Agama memang banyak
menyimpaan sisi kelam. Saya pikir, sepertinya tak ada agama yang bersih
daricerita yang kronik, sebab saat agama datang, setelahnya adalah penegakan
hak atas yang bathil; bagaimana terang agama menampik iman yang salah.
Lantas di mana kroniknya? Masalahnya adalah jika “yang terang” sudah dengan perang hendak membentuk keyakinan yang tunggal dengan cara memenggal. Atas itulah agama dalam sejarah hingga kini menyimpan kelam dan kelabu. Seperti sekarang ini, cara yang kronik itu ingin betul mencipta terang dengan pedang, demi yang tunggal melalui pasung dan penggal.
Akhirakhir ini umat muslim
jadi kisruh atas ulah terbitan majalah di Prancis. Sebabnya adalah terbitan
dengan gambar kartun yang dianggap mengejek nabi umat muslim. Tentu kita dibuat
jengkel dan marah. Bahkan marah menjadi cara kita mengidentifikasi keyakinan
kita. Dan juga marah, sepertinya merupakan tanda selama ini yang kerap
kita pakai untuk menunjukkan sentimental iman kita.
Tetapi untuk kali ini beda, tidak sekedar marah, kisruh, aksi demonstrasi dan kecaman cara kita memprotes. Justru malah menghentakkan siapa saja dengan cara yang tak biasa; terorisme.
Di beberapa negeri muslim,
protes atas terbitan yang sering kali mengejek umat muslim itu memang masih
terjadi. Tetapi apa yang terjadi di Prancis atas penyerangan di kantor Charlie
Hebdo, memang tak dimaksudkan untuk memprotes, tetapi sudah menjadi “terang
yang ingin perang.”
Di sinilah kita dibuat bingung, agama dengan vulgar menjadi momok yang menakutkan. Kebingungan kita justru meminimkan bahasa dialog daripada cara yang merontokkan kepercayaan terhadap agama yang cinta damai.
Walaupun demikian sudah
sepantasnya kita marah, memprotes dan bersuara. Biar bagaimanapun kebebasan
menyebar informasi bukan untuk saling singgung apalagi mencela. Sebab di luar
sana, agama tidak ditafsir atas nalar yang jernih, tetapi juga dengan iman yang
kronik.
Barangkali apa yang terjadi di seberang benua sana adalah suara-suara yang telah lama diam di bawah kibarkibar demokrasi. Barangkali umat muslim yang menewaskan beberapa orang oleh aksi penyerangannya, punya iman yang menggumpal, punya agama yang meluapluap; bahwa kali ini tidak lagi sekedar protes.