Sering kali kita ditimpa
masalah; gunung meletus, pertengkaran dan keangkuhan, naiknya harga bbm, banjir
bandang, terlilit hutang, pesawat jatuh, naiknya harga barangbarang, air bah,
terorisme, perang etnis, pemerintahan korup, pemimpin yang tak adil,
pembunuhan, perkosaan, penculikan, kelaparan, pembantaian massal, huruhara
politik, penggusuran, pengkianatan, sunami, angin ribut, kebakaran. Juga
kemiskinan, tipu muslihat, penyakit menular, kebohongan, kecelakaan beruntun,
kelaparan.
Barangkali hampir semua
hidup kita sudah bagian dari semua itu. Dan juga bisa jadi kita yang
hidup di suatu sore dengan kopi secangkir, malah menjadi sumber semua masalah
di pagi yang dirundung kesibukan. Hidup memang seperti jejaring labalaba di
mana semuanya menjadi sistemik dan berangsurangsur. Tak ada yang terpisah dan
mandiri dari tempat kita berpijak. Kata pepatah cina; kepakan kelelawar di
sini, membahana angin beliung di sana.
Ada juga ungkapan, hidup
itu seperti suara gema, ketika engkau teriak, pantulannya lambat laun kembali
juga. Takdirkah itu? Sepertinya ini yang jadi soal. Takdir itu kejadian setelah
pengamatan. Atau keadaan yang jelas setelah kejadian. Gema, yang bakal
mendatangi sumber suara itu bukan takdir. Gema sebagai suara yang bakal datang
itu sudah bisa kita ketahui. Ini artinya, gema, sebenarnya persis hukum kausal.
Apa menyebabkan apa, siapa mengakibatkan siapa.
Lalu masihkah yang disebut masalah harus kita sebut sebagai “keputusan yang sudah diputuskan?” Takdir sebagai keadaan yang terputuskan sejak awal disebut fatalistik, sementara takdir sebagai kemungkinankemungkinan yang sulit kita duga adalah seperti gema; sesuatu yang dari kita dan akan datang masanya ia kembali. Ini berarti takdir tak selamanya sudah digariskan, melainkan diluruskan. Dalam arti luruslah, apa yang menjadi masalah dibenarkan. Ini berarti apaapa yang nampak bermasalah dapat diubah.
Namun rasarasanya itu
sulit, ternyata ada banyak jejaring yang juga kusut. Sepertinya masalah bukan
saja soal individual tetapi juga sosial. Itulah mengapa masalah mesti ditangkal
sejak awal. Sebab garis lurus sulit dibentang jika dari awal tak ada semisal
penggaris yang dipedomani. Maka wajarlah jika masalah sosial sudah terlalu
banyak karena garis lurus tak pernah dibentangkan. Toh jika ada garis yang
ingin ditarik, justru penggarisnya malah tak lurus.