RADIX CORDIX. Akan lebih menyenangkan melakukan pekerjaan
tetek bengek semisal menyemir sepatu, membuat kopi susu, atau melihat aneka
produk di online shop walaupun sekadar cuci-cuci mata. Mengembangkan imajinasi
ibarat seorang ibu pekerja di pagi hari atau membayangkan diri menjadi orang
kaya yang dapat membeli segalanya, rasa-rasanya jauh lebih tidak menggelikan
daripada menemukan dua orang di dunia maya berdebat saling menghujat lantaran
beda keyakinan.
Setiap waktu meladeni
orang-orang keras kepala di dunia maya sepertinya pekerjaan yang paling tidak
membahagiakan.
Asu, memang!
Mungkin ada faedahnya meladeni orang-orang keras kepala yang sedikit-sedikit membawa agama sampai di dunia maya. Misalnya bikin sakit hati lawan bicara. Sepertinya ada kepuasaan hakiki jika lawan bicara mati kutu tidak mampu memberikan pendapat balik. Biasanya di titik ini, perbincangan semakin tidak logis. Status saling balas membalas akhirnya menjadi lebar ke mana-mana.
Eike tidak yakin ada faedah
dari tindakan netizen yang sehari membesarkan urat leher hanya untuk meyakinkan
orang tentang sebiji kebenaran. Walaupun berambisi menjadi nabi menyebar
kebenaran, tapi jika itu dilakukan bersama orang-orang keras kepala, maka apa pun
itu akan terpental begitu saja. Orang-orang keras kepala sekalipun jika
diberikan pernyataan-pernyataan logis akan merasa apa pun yang diberikan
kepadanya adalah pernyataan yang tidak layak diindahkan.
Di titik ini ada teori yang
disebut Dunning-Kruger effect. Dalam psikologi istilah ini mengacu kepada
gejala ilusif orang-orang yang menganggap dirinya sebagai sang ahli. Bahkan,
mereka menganggap orang lain tidak berhak mengkonfirmasi keyakinan yang mereka
imani. Inti teori ini adalah jika Anda menyatakan kesalahan seseorang, maka
mereka semakin yakin bahwa yang mereka yakini akan semakin benar.
Ya. Semakin Anda menunjukkan
letak kesalahan mereka, orang-orang keras kepala akan semakin yakin terhadap
keimanannya.
Di dunia maya, eike banyak
melihat contoh-contoh ini. Sudah sangat gamblang eike kira. Bahkan fenomena ini
sudah menjadi seperti yang dinyatakan Tom Nicols sebagai fenomena matinya sang
ahli (the death expertise), yakni banyaknya orang yang bermunculan untuk
mengemukakan pendapatnya mengomentari pelbagai kejadian hanya dari satu dua
buku, wikipedia, atau menurut "om google".
Dari contoh-contoh itu,
kebenaran malah semakin kabur ditimpa egoisme, taklid buta dan emosionalisme.
Justru yang nampak dipermukaan malah pertunjukkan superioritas kelompok
menindas kelompok-kelompok yang berbeda paham. Apalagi di momen-momen politik
seperti ini, justru konflik semakin tajam.
Tapi, apa sih tujuan dari hanya
selain menampakkan superioritas atas iman, keyakinan, atau bahkan pengetahuan
jika hasil dari saling balas komen itu hanya menjauhkan kita dari interaksi
yang harmonis. Justru tidak produktif malah.
Banyak di antara kita memang
yang tidak pernah dibesarkan dalam momen-momen dialogis. Bergesekan dalam
tradisi berpikir. Dan tumbuh dalam lingkungan yang mengedepankan perbedaan.
Sehingga, ketika diperhadapkan dalam dunia yang heterogen, orang-orang keras
kepala akan merasa terancam dan bahkan akan saling mempertahankan apa yang
paling mereka yakini.
Keyakinan sebagian kita memang
dipandang sudah fix, complit, dan juga final. Iman ibarat tuhan yang eksis di
luar sejarah, lepas dari pengaruh waktu dan tempat. Ia dilihat sebagai entitas
yang murni tanpa sentuhan ikhtiar manusia.
Sehingga ibarat gedung yang
sudah berdiri kokoh sudah tidak perlu lagi diutak-atik. Namun masalahnya,
gedung yang sudah terlanjur berdiri sering kali tidak dibangun dari fondasi
yang juga kuat, dari tatakan yang mengakar. Inilah masalahnya, gedung yang
punya tiang-tiang tinggi tidak nampak berdiri kuat lantaran fondasi yang mudah guyah.
Tapi, ah sudahlah. Berdiskusi,
apalagi berdebat dengan orang-orang yang seringkali jatuh kepada --meminjam
istilah Jean Cauvin (dari namanya Calvinisme diambil)-- "radix
cordix", justru tidak menerbitkan kesepahaman, apalagi kesalingpengertian.
Malah justru kedongkolan. Sontoloyo, memang.
Mari, hanya kopi yang
mempersatukan kita!