"Segala kebenaran maunya diketahui dan dinyatakan, dan juga dibenarkan; kebenaran itu sendiri tidak memerlukan itu, karena dia lah yang menunjukkan apa yang diakui benar dan harus berlaku." Paul Natorp
1970. Suatu malam di Tehran Iran,
Husayniah Irsyad. Dua malam berturutturut, tempat aktifitas
intelektual keagamaan yang didirikan Khomeini itu akan membincang tema yang
ganjil. Anakanak muda Iran saat itu sepertinya tak bakal menyangka, Ali
Syariati, mentor yang ingin mereka dengarkan ceramahnya akan membincang tema unik:
agama versus "agama."
Di kuliah itu, Ali Syariati
mengajukan tesis di balik sejarah, sesungguhnya agama selama ini bukan
berjuang melawan keyakinan nontheis, yakni pemahaman terhadap noneksistensinya Tuhan. Agama dari waktu ke waktu selalu melawan "agama" itu sendiri. Dengan kata lain, tokoh revolusi
Iran itu ingin mengatakan: sepanjang sejarah, agama monotheis, yakni keyakinan
yang percaya satu tuhan, selalu berhadaphadapan dengan agama yang percaya
banyak tuhan.
Dalam ceramahnya itu , Ali Syariati membuktikan bahwa sepanjang sejarah perkembangan manusia, kehidupan masyarakat selalu menyertakan pemahaman tentang Tuhan yang tak mungkin kosong. Sejarah mula manusia, dari kelompok yang sederhana sampai peradaban yang kompleks, selalu diisi oleh keyakinankeyakinan religius dan spiritual.
Dalam ceramahnya itu , Ali Syariati membuktikan bahwa sepanjang sejarah perkembangan manusia, kehidupan masyarakat selalu menyertakan pemahaman tentang Tuhan yang tak mungkin kosong. Sejarah mula manusia, dari kelompok yang sederhana sampai peradaban yang kompleks, selalu diisi oleh keyakinankeyakinan religius dan spiritual.
Dengan kata lain, atheisme adalah konsep
yang tak pernah ditemukan dalam sejarah. Sebab sepanjang sejarah peradaban, atheisme sebagai
keyakinan kolektif tak pernah ada dalam kehidupan purba manusia.
Dengan
maksud itu artinya Ali Syariati ingin mengatakan agama sebenarnya adalah nilai esensial yang inheren dalam diri manusia. Di mana, keyakinan terhadap satu
kekuatan yang mengatasi seluruh alam adalah keniscayaan yang tak bisa ditampik
kesadaran manusia. Di titik itulah, apa yang disebut agama multitheis, dari Ali
Syariati adalah agama yang menyimpang dari nilainilai esensialitas manusia.
Tapi adakah ia seorang penganjur
fundamentalisme di sini? Yakni orang yang membangun iman tunggal untuk
menerjang agamaagama yang lain? Sebab dalam tesisnya itu, bisa saja penganut
tuhan yang mono, menangkap maksud sentimentalisme keyakinan monotheis Ali
Syariati terhadap keyakinankeyakinan di luar lingkup imannya.
Atau dalam bahasanya itu, agama
versus agama sebenarnya adalah maksud yang ia tujukan kepada penganut
monotheisme itu sendiri. Dengan katakatanya yang konon disenangi anakanak muda
di masanya itu, agama dalam tanda kutip, bukanlah merujuk pada agama yang lain,
melainkan agama monotheis itu sendiri.
Di sinilah Ali Syariati tak sekedar
penganjur fanatisme, tetapi fanatisme yang dibangunnya adalah fanatisme yang
kritis terhadap iman yang selalu dipugar dan dikontruksi terus menerus tanpa
henti. Iman yang tiada mengenal batas pertumbuhan dan titik final. Iman
yang virtualitasnya terus menjadi. Yakni iman dengan jalan suluk yang
menghindari katup penutup sebagai tanda keterpenuhan. "Tiada akhir dalam
tuhan" sebutnya jika tuhan adalah tujuan segala sesuatu.
Sebab itulah agama dalam tanda kutip ia
artikan sebagai agama yang beku dan kaku dalam sejarah perkembangan manusia.
Agama yang kaku itu, menariknya adalah keyakinan yang selalu melegitimasi
keadaan status quo. Agama yang beku disebutnya agama yang kufr, yakni
agama yang mendehumanisasi manusia dengan legitimasi teksteks untuk membiarkan
konteks yang statis dan jumud.
Sebab itulah ia memiliki arti yang lain
tentang kafir. Kufr, disebutkannya dalam tradisi keagamaan Islam bukanlah
berarti arti dari nonagama, sebab sejak semula tak ada yang berarti
nonagama. Kufr yang berarti menutup atau menanam adalah keadaan yang
menutup diri dari kebenaran. Di dalam arti ini, kufr berarti
tertutupnya pintupintu kebenaran dari iman. "Di dalam hati manusia"
ungkapnya, "kebenaran itu ada, tetapi karena alasanalasan tertentu,
kebenaran tertutup oleh tirai kebodohan."
Kufr yang juga dalam bentuk jamak kafir, memiliki arti yang tidak sematamata lawan dari tauhid. Sebab dari yang dibilangkan Asghar Ali Engineer, terma kafir dalam teks primer Islam, pertama kali diturunkan berkenaan dengan orangorang yang lalim dan zalim dalam memperlakukan manusia. Kaitannya dengan kekuasaan, makna tersirat kafir sesungguhnya menghardik orangorang beriman yang menggunakan kekuasaannya untuk menipu dan berbuat semenamena terhadap bawahannya.
Kufr yang juga dalam bentuk jamak kafir, memiliki arti yang tidak sematamata lawan dari tauhid. Sebab dari yang dibilangkan Asghar Ali Engineer, terma kafir dalam teks primer Islam, pertama kali diturunkan berkenaan dengan orangorang yang lalim dan zalim dalam memperlakukan manusia. Kaitannya dengan kekuasaan, makna tersirat kafir sesungguhnya menghardik orangorang beriman yang menggunakan kekuasaannya untuk menipu dan berbuat semenamena terhadap bawahannya.
Yang kafir inilah disebut Ali Syariati
sebagai agama dalam sejarah yang ambivalen terhadap agama yang sesungguhnya.
Dan agama yang sesungguhnya bagi Syariati adalah agama yang dikatakannya
revolusioner. Dalam ceramahnya itu, agama yang revolusioner disebutnya
sebagai agama yang memiliki "kemampuan untuk mengkritik kehidupan dalam
seluruh aspek materil, spiritual dan sosialnya." Di sini, kemampuan itu
punya maksud yang persis disebutnya seperti nabinabi: memberikan misi dan
menghancurkan tatanan status quo.
Nampaknya agama yang revolusioner sudah
pasti bukan agama yang disebut Marx sebagai candu masyarakat. Justru, agama
yang melenakan semacam candulah yang dirasarasai harus dienyahkan. Agama yang
demikianlah agama dalam tanda kutip, agama legitimasi, agama yang kufur.
Agama yang revolusioner saya rasa
adalah agama yang punya keyakinan untuk membangun masyarakat yang bisa hidup
adil dan sejahtera. Agama yang melihat kenyataan yang timpang harus tumbang
dari perlakuan korup institusinya. Dan sudah jelas bukan agama yang kini tampak
besar akibat layar kaca dengan atributatribut formalnya. Sebab agama yang kufur
kata Syariati punya dua bentuk: tampak dan sembunyisembunyi.
Akhirnya yang sembunyisembunyi inilah
yang sebenarnya berbahaya. Sebab agama tanda kutip juga disebut Syariati
sebagai agama yang menyediakan tuhantuhan yang lain. Di dalam teologi dan sejarah,
tuhan yang banyak sudah gamblang diungkap nabinabi sebagai berhalaberhala yang
dipuja. Sementara yang tersembunyi, juga banyak tuhantuhan yang lain, yang
diamdiam justru kita puji. Di mana di luar kita tundukkan, tetapi di dalam
betapa akbarnya kita pertuhankan.
Syahdan, sesungguhnya bukan juga dalam
sejarah agama yang monotheis selalu melawan agama yang punya banyak tuhan itu.
Tetapi juga mungkin kita.