kematian yang dibilangkan Emile Durkheim, seorang...