Kelas
literasi pekan 20 berjalan apa adanya. Tanpa dua mekanisme seperti biasanya.
Karena sebagian kedatangan kawankawan tanpa membawa tulisan. Hanya Putri Reski
saja yang membawa tulisan. Walaupun begitu, kelas pekan ini tetap dianggap
berjalan seperti harapanharapan sebelumnya.
Tulisan
Putri mengambil tema parenting. Di situ dia menyoal sikapsikap orang dewasa
dalam memperlakukan anak. Digambarkannya dalam hal mendidik anak sama berarti
dengan mendidik sejak awal diri calon orang tua. Pengertian ini diambilnya dari
hadis nabi: “didiklah anakmu 25 tahun sebelum ia lahir.”
Bicara
anakanak berarti butuh pemahaman khusus. Apalagi soal bagaimana mendidiknya.
Kiwari, anakanak begitu rentan dengan dunia orang dewasa. Hampir semua
keperluan anakanak diintrepetasikan berdasarkan kesadaran orang dewasa. Padahal
antara dunia anakanak dan kesadaran orang dewasa memiliki jarak yang jauh soal
bagaimana memposisikan anakanak berdasarkan kebutuhannya.
Tak
jarang dalam soal kepengasuhan, anakanak menjadi korban orang tua. Hal ini
disebabkan akibat ketidakmengertian orang tua terhadap kebutuhan anakanak yang
sesungguhnya. Ambil contoh, perilaku anakanak lebih banyak didasarkan kepada
kebutuhan estetis untuk melakukan sesuatu dibanding orang tua yang melihat
dunia dari aspek normatifnya. Dua dunia yang berbeda ini yang kadang membikin
masalah bagi pertumbuhan anakanak.
Tak
sedikit dalam masa pertumbuhannya, anakanak harus disesuaikan dengan kemauan
orang tua. Di sini perlu kehatihatian apakah selama mendidik anak orang tua
paham betul dengan kebutuhan anak dibanding kebutuhannya sebagai orang tua.
Akibatnya, kadang yang terjadi sang anak lebih banyak dibentuk dengan kemauan
orang tua daripada kebutuhan sang anak itu sendiri.
Alhasil
banyak anakanak yang tumbuh besar dengan mananggung ambisi sang orang tua.
Anakanak yang tumbuh dengan model demikian tak sedikit mengalami depresi yang
mengakibatkan masa pertumbuhannya terganggu.
Lingkungan sang
anakanak juga mesti diperhatikan. Tak bisa dipungkiri masa sosialisasi
nilainilai melibatkan kehidupan bersama. Bagi sang anak ini adalah hal yang
penting.
Anakanak
semenjak awal harus diperkenalkan bagaimana menjalani kehidupan bersama. Itulah
mengapa anakanak yang tumbuh dengan cara bersosialita akan memiliki
kecenderungan yang berbeda dengan anakanak yang dibiarkan tumbuh di bawah
kepengasuhan yang ketat.
Yang
menjadi masalah jika sang anak tumbuh di dalam lingkungan yang negatif. Banyak
kasuskasus kenakalan remaja jika ditelusuri akibat masa pertumbuhannya
dibesarkan di dalam lingkungan yang salah. Di titik ini penting kepengawasan
orang tua terhadap apaapa yang dialami sang anak saat menjalani kehidupan
sosialnya.
Pola
kepengasuhan juga harus memperhatikan masa pertumbuhan sang anak. Tidak mungkin
menerapkan satu pola kepada masa pertumbuhan anakanak yang semakin berkembang.
Dalam hal ini seorang orang tua harus tahu setiap masa umur anak membutuhkan
pola pengasuhan yang berbedabeda. Jika anak berusia balita tentu berbeda jika
diterapakan kepada anakanak yang beranjak dewasa. Begitu juga sebaliknya.
Yang
juga kadang jadi masalah adalah banyak orang tua yang memperlakukan anaknya
seperti masamasa balita. Orang tua dalam kasus ini dituntut banyak memiliki strategi
dalam membangun relasi dengan anakanak yang sudah dewasa.
Kirakira
seputar itulah yang diobrolkan dalam kelas literasi pekan 20. Selain pengalaman
kawakawan dalam menghadapi sang anakanak yang sudah terlebih dahulu menjadi
orang tua.
Di
KLPI pekan 20, turut hadir Rumi. Balita sekira hampir satu tahun. Rumi buah
hati pasangan Suardi dan Nasrah. Hampir semua obrolan saat itu berpangkal dari
Rumi.
Yang
menarik adalah pengakuan Nasrah soal kemauan masa kecilnya yang tak sempat
terealisasi. Apa yang dialami Nasrah barangkali adalah juga dialami hampir
setiap orang.
Kebebasan
dalam hal merangsang kreatifitas diakuinya sangat penting bagi pertumbuhan sang
anak. Orang tua yang terlalu mengekang di satu sisi akan menjadi bumerang yang
mengakibatkan sang anak akan menjadi orang yang miskin pengalaman. Anak yang
tak banyak berbuat apaapa di masa pertumbuhannya akan menutup potensi besar
yang bisa saja tumbuh menjadi prestasi di masa dewasa nanti.
KLPI
pekan 20 selain banyak membincang soal parenting, di sesi penghujung juga
sedikit membincang esaiesai dari Sulhan Yusuf. Di sesi terakhir ini, tak
tanggungtanggung Sulhan Yusuf membacakan langsung beberapa esainya dari
kumpulan tulisan di blognya. Dengan intonasi suara yang diatur sedemikian rupa,
pembacaan esai ini menutup akhir KLPI pekan 20.
***
Yang
patut disesali dari pekan 20 adalah tiadanya terbitan Kala. Ini pertama kalinya
Kala tak dapat dibaca kawankawan. Masalahnya soal teknis. Tapi ini problem yang
lumayan serius. Selama ini Kala hidup dari karya tulis kawankawan. Artinya jika
kawankawan enggan menulis, Kala bakal tersendatsendat. Ini masalah di satu
bulan terakhir.
Barangkali
perlu sedikit perhatian berlebih buat Kala. Selama sebulan terakhir minat
menulis kawankawan mengalami sedikit penurunan. Soal ini entah banyak
dipengaruhi beragam kesibukan kawankawan.
Jika
mau menelisik lebih jauh kecenderungan ini, hampir belakangan hampir sebagian
kawankawan datang dengan tangan kosong. Padahal kita samasama tahu, motivasi
awal KLPI adalah cara yang ditempuh untuk memperkaya pustaka karya tulis
kawankawan. Jika ini kendor maka ke depannya perlu evaluasi besarbesaran
mencari tahu apa soal dasar menurunnya minat tulis kawankawan.
Masalah
lain yang juga serius adalah soal keterlibatan. Walaupun setiap kawankawan
punya beragam kesibukan, bukan berarti KLPI dinomor duakan. Di titik ini perlu
dipertanyakan seberapa jau h komitmen kawankawan mengasah diri di KLPI. Apakah
KLPI memang telah kehilangan pesona daya tariknya, atau KLPI sudah tidak
menguntungkan bagi kawankawan?
Tapi,
apapun keadaannya KLPI akan terus berlanjut walaupun perhatian kawankawan mulai
menipis tiap pekannya. Mudahmudahan yang terakhir ini hanyalah asumsi belaka.