Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

Banalitas Politik dan Postspiritualitas Partai Agama

Pada dua puluh Mei kemarin, bangsa Indonesia baru saja memperingati hari kebangkitan nasional. Momen yang merefleksikan sikap bangsa atas sejarah hari lahirnya Boedi Utomo dan Sumpah Pemuda. Sikap kebangkitan atas keterjajahan yang dialami Indonesia dari bangsa-bangsa penjajah terdahlu. Jika ditilik dari sejarah, bangsa Indonesia telah memperingatinya selang selama seratus lima puluh tahun. Dimana bukan waktu yang singkat dalam proses pendewasaannya. Artinya bangsa Indonesia bukan lagi bangsa yang kerdil dan kecil, melainkan bangsa yang selalu tumbuh besar dan  memetik pelajaran ditiap tahunnya untuk menampil perbaikan dari waktu kewaktu. Namun jika kita melihat kenyataan bangsa Indonesia di waktu sekarang, rasa-rasanya bangsa Indonesia banyak mengalami cobaan yang menghambatnya untuk menjadi bangsa yang digdaya. Banyak hal yang membuat kita miris. Salah satunya adalah bidang perpolitikan. Politik sejatinya adalah penyelenggraan kekuasaan Negara dalam rangka untuk me...

Anakanak dan Masa yang hilang

Dunia anakanak   adalah dunia yang penuh dengan keriangan. Di masa anakanak dunia selalu ditafsirkan sebagai kenyataan yang dinamis. Sebuah kenyataan yang tidak hendak untuk diseriusi. Dimana pada kenyataan demikian, kesadaran anakanak tidak sama dengan logika manusia dewasa yang selalu menganggap dunia sebagai masa yang di amanahi tanggung jawab. Singkat kata, kenyataan di masa anakanak adalah kenyataan yang diterima tanpa ada intrepertasi normative. Dunia anakanak adalah dunia bermain. Maka tak heran jika dimasa kanakkanak, dalam memperkenalkan kenyataan yang akan di jalani kelak, sedikit banyak bersentuhan dengan dunia permainan.    Anakanak dan permainan merupakan dunia yang memiliki hukum logika tersendiri.  Tidak seperti dunia orang dewasa yang penuh dengan tanggung jawab, aturan, maupun ikatan imperative yang mengikat, dunia anakanak adalah permainan dengan alam kebebasan. Dalam bermain, anakanak bisa melakukan apa saja, tidak ada jejaring kekuasaan b...

Kaum Muda Menentang Kapitalisme Global

(Tulisan ini merupakan tulisan di sekitar tahun 2006/2007, dengan telah mengalami editan sanasini) Hati nurani pasti terketuk pada titik ketertindasan dari hak-hak yang ada Maka Kaum muda adalah hati nurani Yang selalu berteriak dengan semangat perlawanan terhadap Penindasan apapun. Sistem ekonomi kapitalisme   memiliki mekanisme kerja  berdasarkan  tiga komponen utama yakni kaum pemodal, tenaga kerja, dan pasar melalui corak hubungan produksi.   Keuntungan   kapital   kaum pemodal,   telah melahirkan banyak implikasi terhadap kondisi masyarakat yang dijadikan sebagai lahan komoditinya.   Proses   kerja   dari tiga komponen basis struktur   kemudian mengarahkan kita pada arena pasar bebas,   dimana di   dalamnya terjadi pembantaian secara massal akan nasib berjuta-juta manusia. Lahirnya kesenjangan kelas, bertambahnya masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan, banyaknya anak-anak didik yang putus ...

Zaman

Zaman tak selamanya bisa dilawan. Yang mana di suatu waktu, arti sebuah perlawanan adalah persepsi yang dibangun dari situasi yang melingkupi. Zaman boleh saja meninggalkan halhal yang kita jaga dari percepatan waktu. Tetapi kekuatan sebuah perlawanan selalu bermula dari seberapa besar persepsi yang kita berikan kepada kenyataan. Dimana pada kekuatan persepsi, kenyataan menjadi berbeda dan lain. Barangkali disinilah letak perbedaan orangorang besar, bahwa hakikat kenyataan terkadang membutuhkan pikiran besar.

Togel, Urbanisasi dan Kemiskinan

Di suatu pagi, seperti di harihari biasa; kota yang rapat mapat, aktivitas penduduk yang lalu lalang, jalan raya padat kendaraan, seperti kotakota besar dengan gerak mobilitas yang tinggi, handphone saya berbunyi. Sebuah pesan singkat, kurang lebih begini yang tertulis; ”Dari Udin berhasil sukses menang Togel. Bagi saudara2 kami yang sering kalah dalam permainan angka Togel,, hub Mbah Sugem. 082333854*** dijamin 100% tembus.” Jika mengandalkan ingatan, hampir di tiap hari, sms serupa masuk melalui handphone saya. Dan barangkali pesan yang serupa pun dialami oleh banyak orang. Togel atau kupon putih, atau apapun namanya, telah menjadi massif. Dengan pola random, nomor diacak, bagi pengirimnya di sana ada keuntungan. Dan ini, pada perhelatan dinamika kehidupan kolektiv, pada tingkat yang paling elementer adalah sebuah masalah sosial. Kehidupan yang serba cepat, mobilitas yang tinggi, urbanisasi yang menyulap kota, punya ampasnya; kemiskinan. Kemiskinan adalah situasi yan...

Waktu Senggang dan Percepatan Globalisasi

(Tulisan ini masih berbentuk draf dan hanya berupa analisis sederhana sehingga tidak layak untuk dicopy) Kita pernah dibesarkan dengan cerita; kurakura dan kancil. Kurang lebih seperti ini ceritanya; suatu waktu, di tengah hutan belantara, hiduplah seekor kancil. Hidupnya riang. Ia senang berlari. Hampir setengah hutan telah ia kelilingi. Si Kancil adalah hewan yang gesit, dengan tungkai kaki yang ramping. Dengan kakinya yang cepat membuatnya menjadi hewan yang tiada tara gesitnya. Lebih dari itu, si Kancil adalah hewan yang cerdas. Di hutan, kancil tak sendirian, ada si Kurakura; hewan yang lambat, gemuk dan bercangkang keras. Dengan demikian kurakura menjadi hewan yang paling lambat bergerak. Jangankan mengelilingi hutan, setengah dari belantara saja tak pernah ia jelajahi. Singkat cerita, di suatu waktu, terbilang kancil dan kurakura hendak mengunjuk kebolehannya. Mereka ingin beradu cepat. Dipilihlah suatu tempat di sudut hutan. Disaksikan oleh seluruh penghuni hutan unt...

Wiji Thukul, Mei 98

Hanya satu kata, lawan. Begitu sajak yang pernah kumandang dengan ritmik, semacam do’a bagi kalangan aktivis-intelektual Indonesia. Sajak yang bukan hasil dari karya ilmiah dengan klasifikasi yang ketat tentang standar mutu menurut logika sains. Sebuah kredo layaknya kitab yang berisikan wahyu langit untuk meneguhkan iman yang dianggap menyimpang bagi sebahagian besar penganut keyakinan mayoritas. Namun Hanya satu kata, lawan, adalah kalimah yang lahir dari langitlangit yang jauh, langit yang selalu mendung dari seorang Wiji Thukul. Jauh dari kemapanan masyarakat banyak, di mana dalam otoritas tunggal menjadi hal yang dianggap menyimpang dan terlampau meragukan. Pada sajak ini, Wiji Thukul hendak menampik sesuatu yang terlampau mapan, kehidupan yang secara alamiah merupakan produk dari kuasa. Bagaikan godam, Wiji memukulnya dengan sebilah kata. Hanya satu kata, lawan adalah iman bagi seorang Wijhi tukul, iman yang bukan hidup bersemayam dalam ruang dada seseorang m...

Huru Hara Kampus; Refleksi Pasca 2 Mei

Kampus tengah tunggang langgang. Kampus mendapati dirinya sedang dalam keadaan terburu-buru. Kebijakan diambil tanpa pikir panjang, tanpa dialog, yang penting bagaimana bisa menang. Gedung dipertinggi otak dijepit diketiak. Didalamnya, formasi budaya pencerahan berlahan-lahan sedang jumpalitan; terguling-guling. Tenaga pengajarnya malas mengembangkan seni kemanusiaan lewat diskursus-diskursus. Mahasiswanya terlebih sedang  dalam demam tinggi; biasanya jika orang sedang terkena demam akut, maka jadinya senang meracau, ngomong sembarangan. Kawan! seisi kampus tengah dalam kondisi bahaya. Bahaya   pertama, mari kita lihat situasinya; ruang budaya kampus atau lingkungan yang paling dekat dari kita; teman-teman kita. Adakah dari mereka yang resah? Jika tidak, maka itu sebuah kesalahan. Sebab seorang mahasiswa harus memiliki ide besar, ide tentang perubahan. Ide besar ini bagi seorang mahasiswa dalam aktivitasnya, selalu dijadikan teropong untuk memandang situasi yang dihadapi...