Bertemu kawan lama itu seperti peristiwa
yang anti sejarah. Apalagi tak banyak kenangan yang tersimpan. Tapi, ketika
kita duduk bersama dan membincang hal yang tak dipikirkan sebelumnya, kita
dipaksa untuk ditawan kenangan yang tibatiba muncul bagai matahari dan
tenggelam sebelum sinarnya hilang di balik punggung lautan.
Kawan lama ketika bertemu begitu
saja, akan sulit untuk mengambil satu topik yang menyenangkan untuk
dibicarakan. Apalagi ingin mendahului pertanyaan seperti dilakukan kepada
kekasih. Terpaksa yang dibicarakan adalah masamasa ketika pernah bersama, saat
sepulang sekolah berpanaspanas ria jalan kaki menuju rumah. Atau saat di tiap
sore menghampar di tanah lapang bermain sepak bola sampai magrib tiba.
Tapi yang paling mengejutkan adalah
cerita tentang orangorang di masa lalu, yang tak tahu lagi bagaimana ukuran
badannya sekarang, seperti apa bentuk mukanya, sudah seperti apa pekerjaannya
sekarang, menjadi orang asing yang kita tanyakan. Di saat itu, tibatiba masa
lalu jadi begitu singkat. Dan orangorang yang pernah ada di masa lalu sudah
menjadi orangorang kebanyakan; yang terlupakan.
Yang menjadi lucu adalah ketika cerita kawan lama itu sampai
pada bagian bahwa ia sudah beristri dan juga sudah cerai. Seperti menonton
sebuah film yang kadangkadang tanpa emosi, ia juga bercerita ia bisa bercerai
karena hanya masalah suka tidak suka kepada mertuanya. Akan jadi masalah bagi
saya jika itu menimpa kehidupan saya. Mendengarnya, dunia menjadi bola yang
bergerak seratus kali lebih cepat dari sebelumnya. Apalagi ia
meninggalkan seorang anak yang masih kecil. Ketika ia bercerita, saya
merasa betapa gampangnya orangorang semacam itu bertindak nekad. Mengambil
sikap atas suka tidak suka. Apalagi sekarang ia sudah tidak memiliki pekerjaan
tetap.
Ia juga bercerita tentang kakaknya
yang kebetulan teman saya di waktu sekolah menengah pertama. Kehidupannya jauh
lebih baik dibanding kabar terakhir saat mendengarnya. Tapi itupun jadi lelucon
karena ia juga bernasib sama seperti adiknya itu. Ia sudah bercerai dua kali,
dan sekarang ia sudah beristri untuk ketiga kalinya. Mendengar itu, dunia
betulbetul bergerak cepat.
Namun saya merasa, memang perlu
mendengar ceritacerita yang tak biasa ketika saya susah bertemu kembali
kawankawan seperti dia. Dulu kami menghabiskan waktu sampai tengah malam dengan
mengotori udara kampung kami. Berlagak menjadi penyiar profesional padahal itu
hanya kedok untuk mencari perempuan untuk dipacari. Di masamasa itu, memang
kampung kami penuh dengan radio liar, dan juga otomatis banyak penyiarpenyiar
yang sok gagah.
Pekerjaan itu tidak bertahan lama,
sebab fm kami kalah saing dengan radio yang tidak terlalu jauh dari menara kami
berdiri. Harihari itu saatsaat ketika saya harus meninggalkan kampung untuk
melanjutkan pendidikan jauh di kota. Di saat itulah say a terputus total dengan
tak pernah sekalipun mendengar kabar dari mereka.
Bertemu kawan lama tidak seperti sahabat lama. Tapi mereka juga pernah menjadi bagian dari episode yang tak kita dugaduga. Juga duduk untuk mendengar ceritacerita yang kita tak tahu harus diakhiri seperi apa. Namun, tiada salahnya jika apa yang pernah mereka ceritakan juga jadi hal yang pelanpelan membangkitkan kembali ingatan yang sulit untuk tidak disebut kenangan. Di situ, bertemu kawan lama memang suatu peristiwa yang anti sejarah.