Tere Liye dan Kesadaran Sejarah

Mendadak novelis kondang, Tere Liye, jadi sorotan. Statusnya di lini masa FB biangnya. Status yang tidak lebih dari tiga paragraf itu dianggap buta sejarah. Pasalnya dia menamsil, selain pejuang agamawan, tidak ada pejuang semisal pemikir komunis, sosialis, HAM, maupun liberal yang pernah berjibaku membela tanah pertiwi. “Coba cari,” kalau ada katanya.

Selanjutnya, Tere Liye bilang, jangan mau terpesona dengan pemikiran dari luar, seakanakan tak ada sejarah dan kearifan dalam negeri yang bisa diambil hikmahnya.

Sikap Tere Liye ini bisa disebut sebagai orang yang naif melihat sejarah Indonesia. Kalau mau jujur, banyak namanama pejuang pra dan pasca kemerdekaan yang berhaluan sosialis atau bahkan komunis. Di mulai dari Syarikat Islam, Partai Komunis Indonesia, sampai Founding Father, contoh yang paling terang.

Yang paling lucu adalah kalau dibilang tak ada “kearifan dalam” yang bisa digali untuk dijadikan pelajaran. Di sini, agaknya Tere Liye terjebak dengan cara pikir dualisme antara “dalam” dan “luar.” Kebudayaan Indonesia, dalam analisis tertentu malah bilang kalau Indonesia adalah “inkubator” yang berisi beragam persentuhan pemikiran dan kebudayaan.  Hasilnya adalah sintesa baru dalam perwujudan yang membentuk ciri khas tertentu. Artinya, Indonesia adalah tempat “yang dalam” dan “yang luar” bertemu  dan saling melengkapi. Jadi, bicara yang khas dari Indonesia, ruparupanya hanyalah hasil perpaduan antara kebudayaan “luar” dan “dalam”.

Tere Liye,  saya kira adalah prototype anak negeri yang ditilap politisasi kesadaran sejarah. Pengalaman sejarah Indonesia, sampai detik ini adalah sejarah dominan. Yakni, sejarah yang ditulis dengan tinta kepentingan kekuasaan. Sejarah yang ditulis sebagai “cerita sejarah,” bukan “peristiwa sejarah.” Layaknya fiksi, di dalam “cerita sejarah” plot atas kesadaran tertentu dapat dibuat sekehendak pihak tertentu. Beda dengan “peristiwa sejarah” plot hanya sampiran, bahkan di nomor duakan, sebab bahan utamanya adalah kejadiankejadian yang berbasis fakta.Akhirnya, saya kira, jangan lupakan sejarah!!