Langsung ke konten utama

Surat untuk Sahabat; Mengenang

Sejarah pastilah sekumpulan kisah yang terajut ikatan waktu dan barangkali abstrak dalam kepala. Setidaknya itu, Duhai sobat yang dengan kata engkau menafsirkan rasa lewat imajimu. Tak disadari kita menjadi Sang Alkhemis, manusia dengan imaji masing-masing. Tentunya engkau masih mengingat buku yang lapuk oleh tangan kita; yang bergantian mengejanya. Buku yang bertutur tentang Santiago, anak yang menggembala dengan domba-dombanya mencari hakiki hidup. Berbaring dengan tebal buku diselimuti alam, dimana gemintang adalah syair-syair yang selalu ia senangi. Pernahkah engkau ingat itu Sobat? Kita mungkin berjalan dengan Al Khemis masing-masing, cuman bedanya kita tak memiliki domba untuk digembalakan, kita adalah imaji dengan domba yang abstrak.

Setidaknya engkau masih menyimpan memori. Ingatan memori yang terperangkap jauh dari kepala kita. Dimana dalam sudut kamar-kamarmu yang laksana kapal pecah, disanalah kita menghabiskan waktu dan kata untuk bertukar rasa. Menjerat diri dalam hiruk pikuk yang entah kita pahami. Dengan satu lembaran tebal Sang pemimpi, kita menjejalkan batu-batu untuk naik di langit kepala masing-masing. Mulailah kita memiliki endapan masa depan untuk melabrak zaman yang edan. Dari buku itu pun kita selalu menjalani hari dimana kue-kue perasaan menjadi perayaan. Alangkah indahnya kenangan itu?

Tibalah engkau memiliki impian dengan belahan yang jiwa. Merangkai nasib untuk masa yang bergelimangan air mata. Mulailah kita memiliki bumi yang berbeda. Tetapi aku hargai pilihanmu, pilihan yang bagimu adalah hidup yang konsekuen, hidup yang olehnya aku belajar. Wahai sobat ingatlah kita setidaknya pernah satu senyuman, satu kemarahan dan satu atap. Sedianya engakau jangan sisihkan pada hari tuamu kelak..Bicarakan tentang kami, satu yang revolusi baginya jalan dan satu yang olehnya revolusi bukanlah letupan. Duhai kawan, kita adalah luapan dari kisah yang belum usai.

Tulisan tahun 2009; berdasarkan ingatan


Postingan populer dari blog ini

Empat Penjara Ali Syariati

Ali Syariati muda Pemikir Islam Iran Dikenal sebagai sosiolog Islam modern karya-karya cermah dan bukunya banyak digemari di Indonesia ALI Syariati membilangkan, manusia dalam masyarakat selalu dirundung soal. Terutama bagi yang disebutnya empat penjara manusia. Bagai katak dalam tempurung, bagi yang tidak mampu mengenali empat penjara, dan berusaha untuk keluar membebaskan diri, maka secara eksistensial manusia hanya menjadi benda-benda yang tergeletak begitu saja di hamparan realitas. Itulah sebabnya, manusia mesti “menjadi”. Human is becoming . Begitu pendakuan Ali Syariati. Kemampuan “menjadi” ini sekaligus menjadi dasar penjelasan filsafat gerak Ali Syariati. Manusia, bukan benda-benda yang kehabisan ruang, berhenti dalam satu akhir. Dengan kata lain, manusia mesti melampaui perbatasan materialnya, menjangkau ruang di balik “ruang”; alam potensial yang mengandung beragam kemungkinan. Alam material manusia dalam peradaban manusia senantiasa membentuk konfigu...

Mengapa Aku Begitu Pandai: Solilokui Seorang Nietzsche

Judul : Mengapa Aku Begitu Pandai Penulis: Friedrich Nietzsche Penerjemah: Noor Cholis Penerbit: Circa Edisi: Pertama,  Januari 2019 Tebal: xiv+124 halaman ISBN: 978-602-52645-3-5 Belum lama ini aku berdiri di jembatan itu di malam berwarna cokelat. Dari kejauhan terdengar sebuah lagu: Setetes emas, ia mengembang Memenuhi permukaan yang bergetar. Gondola, cahaya, musik— mabuk ia berenang ke kemurungan … jiwaku, instrumen berdawai, dijamah tangan tak kasatmata menyanyi untuk dirinya sendiri menjawab lagu gondola, dan bergetar karena kebahagiaan berkelap-kelip. —Adakah yang mendengarkan?   :dalam Ecce Homo Kepandaian Nietzsche dikatakan Setyo Wibowo, seorang pakar Nitzsche, bukanlah hal mudah. Ia menyebut kepandaian Nietzsche berkorelasi dengan rasa kasihannya kepada orang-orang. Nietzsche khawatir jika ada orang mengetahui kepandaiannya berarti betapa sengsaranya orang itu. Orang yang memaham...

Memahami Seni Memahami (catatan ringkas Seni Memahami F. Budi Hardiman)

Seni Memahami karangan F. Budi Hardiman   SAYA merasa beberapa pokok dari buku Seni Memahami -nya F. Budi Hardiman memiliki manfaat yang mendesak di kehidupan saat ini.  Pertimbanganya tentu buku ini memberikan peluang bagi pembaca untuk mendapatkan pemahaman bagaimana  “memahami”  bukan sekadar urusan sederhana belaka. Apalagi, ketika beragam perbedaan kerap muncul,  “seni memahami”  dirasa perlu dibaca siapa saja terutama yang kritis melihat situasi sosial sebagai medan yang mudah retak .  Seni memahami , walaupun itu buku filsafat, bisa diterapkan di dalam cara pandang kita terhadap interaksi antar umat manusia sehari-hari.   Hal ini juga seperti yang disampaikan Budiman, buku ini berusaha memberikan suatu pengertian baru tentang relasi antara manusia yang mengalami disorientasi komunikasi di alam demokrasi abad 21.  Begitu pula fenomena fundamentalisme dan kasus-kasus kekerasan atas agama dan ras, yang ...