Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Filsafat Indomie Mi Goreng

Seharusnya siapa pun Anda berterima kasihlah kepada makanan satu ini: Mi Goreng Indomie Instan. Makanan paling instan di jaman serba instan. Ini bukan iklan. Tapi sekadar memfilsafati makanan sejuta umat ini. Makudnya, dari makanan remeh temeh ini, apakah ada sesuatu yang substantif tinimbang sekadar merasai gurihnya minyak sayur dan bumbunya yang asinasin sedap itu. Ya. Kita ingin mencari keugaharian dari makanan seharihari ini. Sesuatu yang utama. Yang falsafati. Lantas, bagaimana caranya menemukan keutamaan dari makanan yang paling banyak dicecap mahasiswa ini. Mari dibahas satu dua tiga hal. Pertama dari cara dibuatnya. Sadarkah Anda bahwa mi goreng ini mengandung kontradiksi? Jika belum, coba Anda membuatnya. Kadang melalui praktik, beberapa hal akhirnya nampak terang. Jika sudah, dapatkah Anda menemukannya? Ya, tepat sekali. Mi goreng ini hanya namanya saja mi goreng, sebab saat Anda membuatnya ternyata dengan cara direbus. Bukankah itu kontradiksi? Sesuatu ...

Review Kajian Fenomenologi: Jean Paul Sartre (1905-1980)

Jean Paul Sartre Filsuf eksistensilisme Prancis Pemikirannya menjadi unik karena menolak Tuhan sebagai penghambat kebebasan manusia (Dosen pengampu: Muhammad Ashar, Pengasuh Lembaga Kajian Filsafat Lentera Makassar) FILSAFAT  Jean Paul Sartre bukan sekadar pemikiran yang berkelit di antara asumsiasumsi teoritik belaka. Sartre, sejauh dikenal sebagai  filsuf eksistensialis, merupakan pemikir yang menganjurkan barangsiapa berfilsafat, maka pertamatama yang harus dipikirkan adalah bagaimana cara manusia bertindak. Lantas bagaimanakah cara menusia berada dengan tindakannya? Sartre mengemukakan bahwa manusia harus senantiasa mendahului esensinya. Maksudnya, manusia harus senantiasa berada tanpa ditundukkan situasi apa pun yang melingkupinya. Itu artinya, situasi yang dihadapi manusia merupakan tiang jeruji kebebasan yang mesti dijebol dan dilampaui. Akibatnya, manusia adalah mahluk yang memiliki rongga untuk dapat bertindak, bergerak, dan menent...

Pojok Bunker

Yang mesti diingat kembali, apa sesungguhnya tujuan Pojok Bunker (PB)? Sejauh yang masih diingat, PB, sejatinya merupakan proyek kultural berkelanjutan. PB adalah bentuk lain dari kerja pemberdayaan yang selama ini dilakukan yayasan kita bersama. Atau, jalan lain dari revitalisasi kegiatan intelektual yang selama ini mandeg. PB, walaupun kesannya mainmain, sebenarnya punya tujuan serius: menghidupkan wacana sampai ke tingkat pencerahan. Walaupun di dalam praktiknya, tujuan ini belum mampu maujud seperti yang diharapkan. PB semula, juga hakikatnya adalah proyek pemberdayaan ruang yang semula tidak fungsional, menjadi produktif. Dengan kata lain, PB merupakan peralihan dari ruang terabaikan menjadi ruang diskursif. Dengan maksud demikian, maka PB, diharapkan menjadi medan pertukaran ilmu pengetahuan, menjadi tempat obrolan yang membuka wawasan. Berdasarkan fungsi diskursif ini, PB mau tidak mau menjadi ruang yang lebih care terhadap perbedaan pengetahuan antara anggotanya....

Review Kajian Fenomenologi Ontologi: Martin Heidegger (1889-1976)

Martin Heidegger muda Filsuf asal Jerman. Ia belajar di Universitas Freiburg di bawah Edmund Husserl, penggagas fenomenologi.  Salah satu jasa Heidegger di bidang filsafat adalah memperkenalkan pemikiran Nietzsche ke tingkat filosofis daripada sastra (Dosen pengampu: Muhammad Ashar, Pengasuh Lembaga Kajian Filsafat Lentera Makassar) *** FILSAFAT di tangan Martin Heidegger, bukan sekadar produk pikiran yang licin dalam benak, dan tangkas ketika berargumentasi. Filsafat, sejauh yang ditunjukkan Heidegger, harus dinyatakan ulang dan dimulai dari pertanyaan, apa arti berfilsafat sesungguhnya? Pertanyaan reflektif dengan tujuan membangun kembali pengertian filsafat itu, dibenahi Heidegger dengan pertamatama menunjukkan bahwa berpikir filosofis, tidak seperti yang selama ini diketahui sebagai upaya argumentatif atas dan dari kesadaran manusia. Yakni yang terpahami sebagai suatu proses yang berpusat dari dalam kesadaran. Berpikir fundamental menurutnya bukan ...

Catatan Kelas Menulis PI Pekan 28

Sebenarnya masih banyak yang tak tahu, Agustus adalah bulan pertama Kelas Literasi Paradigma Institute Makassar (KLPI Makassar). Kala itu, saat bangsa Indonesia merayakan hari kemerdekaannya, di waktu itu pula kelas pertama KLPI dimulai. 17 Agustus 2015 adalah hari yang istimewa. Hari untuk kali pertama, kelas menulis Paradigma Institute digelar. Siapa yang menyangka, siapa pula yang mengingat? Hingga akhirnya sampai pekan kemarin, sudah banyak obrolan yang dipertukarkan, begitu pula sudah banyak tenaga yang dibuat menjadi karya tulis. Dari semua itu, sadar atau tidak, KLPI tumbuh sebagaimana hukum perkembangan, dia bisa menyusut layu, atau justru sebaliknya, menjulang tinggi dengan dahan yang makin kokoh di kedalaman. Apa pun arah perkembangannya, yakin dan percaya, siapa pun yang pernah dan sedang terlibat, turut menggemburkan tanah di dasar permukaannya. Masing-masing kita, sedang memegang sekop dan ember, membersihkan kekhawatiran, dan turut menyiramnya dengan semangat yang...