Betapa mudahnya hukum ditegakkan, tapi betapa sulitnya keadilan
ditemukan.
Barangkali karena itulah Socrates mati. Sebab tak ada keadilan di
dalam suara terbanyak. Kita tahu, pengadilan yang menjatuhi hukuman mati
bagi filsuf itu, tak pernah mengakui aktifitas Socartes; berfilsafat.
Di Yunani, di saat itu, betapa mudahnya keadilan dipermak. Apakah
adil itu? Pertanyaan seperti ini adalah penanda bagaimana keadilan memang tak
selamanya jelas. Dalam pengadilan itu, yang menolak argumentasi pembelaan dari
Socrates, memutuskan keadilan diberlangsungkan dengan cara suara terbanyak.
Sebab itulah Socrates bangkit melawan. Sebab di Yunani, saat itu
sesat pikir jadi massal. Keadaan jadi simpang siur akibat kaburnya ukuranukuran.
Filsafat bukan berarti keahlian yang tanpa hormat. Filsafat harus sampai pada
satu simpul kebenaran. Kaum sophis salah. Kebenaran pasti ada, sebab itulah
filsafat harus mencarinya.
Tapi, bagi banyak orang terutama orangorang kaya, kaum sophis sangat
berguna. Keahlian mereka dalam menyusun argumentasi yang alot sangat
dibutuhkan. Sebab di waktuwaktu tertentu, argumentasi mereka digunakan untuk
berdagang. Retorika mereka sangat tepat untuk menarik perhatian orang. Dalam
sejarah Yunani, mereka banyak ditemukan dirumahrumah orang kaya.
Itulah mengapa Socrates membenci kaum sophis. Keahlian yang mereka
miliki justru membuat manusia tak hormat terhadap kebijaksanaan. "Aku
bukanlah orang yang bijak, tetapi aku mencintai kebijaksanaan." Sepertinya
sebab itulah ia tak ingin disebut sophis walau arti dari kata itu sebenarnya
suatu yang baik; bijaksana. Tapi, karena orangorang yang menjual kebijaksanaan
di pintupintu orang kaya, kata itu jadi cacat. Kata itu jadi rusak.
Di negeri ini, sebagai suatu yang sophis banyak sekali ditemukan.
Bahasa kebenaran jadi kabur oleh ketidaklogisan katakata. Dalam hukum, bahasa
menjadi medium yang mendua. Bahasa seperti ungkapan kaum sophis, tak mampu
menyampaikan apaapa. Bahasa justru menjadi penjara dari apa yang ingin
disampaikan. Bahasa tak bisa membawa manusia menjadi lebih tahu. Karena itulah
tak ada yang bisa menangkap maksud. Tak ada yang bisa dirumuskan. Juga keadilan.
Keadilan memang suatu yang harus dicari dan diperjuangkan. Di
negeri semacam ini, keyakinan sophisme memang tak seperti di Yunani era
Socrates yang terang benderang ditemukan. Juga keyakinan mereka tentang
kemustahilan ditemukannya kebenaran, tak membuat jemu orangorang mencarinya. Di
sini, ditempattempat keadilan ditegakkan justru disaat yang bersamaan, keadilan
disembunyikan. Atau yang lebih malang adalah keadilan dibungkam.
Di Yunani, keadaan demikianlah yang mendorong Socrates turun
dikerumunan banyak orang. Tujuannya hanya untuk melahirkan kebenaran yang
hilang disekap kekuasaan. Di pasarpasar ia menuntut orang untuk menggunakan
akal sehat. Di pasarpasar ia mengajak orang untuk berpikir jernih. Tapi, karena
itulah ia disekap. Dan selanjutnya kita tahu jalan cerita; ia dihukum mati.