Seharusnya
siapa pun Anda berterima kasihlah kepada makanan satu ini: Mi Goreng Indomie
Instan. Makanan paling instan di jaman serba instan.
Ini
bukan iklan. Tapi sekadar memfilsafati makanan sejuta umat ini. Makudnya, dari
makanan remeh temeh ini, apakah ada sesuatu yang substantif tinimbang sekadar
merasai gurihnya minyak sayur dan bumbunya yang asinasin sedap itu.
Ya.
Kita ingin mencari keugaharian dari makanan seharihari ini. Sesuatu yang utama.
Yang falsafati.
Lantas, bagaimana caranya menemukan keutamaan dari makanan yang paling banyak dicecap mahasiswa ini. Mari dibahas satu dua tiga hal.
Pertama
dari cara dibuatnya. Sadarkah Anda bahwa mi goreng ini mengandung kontradiksi?
Jika belum, coba Anda membuatnya. Kadang melalui praktik, beberapa hal akhirnya
nampak terang.
Jika
sudah, dapatkah Anda menemukannya? Ya, tepat sekali. Mi goreng ini hanya
namanya saja mi goreng, sebab saat Anda membuatnya ternyata dengan cara
direbus. Bukankah itu kontradiksi? Sesuatu yang bertentangan dari caranya
diciptakan? Bukankah lebih baik disebut saja mi rebus?
Kadang
memang sesuatu nampak utama jika dalam prosesnya penuh pertentangan. Termasuk
mi goreng ini, mengajarkan kepada kita terkadang hidup penuh pertentangan.
Bukankah dari proses yang demikian kontradiktif itu, justru mengandung
keugaharian?
Bukankah
sesuatu akan nampak terang jika di dalamnya diperlukan pertentangan. Baik akan
nampak baik jika ada keburukan. Terang hanya bisa dimengerti jika ada
kegelapan. Begitu juga Anda menjadi jelek karena saya tampak gagah?
Jangan kecewa!
Contoh di atas hanya mau menjelaskan dari mi goreng ini kita bisa belajar bahwa
hidup itu penuh perbedaan. Tampak kontradiksi, tapi menyimpan keugaharian.
Kedua,
dari komposisinya. Sadarkah Anda bahwa mi goreng ini mengajarkan perlunya hidup
seimbang. Bagaimana itu mungkin? Begini, jika anda penikmat mi goreng, maka
Anda akan cepat memahaminya.
Ketika
Anda selesai merebusnya, apa yang Anda lakukan? "Menyampur
bumbubumbunya". Benar sekali. Tanpa penyampuran bumbubumbunya, Anda tidak
akan menemukan kenikmatan rasanya. Hanya dari cara itulah Anda menemukan rasa
nikmat. Hanya dengan keseimbangan bumbubumbunya.
Pelajaran
yang kedua, ternyata mi goreng ini tersirat ajaran yang dahsyat. Yakni, dalam
hidup ini dibutuhkan keseimbangan. Coba Anda bayangkan jika tidak ada
keseimbangan dalam hidup Anda? Yakin dan percaya, hidup Anda bakal hancur lebur.
Kemudian,
dari keseimbangan itu, tidak mungkin terjadi tanpa ada keterlibatan macammacam
unsur. Mi goreng ini mengajarkan bahwa dengan minyak bumbu, bubuk cabe, dan
kecap manis, kenikmatan dapat dimungkinkan.
Begitu pula hidup ini, tanpa pencampuran berbagai macam unsur, kelak hidup menjadi nisbi. Keugaharian hanya bisa jika ada berbagai macam perbedaan yang berjalan seimbang. Melalui cara itulah ideal kehidupan dibuat.
Begitu pula hidup ini, tanpa pencampuran berbagai macam unsur, kelak hidup menjadi nisbi. Keugaharian hanya bisa jika ada berbagai macam perbedaan yang berjalan seimbang. Melalui cara itulah ideal kehidupan dibuat.
Bahkan,
mi goreng ini mengafirmasi Platon --filsuf Yunani purba, yakni kebahagiaan
dapat diraih jika "kepala", "dada", dan "di bawah
dada" berjalan berseiringan tanpa melewati batasbatasnya. Kebahagiaan
adalah bekerjanya sesuatu berdasarkan ciri khasnya masingmasing. Begitu
kirakira maksud Platon.
Ketiga,
yakni walaupun disebut mi goreng instan, tetap saja ada proses tahapan saat
Anda menyajikannya. Pertama, Anda harus membuka bungkusannya, kedua, merebus
air, dan terakhir Anda menyajikannya dengan menyampur pelbagai bumbubumbunya.
Setelah itu Anda bakal kenyang.
Artinya,
tiada yang terjadi dengan cara begitu saja. Semuanya mesti berproses. Bahkan
jika Anda ingin cantik seperti Dian Sastro.
Jangan
dikira, kecantikan Dian Sastro terjadi begitu saja. Dia cantik karena
berproses. Tapi, tunggu dulu, kecantikan yang saya maksud bukan sekadar
tampilan fisik belaka. Dian Satro cantik karena dia bisa dikatakan bertalenta.
Dia punya karakter. Dan karakter itu datang dari "dalam kepalanya".
Ya,
benar sekali. Itulah yang kerap dibilang inner beauty. Kecantikan yang lahir dari "dalam
diri". Dan, semua itu butuh proses.
Dian
Sastro punya kecerdasan inner beauty karena dia belajar. Banyak mendalami
ilmuilmu saat mahasiswa. Mau melahap banyak bukubuku. Dan mau bersabar
mendalami apa passionnya.
Bagaimanakah
dengan Anda? Hidup sekarang memang banyak yang instan Bung. Tapi, bukan berarti
membuat Anda menjadi serba instan pula. Ikuti proses, jalani dengan tekun apa
yang menjadi tujuan Anda. Biarkan yang lain serba instan. Sesungguhnya mereka
tak dapat apaapa.
Keempat,
mie goreng yang Anda makan itu mengajarkan kebohongan. Maksudnya? Begini, jika
Anda jeli memerhatikan bungkusan mi goreng Anda, maka apa yang terpampang di
bungkusan dengan apa yang Anda sajikan bagai langit dan bumi.
Jika
diperhatikan, di bungkusan mi goreng Anda tergambar sajian nikmat lengkap
beserta telur setengah matang, dua biji udang rebus, seiris tomat segar,
butiran kacang polong, dan sedikit acar beserta irisan bawang merah. Namun itu
tidak terjadi saat Anda menyajikannya di rumah. Apa artinya? Itu yang saya
maksud kebohongan.
Begitulah,
dari mi goreng itu, Anda diajarkan jangan cepat percaya apa yang sedang tampak
di hadapan Anda. Apa yang sedang Anda lihat, dengar, dan rasakan. Melainkan
kadang apa yang Anda sedang saksikan justru berbeda jauh dari yang sebenarnya
terjadi.
Sering
Anda menyaksikan begitu nyamannya keindahan sebuah kota, tapi bisa jadi
sesungguhnya itu hanya tiupan belaka. Justru di balik itu tersembunyi keadaan
yang sebenarnya, pemukiman kumuh, misalnya.
Kadang
Anda percaya statistik minat baca yang rendah, padahal yang terjadi tidak
demikian. Justru yang Anda baca, punya maksud membuat Anda percaya, bahwa
memang minat baca suatu masyarakat betulbetul rendah, padahal jauh panggang
dari pada api. Sesungguhnya itu juga belum tentu benar.
Seperti
itulah, mi goreng yang sudah berharga duaribu lima ratus ini, secara tersirat
menyatakan apa yang tampak belum tentu mewakili apa yang sesungguhnya terjadi.
Terakhir,
apa keugaharian yang paling dahsyat dari semua ini? Kesederhanaan. Ya,
kesederhanaan. Mi goreng ini mengajarkan walaupun Anda bisa melahap segalanya,
punya banyak duit, seorang jutawan, jika Anda memilih makanan ini, maka
sebenarnya Anda memilih cara menikmati makanan dengan sederhana.
Tapi,
di kondisi lain, jika Anda memilihnya sebagai makanan utama, maka itu bisa jadi
tandatanda kehidupan ekonomi Anda sedang dilanda krisis? Baiklah saya kadung
lapar. Percayalah.