Terkisah: Seorang Rabbi selalu meninggalkan Sinagognya pada
saat-saat tertentu dalam kebaktian penebebusan dosa. Dengan curiga sang murid
mengikutinya diam-diam, "jangan-jangan sang Rabbi bertemu dengan Tuhan
saat ia pergi" begitu dalam benak sang murid. Sang murid kaget ketika ia
mendapati sang Rabbi berganti pakaiannya dengan pakaian petani kasar dan pergi
kesebuah rumah cacat dan disana ia membersihkan rumah dan menyiapkan makanan
untuk sang cacat. Ketika sang murid kembali, ia ditanya "Apa yang engkau
dapatkan, apakah sang Guru naik ke Surga?", "Tidak, Bahkan Ia berada
di tempat yang lebih tinggi", jawabnya..
Ali Syariati muda Pemikir Islam Iran Dikenal sebagai sosiolog Islam modern karya-karya cermah dan bukunya banyak digemari di Indonesia ALI Syariati membilangkan, manusia dalam masyarakat selalu dirundung soal. Terutama bagi yang disebutnya empat penjara manusia. Bagai katak dalam tempurung, bagi yang tidak mampu mengenali empat penjara, dan berusaha untuk keluar membebaskan diri, maka secara eksistensial manusia hanya menjadi benda-benda yang tergeletak begitu saja di hamparan realitas. Itulah sebabnya, manusia mesti “menjadi”. Human is becoming . Begitu pendakuan Ali Syariati. Kemampuan “menjadi” ini sekaligus menjadi dasar penjelasan filsafat gerak Ali Syariati. Manusia, bukan benda-benda yang kehabisan ruang, berhenti dalam satu akhir. Dengan kata lain, manusia mesti melampaui perbatasan materialnya, menjangkau ruang di balik “ruang”; alam potensial yang mengandung beragam kemungkinan. Alam material manusia dalam peradaban manusia senantiasa membentuk konfigu...