Kawan, mari dengarkan cerita saya. Tolong diperhatikan ya. Jangan
gawai terus yang diurus. Barangkali kalian punya masalah yang sama. Baiklah.
Jujur saya sangat khawatir dengan gonggongan anjing. Bisa dibilang sebenarnya
saya takut terhadap anjing. Jadi bukan saja suara gonggongannya, tapi anjingnya
kawan. Kalau dibandingkan, saya lebih takut anjing daripada gonggongannya.
Apalagi kalau anjingnya yang menggonggong. Bukan main dua kali lipat takutnya
saya. Biarpun kafilah sudah berlalu, ketakutan saya masih saja saya rasakan
sampai sekarang.
Ceritanya begini. Dahulu kala, pada suatu waktu hiduplah seekor
anjing dari negeri antah berantah. Dia hidup di perkampungan penduduk yang
gemar memelihara anjing. Kebiasaan perkampungan itu memelihara anjing tiada
lain untuk menjaga pekarangan rumah penduduk tetap steril dari para penyamun.
Alhasil untuk membuat tetap bugar sehat wal afiat, anjinganjing yang tumbuh
dibiarkan berkeliaran untuk menjaga agar peka terhadap setiap sudut kampung.
anjinganjing yang dibiarkan tumbuh dengan alami, akhirnya menjadi anjing yang
super cepat dan tangkas. Mereka tumbuh dengan luar biasa sempurna.
Celakanya, di sebelahnya, hiduplah kakak beradik yang selalu
melewati perkampungan penuh anjing hanya untuk menunaikan sebagian dari
agamanya; belajar mengaji. Malangnya, selain mesjid tempat mengaji jauh, kakak
beradik ini harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. Ini bukan karena
pertimbangan setiap langkah kaki menuju mesjid akan dihitung sebagai pahala,
melainkan hanya memang lewat kampung itulah jalan pintas yang paling dekat
menuju mesjid.
Nah, perlu dijelaskan di sini, kakak beradik yang belum akil balik
itu harus ke mesjid tiga kali selama seminggu. Jadi bayangkan selama tiga hari
mereka harus menjaga kesucian badaniahnya dari gerayangan anjinganjing. Bagi
anakanak seumuran mereka, menjaga kesucian badaniah adalah prinsip utama
beragama. Masak kalau mendirikan sholat, baju harus penuh dengan bulubulu
kucing. Kan kata ustadz itu najis. Apalagi kalau itu bulubulu anjing. Wah bisa
runyam di akhirat nanti.
Juga kakak beradik itu sering menghabiskan waktu bermain tanah.
Masak ketika pergi mengaji tubuh masih penuh dengan tanah. Nanti di saat pergi
mengaji, nanti dikiranya belum mandi. Seharusnya tubuh harus bersih kan?
Biarpun manusia berasal dari tanah, bukan berarti badan harus penuh tanah saat
menghadap Tuhan maha pencipta tanah bukan? Makanya itu tubuh harus dijaga
sesucisucinya.
Maka godaan apalagi yang paling berat selain melewati perkampungan
penuh anjing tanpa mengalami hadas. Bayangkan betapa beratnya ujian yang harus
dilewati kakak beradik ini. Mereka harus berjalan dengan cara pelan
sepelanpelannya. Seperti sudah terbiasa melewati pekarangan rumah yang memiliki
anjing. Bersabar mengayunkan kaki mereka tanpa mengundang kecurigaan
anjinganjing yang tidur bermalasmalasan.
Begitulah yang dialami kakak beradik ini sampai akhirnya tiba
waktu suatu kejadian yang banyak mengubah segala hal. Termasuk trauma mendalam
yang di alami oleh salah satu di antaranya.
Singkat cerita, ketika hobi berlari menjadi semacam kesenangan
baru bagi kakak adik ini, di saat pulang mengaji ada inisiatif aneh untuk
menguji kecepatan berlari di antara mereka. Caranya sederhana, mengganggu
anjinganjing yang sedang tidur bermalasmalasan. Mekanisme kerjanya
setelah beberapa meter jauhnya dari anjing yang ditarget, kakak beradik
ini memulai aksi nekadnya; membangunkan anjing yang pulas tertidur.
Caranya sederhana, hanya menirukan suara nyalak anjing dan sedikit
memperlihatkan ancangancang berlari. Tak butuh berapa lama, umpan akhirnya di
makan target.
Kawan, ini bukan mancing mania, yang ketika umpan telah dimakan
maka tugas pemancing hanya diam ditempat sambil menarik ikan tangkapannya. Ini
anjing kawan. Yang harus kamu lakukan setelah membuat gusar anjing yang sedang
asikasiknya tidur siang adalah berlari sekencangkencangnya. Apalagi ini
sebenarnya adalah uji kecepatan berlari. Karena itulah siapa yang paling cepat
sampai di seberang jalan maka dialah juaranya. Jadi tak ada yang disebut,
mancing mania, mantap!!!
Sial, tunggu dulu, sepertinya ada yang aneh. Bukankah kalau hanya
untuk menguji siapa yang paling cepat berlari tidak harus mengikutkan anjing
sebagai ujiannya bukan? Kalian hanya cukup menyepakati suatu titik sebagai
tujuan akhir yang mana siapa yang paling cepat sampai maka dialah
juaranya kan? Bangsat. Ide siapa sebenarnya ini. Terlanjutr nasi sudah jadi
bubur. Anjing itu sudah terlanjur berlari. Sudah tidak ada waktu lagi. Maka
kakak beradik itu hanya bisa berlari sekuatkuatnya agar selamat dari rahang
anjing kampung dewasa.
Dasar anakanak, dikepalanya belum bisa membandingkan kecepatan
berlari anjing dewasa dengan kecepatan berlari anak kecil berusia dua belas
tahun. Tamat SMP saja belum. Paling banter baru saja menuntaskan hapalan
kalikalian sembilan sambil terseokseok dikalikalian delapan. Itupun setelah
dipaksa oleh kepala sekolah yang senang mengagetkan muridnya dengan todongan
pertanyaan kalikalian secara tibatiba. Jadi kalau tidak bisa menjawab akibat
kaget mendapat pertanyaan ketika kepala sekolah masuk tibatiba, maka tunggu
saja sampai terlambat pulang.
Sehingga modal utama kakak beradik itu hanya kesombongan dari
keyakinan bahwa mereka mampu mengalahkan kecepatan anjing berlari. Tapi
ternyata itu hanyalah keyakinan di dalam kepala anak ingusan yang tak tahu
diuntung. Kejadian sebenarnya tidak sampai lima menit, posisi anjing yang
semula masih terlihat jauh sudah berada beberapa meter dibelakang pantat tepos
kakak beradik itu. Siapa sangka tuhan menciptakan mahluknya dengan kelebihan
masingmasing. Ternyata anjing itu punya kecepatan berlari yang super cepat. Dan
pantat dua anak ingusan yang jadi sasaran empuk anjing yang sedang gusar.
Entah dari mana anjing itu mendapatkan kekuatannya. Caranya
berlari bukan seperti anjing panuan yang pincang akibat dihajar warga kampung.
Yang ini sungguh anjing yang sehat. Entah vitamin apa yang diberikan
pemiliknya. Hanya dengan perbandingan lima langkah berbanding satu, suara
gonggongan anjing ini mirip sirine yang meraungraung di jalan raya yang padat.
Dari caranya menyalak, jelas sekali anjing ini begitu bergairah melompati dua
tubuh ceking anak ingusan yang menjadi targetnya. Ehm..keadaan nampaknya
menjadi terbalik. Semula anjing ini yang dijadikan umpan berlari, tapi sekarang
justru..akh kau tahulah siapa kawan.
Maka tak lama, ketika jarak bukan lagi penghalang antara dua
mahluk tuhan yang berjauhan, dengan ijin yang di ataslah dua mahluk tuhan
akhirnya dipersatukan. Kun faya kun, terjadi maka terjadilah, salah satu pantat
dari dua anak manusia itu mau tak mau harus ikhlas disantap moncong anjing sialan
tak tahu belas kasihan. Entah pantat siapa. Yang jelas bukan sang kakak yang
menemukan takdirnya. Justru di sore itu, erangan sang adik membuat perlombaan
itu menjadi nasib yang sial.
Ya, perlombaan itu nyatanya berubah menjadi bencana. Pantat sang
adik akhirnya harus jadi ajang amukan moncong anjing. Celananya langsung sobek
dicium mulut anjing. Sementara di pantatnya ada bekas gigitan anjing. Sampai di
sini, kita tak tahu apakah saat itu sang anjing sudah menggosok giginya. Yang
pasti, namanya anjing, giginya bukan main tajam kawan. Beruntung saat itu belum
ada anjing stres akibat virus rabies. Kalau saja saat itu yang menggigit adalah
anjing rabies, bisa jadi sudah banyak bekas suntikan di perutnya.
Setelah peristiwa itu terjadi, sang adik harus lama berdiam di
atas tempat tidur menjaga pantatnya tetap steril. Dan kemudian, mereka berdua
akhirnya kapok melewati perkampungan horor itu. Tidak lama dari kejadian itu,
aktivitas mengaji jadi terhenti. Sementara sang kakak tibabtiba langsung
kehilangan nyali saat melihat anjing. Apalagi mendengar suara anjing yang
menyalak. Diamdiam sang kakak mengalami trauma berat pasca bencana. Ya, itu
bencana kawan. Siapa yang mau pantatnya jadi santapan gratis anjing kudisan.
Jadi ini bukan luka sederhana. Ini trauma yang super berat.
Kamu sudah paham kan siapa yang mengalami gangguan psikologis
berat karena anjing. Sayalah orang yang kehilangan nyali kalau berhadapan
langsung dengan hewan paling menakutkan sedunia itu. Bahkan saya pernah
terjatuh dari motor akibat suara gonggongan anjing. Apa lacur maksud hati ingin
menambah gas, justru berakhir mencium aspal jalanan. Karena itulah sampai
sekarang saya trauma kalau mendengar orang menyalak, maka akan saya kira
anjing. Apalagi kalau memang yang menyalak adalah anjing yang sebenarnya.
Fajar sudah besar, dan saya juga sudah besar. Yang saya sesali
adalah trauma dan ketakutan saya yang semakin akut. Musababnya akhirakhir ini
kalau malam, semakin banyak anjing berkeliaran di rute jalan yang sering saya
lalui. Jadi pliss.. kalau kamu bertemu saya di jalan jangan sampai berteriak,
apalagi menyalak, seperti yang saya bilang, kamu akan saya kira anjing.
Cukuplah gerombolan berjubah saja yang sering menyalak. Mereka sebelas duabelas
seperti anjing. Omongomong apakah kamu tahu cara menyembuhkan penyakit saya?