Kita pernah hidup di masa lampau, yang
primitif, yang jahil. Sejarah memang nampaknya berjalan dengan dua hal:
peradaban dan kejahilan. Tetapi bagaimana jika sejarah tak pernah beranjak?
Atau dengan kata lain, kita sebenarnya tak pernah ke mana-mana.
Di India, negeri hindustan yang
padat itu punya kisah kelabu. Di India masyarakat berdesak-desakan tak bisa
melawan hukum urbanisasi: kriminalitas. Dan inilah jahiliah itu: meledaknya
perkosaan, diskriminasi perempuan, dan apa lagi ini: seorang anak perempuan dikubur
dengan cara hidup-hidup.
India adalah negara yang
mencerminkan kepelikan dua arus besar: sistem kasta dan modernisme.
Tradisi keagamaan yang kuat dan
keinginan untuk maju. Tetapi kemajuan tak selamanya dapat mengelak tradisi yang
sudah mendarah daging. Urbanisasi maklum terjadi pada daerah-daerah berkembang harus
berhadapan dengan anomalitas kemajuan. Di saat demikianlah kemiskinan bertaut
dengan kebodohan, dan cerita selanjutnya sudah jelas, kejahatan yang menumpuk.
Beberapa dari penumpukan kejahatan itu,
perempuan sering jadi tulah. Juga masalah kian jadi runyam jika kejahatan
terjadi didorong atas dasar kasta. Dengan kata lain, di bawah tingkatan kasta,
seorang perempuan berkasta rendah jadi tidak berdaya. Jadi kehilangan harga
diri. Karena itulah perkosaan terjadi. Di sini sudah jelas teori-teori Marxis
tak bisa asal ngomong. Di India kasta yang menentukan segalanya.
Kasta atau bahkan keyakinan
religius sebagai dalih kejahatan memang membikin urusan berlarut-larut. Dalam
agama Ibrahimik, tidak bisa dimungkiri juga mengandung ketimpangan kekuasaan terhadap
perempuan. Setidaknya apa yang lahir dalam tradisi pemikiran teologi dan
tafsir.
Kecenderungan tafsir patriarki atas
perempuan dalam keyakinan ibrahimik selalu ditafsir sebagai mahluk asal dari
keretakan tulang rusuk yang bengkok. Jika sudah demikian maka wajar jika
feminisme punya niat yang bukan main-main: mendekonstruksi tafsir atas teologi.
Atas itulah, mengapa peradaban yang
layak diperjuangkan adalah peradaban feminin. Yakni suatu masa, atau suatu
keadaan ketika keadilan atas perempuan menjelma adab. Saat satu sama lain
berinteraksi atas dorongan kasih sayang. Tiada lagi diskriminasi, tiada lagi
pelecehan. Semua saling mengayomi.
Tapi, jika perempuan juga masih
diberlakukan diskriminatif, maka kita tak pernah ke mana-mana. Termasuk jika masih
ada seorang ayah tanpa pikir panjang mengubur anaknya hidup-hidup. Tidak pula
di India, begitu juga di sini.