Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

Generasi Digital Native dan Literasi

Manusia, selain mahluk sosial juga disebut  homo faber . Homo faber merupakan identitas  yang menandai bahwa manusia adalah mahluk berkarya/bekerja. Banyak para filsuf mengidentifikasi homo faber sebagai cara manusia mengekspresikan dirinya di dalam dunia. Secara umum, manusia punya dua kemampuan bawaan, yakni berpikir dan bekerja. Kualitas yang pertama, sudah berabadabad lamanya disebut Aristoteles sebagai  homo thinker.  Yang kedua, sebagai kualitas intristik adalah kualitas homo faber itu sendiri. Abad dua satu adalah abad kerja. Hampir semua medan kehidupan merupakan realisasi dari kemampuan manusia melalui proses kerja. Teknologi informasi, yang juga hasil dari kerja manusia, adalah salah satu pencapaian peradaban mutakhir penanda manusia sebagai homo faber. Manfaat teknologi informasi membuat manusia semakin memiliki kemampuan penginderaan jauh dalam mempersepsi kenyataan. Lewat, gadget misalnya, manusia mampu menjebol batas ruang dan waktu, di ...

Flow di Era Socmed

Buku ini baru saja saya membelinya. Belum cukup dua tiga halaman membacanya, saya merasa buku ini cocok untuk sesiapa saja yang ingin belajar menulis. Rekomended buat penulis pemula.  Di bab pertama, sudah ada kalimat dari Jalaluddin Rakhmat, seorang scholar ilmu komunikasi, yang mengatakan tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Maksudnya tiada lain, menulis --sebagai media komunikasi, juga bermanfaat sebagai sejenis terapi melatih diri agar tertib berbahasa. Menulis tanpa bermaksud menyampaikan dan membentuk pengertian, dimaksudkan agar orang mampu menulis dengan suasana yang riang. Menulis dengan model seperti ini berbeda dengan suasana menulis yang dibatasi deadline, atau demi tugas profesional akademik, yang kadang menuntut intensi konsentrasi yang tinggi. Akibatnya, dengan tekanan sedemikian rupa, membuat orang gagal menyalurkan idenya ketika menulis. Menulis dengan riang, saya menduga adalah suasana menulis tanpa teka...

catatan kelas menulis PI pekan 26

Kali ini KLPI didominasi oleh mukamuka baru. Sebagian di antaranya sudah saling mengenal. Sebagiannya lagi malah baru pertama kali bertatap muka. Itu sebab, di dalam forum sebagian yang belum saling mengenal, agak canggung terlibat dalam obrolan yang menjadi percakapan. Percakapan, seperti biasanya, sering kali malah dimulai dari karya kawankawan yang dipresentasekan. Dari situ, kadang obrolan menjadi serius akibat berkembangnya sudut pandang. Misalnya, satu obrolan yang berangkat dari karya Ma'sum, seorang pemuda dari Luwu. Ma'sum baru pertama kali mengikuti kelas menulis di Paradigma. Menurut bocoran, info yang dia dapat soal KLPI diawali dari chatingan dengan seorang penulis buku yang kerap diundang KLPI. Isi chatingannya akhirnya menuntunya agar ikut di kelas yang sering digelar tiap akhir pekan ini. Ma'sum kemudian datang. Dia membawa dua tulisan sekaligus, puisi dan sejenis cerpen. Tulisan yang "sejenis cerpen" itulah yang jadi awal percakapan ka...

catatan kelas menulis PI pekan 25

Sudah tiga pekan kelas literasi dimulai kembali semenjak libur panjang. Dari pantauan selama ini, banyak bermunculan mukamuka baru. Bertambahnya orangorang yang terlibat, menandakan selama ini KLPI berhasil menarik minat kawankawan untuk bergabung. Dari segi kuantitas, hal ini dianggap wajar. Ciri berkembangnya suatu komunitas memang salah satunya adalah bertambahnya orangorang yang ikut bergabung. Ini perkembangan yang positif. Namun, seperti yang sudahsudah, bertambahnya orangorang di KLPI tidak menjamin dinamika komunitas juga terjadi di dalamnya. Apalagi berbicara konsistensi, selama ini perlu memakan waktu cukup lama agar orangorang mau betah belajar bersama. Terjadinya dinamika komunitas tidak berbeda dengan perkembangan dinamika masyarakat. Walaupun ini masih asumsi, setidaknya faktor bertambahnya jumlah anggota komunitas turut mempengaruhi perkembangan komunitas itu sendiri. Dari kemunculan orangorang baru berarti ada pengalaman yang dipertukarkan. Dari pertukaran pe...

Nasionalisme Harga Mati?

Nasionalisme harga mati. Frasa ini tidak selamanya mendenotasikan suatu ikhtiar yang baik. Setidaknya ada ciri utama yang dikemukakan Prof. M. Dawam Rahardjo bahwa nasionalisme itu justru menandai suatu gejala yang mengerikan. Nasionalisme di arti yang lain adalah justru suatu usaha penyeragaman. Manusia Indonesia dengan slogan "nasionalisme harga mati" akan dibuat sama mulai dari cara berpikir, kebudayaan, tradisi, kehidupan ekonomi maupun aktifitas politik. Yang parah selama ini "nasionalisme harga mati" bukanlah suatu pernyataan yang tumbuh dari aktifitas kebudayaan-politik masyarakat Indonesia, melainkan suatu pernyataan yang dimaknai berulangulang melalui aktifitas politik elit-jenderaljenderal. Dalam konteks pemahaman warga negara, nasionalisme sebagai suatu konsep sudah selalu merupakan barang jadi yang diproduksi negara. Melalui aktifitas edukatif, jejaring kekuasaan negara mengerahkan sejauhjauhnya pemahaman nasionalisme tanpa mempertimbangkan be...

catatan kelas menulis PI pekan 24

Sesuatu yang mengejutkan. Di pekan ke-24, kelas menulis PI sedang kedatangan enam peserta baru. Lima orang yang, entahlah, belum diketahui apakah mereka memang ingin menggeliati tulis-menulis, ataukah hanya sekadar nongkrong sambil kongkow bersama teman-teman di kelas literasi PI, ataukah coba-coba lihat situasi dulu. Soalnya, dari enam orang itu, hanya satu orang yang membawa tulisan— suatu petanda niatannya untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Tapi kelas literasi Pi sudah selalu kedatangan tamu semacam itu. Ada yang akhirnya bertahan, dan ada yang akhirnya hanya menampakkan batang hidungnya sekali-dua kali belaka. Itu tak masalah. Kelas literasi PI memang bukan ruang di mana orang-orang dipaksa belajar. Bukan seperti itu. Kelas literasi PI hanya membuka ruang belajar mendalami perihal tulis menulis. Selebihnya, pilihan masing-masing. Sukur-sukur mereka mau nimbrung belajar di tempat ini. Artinya ada suatu semangat yang mereka bawa. Suatu gairah belajar yang jarang dimili...

catatan kelas menulis PI, pekan 23

Kelas literasi PI sudah mulai dibuka. Kemarin, 31 Juli menjadi hari pertama setelah libur panjang pasca ramadan. Pekan kemarin adalah pekan 23 setelah kelas menulis PI babak 2 dimulai awal 2016. Tak dirasa sudah setengah tahun kelas PI berjalan. Alhamdulillah. Seperti biasanya, setiap pertemuan, kelas menulis PI merilis catatan kecil buat dijadikan semacam laporan kegiatan. Kali ini catatan ini hanya mau kembali mengingatkan, hanya mau kembali menyapa kawankawan yang terbiasa dengan catatan seperti ini. Agak susah bagi rutinitas yang berulang dijalankan mau terus dipacu jika sempat terhenti beberapa waktu. Kelas menulis PI sempat libur hampir sebulan lebih. Artinya, bisa saja spirit yang sudah berada pada kecepatan penuh tak bisa kembali ke jalur normal jika sebelumnya kelas menulis PI sempat "terhenti". Butuh daya dorong besar untuk memulainya kembali. Walaupun begitu komitmen yang semula sudah ditanam tidak mesti dibuat berhenti belaka. Kelas menulis PI punya...