Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Bulan Turun: Sastra Perang ala John Steinbeck

Judul: Bulan Turun Penulis: John Steinbeck Penerbit: Basabasi Edisi: Pertama,  November 2018 Tebal: 204 halaman ISBN: 9786025783548 BANYAK contoh antara sastra dan kemerdekaan begitu lekat. Di tanah air, sosok Pramoedya Ananta Toer merupakan tonggak kepenulisan yang mendudukkan karangannya sebagai medium kemerdekaan. Bahkan hampir semua cerita yang ditulisnya adalah usaha terus-menerus demi meraih kemerdekaan yang direnggut negara dari dirinya. Di negara tetangga, Filipina, kita mengenal José Rizal yang menerbitkan novel provokatif berjudul Noli Me Tangere . Novel ini lahir setelah José Rizal berkeliling Eropa Utara dan diterbitkan di Berlin. Novel ini berisikan kritikan kepada penjajahan Spanyol di Filipina. Berkat novelnya ini pula menyebabkan dirinya mati. Dalam suatu tulisan, Benedict Anderson menyebutkan kematiannya sebagai mati syahid. Mati demi mencari kemerdekaan. Sastra terlepas dari bagaimana ia dituliskan akan selalu menjadi corong su...

Komunisme dan Lelucon

"Forward! To the West!" Viktor Ivanov, 1942. Puki mai e. Di sela-sela melihat Banu tertidur, video ini menjelaskan banyak hal. (click video di sini) Pertama, kekuasaan sering kali jadi soal karena disulut hasrat menguasai perempuan. Perang Troya antara bangsa Yunani dan bangsa Sparta salah satu contohnya. Helena, perempuan di tengah-tengah perang akbar itu, menjadi pemicunya. Di video ini, disebutkan Raisa adalah kunci. Jangan-jangan semua hasrat kekuasaan di balik gelagat baik politik hanyalah tameng untuk menyembunyikan keinginan yang sama demi menguasai perempuan. Kedua, olok-olok adalah cara lain untuk mempermainkan kebenaran. Miguel Cervantes si pencipta Don Quixote adalah contoh yang baik dalam hal ini. Di novel itu Don Quixote memperagakan keberanian yang datang dari khayalannya. Ia berkhayal sebagai seorang ksatria abad pertengahan yang hidup di Spanyol modern. Ia lantaran didorong khayalannya menjadi hero di tengah-tengah zaman yang sudah ...

Seekor Bebek yang Mati di Pinggir Kali: Kemelut Manusia Modern dalam cerita Obrolan Sederhana

Judul: Seekor Bebek yang Mati di Pinggir Kali Penulis: Puthut EA Penerbit: Insist Press Edisi: Maret 2009 Tebal: xii + 160 halaman ISBN: 978-602-8384-20-9 ADA tiga hal ditemui dari Obrolan Sederhana dalam kumcer Puthut EA, Seekor Bebek Yang Mati di Pinggir Kali. Pertama, esensi manusia sebagai makhluk sosial. Kedua, sebagai makhluk sosial, selalu ada dorongan untuk berinteraksi walau dua orang itu tidak diperantai keakraban Dan yang ketiga,   obrolan remeh temeh dari dua orang yang tidak saling kenal, dan hanya dipertemukan lantaran tidak sengaja, bisa menjadi pintu masuk kepada sebuah problem yang lebih pelik: permenungan atas centang-perenang kehidupan manusia. Obrolan Sederhana dimulai dari tokoh Aku yang tak sengaja dipertemukan dengan seseorang akibat hujan. Di cerita itu, si Aku secara kebetulan lewat di depan vila seseorang yang tak dikenal pasca membeli rokok. Tak dinyana ketika si Aku lewat, seseorang di balik pagar mengajaknya masuk ber...

Sadar Diri dan Obrolan Sederhana dari Sebuah Cerpen

GNOTHI SEAUTON. Setelah membaca cerpen ini* kali kedua --semenjak beberapa tahun lalu—saya baru menyadari cerpen ini merefleksikan keadaan masyarakat sekarang, terutama ketika saling bertemu. Sudah jarang terlihta --dan juga pergaulan diri sendiri--masyarakat sekarang yang saling terbuka satu sama lain ketika berada di dalam komunitasnya. Tapi, jangan dulu komunitas terdekatnya, di dalam keluarga saja sekarang malah seperti tidak saling mengenal. Maksudnya, sudah pasti saling mengenal, saling tahu sesama keluarga inti, namun tidak untuk hal-hal yang personal dan fundamen. Interaksi tetap berjalan, hanya saja tidak saling menjiwai. Cerpen ini menariknya menawarkan insight yang mesti dipikirkan. Pertama, seperti yang saya bilang di atas, yakni tentang "kedekatan" dengan orang-orang terdekat. Kedua, mengenai keterbukaan. Coba ingat-ingat, kapan terakhir kita ngobrol bersama saribatangta , tentang segala ihwal, tentang ceruk-beruknya kehidupan, yang saling mengerti, sa...

Berani Berkata Benar dari Yunani Antik: Pharresia

Judul : Pharresia: Berani Berkata Benar Penulis : Michel Foucault Penerjemah : Haryanto Cahyadi Penerbit : Marjin Kiri Tahun Terbit : Mei 2018 Tebal : 209 Halaman ISBN : 978-979-1260-78-7 Pertama patut diapresiasi atas usaha Haryanto Cahyadi sebagai penerjemah mengingat buku ini bisa dikatakan sebagai teks filsafat. Bahasanya yang ringan dan mudah dicerna membuat pembaca merasa nyaman membacanya. Apalagi ini adalah Michel Foucault, filsuf yang lumayan berat pemikirannya –setidaknya bagi saya— lewat tangan Cahyadi dapat lebih mudah mengurai pokok-pokok gagasan yang ditranskip dari ceramah seminarnya di tahun-tahun belakangan sebelum ia wafat. Diambil dari rangkaian kuliah Foucault di Universitas California, Berkeley, buku ini mengelaborasi hubungan wacana dan kebenaran dari suatu tilikan risikonya. Dengan kata lain, buku ini menawarkan suatu sikap keberanian –yang jarang dijumpai—dalam mengungkapkan kebenaran di saat banyak wacana menutupinya, dan tentu saja ket...