Bukan siapasiapa selain
perempuan, hanya perempuan, yang bisa bikin maju kaumnya. Kiwari, perempuan
harus maju di depan dengan sikap percaya diri, dengan keberaniannya. Perempuan
bisa jadi apa saja; guru, direktur perusahaan, pebalap, ilmuwan, supir angkutan,
penyair dsb.
Orangorang macam itu banyak
ditemui di sekitar kita. Barangkali di tempat kerja, tempat belajar, di jalan
raya, perpustakaan, pasar, rumah sakit, di mana saja, yang sering bilang
perempuan itu lemah dan sudah kodratnya jadi kaum nomor dua. Yang salah dari
orang macam ini adalah menyamakan kodrat dengan kebiasaan, kultur. Mau
menyinonimkan takdir dengan kebudayaan.
Sejarah sudah banyak sebut
contoh soal perempuanperempuan hebat. Mulai dari ujung Sumatera hingga ujung
timur Indonesia. Dari masa lalu sampai hari ini. Di situ banyak sosok, juga
pokok.
Perempuanperempuan yang
berjuang di masa lalu bukan saja bergerak atas nama kaumnya, tapi karena rasa
keadilan. Mereka punya kesadaran bahwa semua punya hak diperlakukan sama.
Perempuan, sama halnya lakilaki adalah bagian dari umat yang sama, karena itu tidak
bisa dibedakabedakan.
Makanya pokok itu yang penting,
bahwa perempuan juga sama dengan lakilaki. Tidak ada perbedaan mencolok antara
perempuan dengan lakilaki selain struktur anatomisnya. Perempuan dan lakilaki
hanya beda biologis, selebihnya sama saja.
Yang malang, kadang masih
banyak orangorang menempatkan perempuan sebagai kaum nomor dua. Mendeskripsikan
perempuan sebagai manusia yang tidak sempurna, yang semuanya berasal dari
perbedaan biologis. Akibatnya, di dalam tatanan sosial, perempuan jadi bulanbulanan
objek penindasan.
Kodrat, saya kira banyak yang
sudah tahu, adalah tatanan yang alamiah. Kodrat asosiasinya selalu dengan
sesuatu yang terberi sejak lahir, yang sudah jadi hukum alam. Jadi, mustahil
memaksa seorang lakilaki menjadi perempuan dengan mengubah fungsifungsi organ
reproduksinya, atau sebaliknya. Anatomi biologis beserta fungsifungsinya adalah
kodrat, itu ciptaan alam, bukan manusia. Yang dibuat manusia, caranya berpikir,
bersikap, kebiasaan, serta aturanaturan hidup adalah kebudayaan. Yang pertama
tidak bisa dialihfungsikan, sedangkan yang terakhir banyak cara
membicarakannya.
Karena itulah kebudayaan pada
dasarnya bisa diubah. Budaya patriarki yang mengedepankan semangat
maskulinitas, artinya bukan hal yang mustahil digeser menjadi kebudayaan yang
lebih adil. Kebiasaan selama ini yang banyak mendiskriminasikan kaum perempuan
harus dianggap sebagai tradisi yang menyimpang.
Banyak sebabmusabab perempuan
mengalami penindasan. Tapi, saat ini penindasan perempuan banyak berubah akibat
dunia yang turut berubah. Saat ini, dunia begitu maju, begitu terbuka,
penjajahan terhadap perempuan juga lebih transparan. Penjajahan perempuan begitu
gampang kita temukan. Mulai dari pelecehan atas pemikiran sampai tindakan,
perempuan masih saja menjadi objek penundukan. Dan, malangnya, itu dibiarkan
seolahseolah biasa terjadi. Sudah dari sanannya.
Sayangnya, diamdiam orangorang
jadi misoginis secara diamdiam. Tanpa disadari cara pikir misoginis masih
mengendap di hampir banyak orang. Setidaknya apatisme yang tujukan kepada
orangorang macam itu dapat disebut sebagai musuh perempuan. Aktifitas pembiaran
yang dilakukan, dari stadium yang paling minimal, adalah tindak misoginis.
Makanya penting punya kesadaran
feminis. Menjadi feminis bukan berarti harus menjadi perempuan. Sama seperti
penjajahan perempuan tidak semua dilakukan lakilaki. Seorang lakilaki juga bisa
menjadi feminis sejauh dia punya kesadaran terhadap situasi perempuan, mulai
asalusul penindasannya hingga model perjuangan yang menjadi alternatifnya.
Begitu pula seorang perempuan harus sadar atas situasi penjajahanya, bahwa saat
ini penjajahan yang dialami bisa jadi karena sebahagian perempuan yang
memposisikan diri sebagai kaum nomor dua.
Dulu perempuan tidak punya hak
berpolitik, sekarang justru banyak perempuan nimbrung berpolitik. Dulu
perempuan sulit bersaing di dunia kerja, sekarang malah menjadi atasan
perusahaan. Dulu perempuan dilarang bersekolah, sekarang malah banyak guru
seorang perempuan. Kini, tantangan perempuan cuman satu, bagaimana membuktikan
kalau perempuan layak berada di depan.
Masa sekarang, musuh perempuan
adalah orangorang yang menghalangi kaum perempuan dapat maju. Orangorang macam
itu bisa datang dari berbagai macam jenis dan jenjang, lakilaki ataupun
perempuan. Kepada merekalah kepal tangan ditujukan, bahwa orangorang yang
demikian harus disadarkan. Bahkan di saatsaat tertentu perlu untuk dilawan.