takhayul dan komunisme

Comte menandai masa teologik-metafisik sebagai rentang sejarah manusia yang bergerak oleh kekuatan mitos dan takhayul. Dua kekuatan ini adalah cara manusia bertahan hidup dari semesta alam yang asing. Di masa ini, keyakinan jika manusia menghadapi hambatanhambatan dalam kehidupan, mampu diselesaikan dewadewi seperti yang diyakini dalam mitos. Bagi masyarakat prarasional, mitos dan takhayul dipakai sebagai perangkat pengetahuan untuk menjadi pegangan hidupnya.

Tapi, kesadaran berkembang. Mitos dan takhayul akhirnya digantikan dengan ilmu pengetahuan. August Comte menyebut masa ini zaman keemasan. Ilmu pengetahuan menjadi ratu peradaban. Berbeda dari dua masa sebelumnya, hal ihwal yang belum terjelaskan selama manusia hidup ternyata bisa dipecahkan oleh sains. Akibatnya, kata Comte, di zaman ini segala hal berbau teologis dan metafisis akan dihapus ilmu pengetahuan. Sainslah keyakinan baru masyarakat positivis.

Prediksi Bapak Sosiologi Barat itu bisa benar bisa tidak. Masyarakat memang telah maju oleh kesadaran rasional. Namun, keyakinan terhadap takhayul tidak sepenuhnya bisa hilang begitu saja. Terutama apa yang terjadi akhirakhir ini, soal ketakutan kepada entah apa. Walaupun begitu, siapapun yang mengikuti perkembangan berita akhirakhir ini tahu, beberapa elemen pemerintah khawatir terhadap satu mitos; komunisme.

Komunisme memang dibilangkan Marx dan Engels sebagai hantu yang bergentayangan di langitlangit Eropa kala itu. Di Manifesto Komunis secara eksplisit tujuan Marx dan Engels memakai metafora hantu sebagai penanda terhadap keyakinan baru yang bakal merinsek keyakinan dogmatis masyarakat Eropa. Sebagaimana mahluk halus, keberadaan komunisme akan membuat gentar pendirian masyarakat yang digerakkan filsafat kelas borjuis saat itu. Dan, filsafat kelas borjuis saat itu tiada lain adalah filsafat idealisme Hegel.

Sulit memprediksi apa dasar utama beberapa perangkat negara dan ormas akhirakhir ini getol mengkampanyekan anti komunisme dengan tindakan mutakhir sweeping karya intelektual berbau komunisme. Cuman satu hal yang pasti, mereka khawatiir hantu yang diistilahkan Marx dan Engels bakal seperti kejadian sejarah 65 silam. Padahal alasan ini tidak cukup kuat jika mau melihat keadaan yang sebenarnya terjadi di tengah masyarakat.

Artinya bisa dibilang ketakutan negara dan beberapa ormas hanyalah ketakutan kepada hantu yang sebenarnya, yakni suatu keberadaan yang tidak memiliki wujud; pikirannya sendiri. Dengan kata lain, marxisme dan komunisme adalah hantu yang diciptakan sendiri di dalam imajinasi pemerintah. Suatu takhayul yang tidak terbukti kebenarannya.

Lantas bagaimana dengan kegandrungan kelompok mahasiswa atupun komunitas yang getol mengunyah pemikiran marxisme dan seluruh yang berbau kiri? Di sinilah letak soal suatu kebudayaan ditakar. Apakah untuk memecahkan soal itu harus menggunakan cara primitif atau cara yang lebih intelektuil. Cara fisik atau cara pikir.

Cara yang pertama, seperti marak di pemberitaan, menyita bukubuku kiri, adalah cara yang digolongkan seperti masa yang disebut Comte sebagai masa teologik-metafisik, yakni tindakan yang digerakkan ketakutan akibat takhayul. Akibat kesadaran takhayul macam demikian, tindakannya tergolong primitif, tidak ada tanda kebudayaan sama sekali. Ini mirip Nazi yang membumihanguskan seluruh karya intelektuil yang berbau Yahudi. Betulbetul fasis.

Seharusnya pemerintah menempuh cara yang lebih akademis, yakni pemikiran dilawan dengan pemikiran. Cara ini adalah caranya kaum intelek, lewat diskursus.

Nampaknya, takhayul belum juga hilang dari ruang kebudayaan masyarakat modern. Parahnya lagi itu terjadi di antara orangorang yang secara sosial hidup di tengahtengah zaman yang menghendaki keterbukaan pemikiran. Ini ambivalensi yang tentu konyol. Tapi apa boleh dikata, itulah yang terjadi belakangan ini.

Sampai di sini kita harus khawatir, apabila caracara antipencerahan dipakai sebagai solusi. Tinggal tunggu saja kebudayaan suatu bangsa bakal kerdil. Bahkan jika itu bakal terus terjadi, kebudayaan suatu bangsa bakal tersapu hilang. Kalau sudah begini, ini berarti tandatanda fasisme. Tandatanda kehancuran.