Langsung ke konten utama

Postingan

Sebidang Tanah dan Bagaimana Cara Kita Menyikapinya

Pagi ini setelah melihat beberapa berita di televisi, saya seketika berkeinginan menanam pohon. Entah mengapa dalam benak saya menanam pohon merupakan tindakan yang mulia. Mungkin karena pohon begitu penting bagi ekosistem kita. Tanpa pohon, kandungan oksigen di udara bisa menyusut. Apalagi kehidupan di perkotaan, oksigen sangat minim bagi aktifitas orang-orang di dalamnya. Tapi di mana saya harus menanamnya? Sekarang, tempat tinggal saya tidak memiliki sebidang tanah tempat tanaman tumbuh. Di depan rumah, hampir semuanya adalah lantai beralaskan tegel batu. Sementara di depannya lagi sudah menjadi bagian jalanan umum. Ini masalah. Dan saya kira masalah itu membuat hampir semua kawasan perumahan di kota kehilangan lahan tanam untuk menanam tanaman. Ketika diamati, hampir semua tetangga saya di sekitar rumah mengalami hal yang sama. Tanah terbuka yang banyak fungsinya itu nyaris tidak dimiliki setiap rumah. Saya kira, masalah banjir, misalnya, dimulai dari hilangnya sebidang t...

Mengakhiri Fanatisme dan Literalisme

Murthada Muthahhari Pemikir Islam Iran sekaligus penggerak Revolusi Islam Iran 1979 Catatan kecil Seni Memahami karangan F. Budi Hardiman SEPANJANG manusia bergerak atas dorongan ilmu pengetahuan, sepanjang itu pula ia tidak akan lepas dari rintangan-rintangan yang menghambat perkembangan pemikirannya. Bahkan, secara epistemik, pengetahuan manusia tidak serta merta terbebas dari rintangan yang inheren menawannya. Dengan kata lain, sejauh pengetahuan disebut pengetahuan , maka ia  mesti dibebaskan dari gejala-gejala yang memenjarainya dari dalam . Apabila mengacu kepada empat konsep ego Murthada Muthahhari, seorang pemikir modern Iran, pengetahuan manusia secara berangsur-angsur akan jauh lebih baik jika mampu melewati empat lapis ego yang menjadi rintangannya. Pertama ego diri. Ego diri adalah jenis hasrat yang mengacu kepada individu sebagai titik tolaknya. Ego diri, dalam kaitannya dengan pengetahuan, hanya memfungsikan pengetahuannya berdasarkan kepentin...

Menulis Pahlawan

Mesti dipahami menulis itu bukan tindakan heroik. Atau suatu usaha untuk menunjukan sikap kepahlawanan. Pahlawan atau hero, memang penokohan yang dicitrakan tanpa cela, atau kesalahan. Dengan begitu pahlawan adalah sosok ideal yang mengatasi segala kecacatan. Dalam segala kisah heroik, pahlawan kadang merumuskan dirinya sebagai sosok yang mengatasi masalah dengan cara "sekali pukul", sebab itulah hero selalu dielu-elukan. Selalu dibangga-b anggakan. Menulis, akibat bukan tindakan heroik, maka dia juga bukan tindakan "sekali pukul". Menulis itu berbeda, dia berproses, dilatih, dan dilatih. Karena itulah wajar jika tidak ada tulisan yang "lengkap", "utuh", dan "universal". Menulis dengan itu adalah tindakan merevisi ide, dan menyusun gagasan. Lagi, lagi, dan lagi. Atas semua itu, selalu ada tulisan pertama, tulisan kedua, tulisan ketiga, dan begitu seterusnya, hingga sedikit demi sedikit otot kepenulisan terbentuk secara ala...

Literasi Kenangan Melawan Pusara Waktu

--- terinspirasi dari gagasan Alwy Rachman dalam Anging Mammiri karya  Abdul Rasyid Idris. Bagi penyair, kenangan memudahkan “pekerjaan” kesusastraannya menjadi lebih dinamik. Bahkan kenangan menjadi senyawa aktif untuk menghidupkan bahasa. Penyair, dan pekerjaan sejenisnya adalah orang-orang yang teguh meriwayatkan kenangan sebagai bagian dari kehidupan eksistensialnya. Masa sekarang kenangan mesti direbut dari “memori buatan” alat-alat canggih, semisal gadget. Agar kenangan dapat terus mengabadi, maka tiada jalan lain dengan mengangkatnya sebagai literasi kenangan. Juga, musuh abadi kenangan kadang muncul menjadi berupa sosok-sosok iliterasi. Sosok-sosok iliterasi adalah siapa pun yang hari ini selalu antipati terhadap segala upaya literasi agar dapat terus bergerak dan bekerja sebagaimana fitrahnya. Sosok iliterasi yang paling nyata di era sekarang, selain teknologi memori buatan adalah negara. Kadang negara menjadi tokoh antagonis untuk memberangus ak...

Literasi Kenangan

Barangkali memang ingatan manusia itu terbatas. Sebab itulah teknologi datang. Bagi yang menjadikan media sosial sebagai kehidupan keduanya pasti mengalami; suatu pagi di suatu tempat tiba-tiba sebait penggalan "status" datang kembali, atau sebuah gambar yang benar-benar sudah kita lupakan, tiba-tiba menyeruak mengintrogasi ingatan. Atas itu seketika suatu peristiwa dikenang kembali. Mungkin juga dirayakan kembali. Atau bahkan sudah tidak berarti apa-apa. Tapi, manusia memang mahluk yang selalu merindukan masa silam. Bahkan, dalam perspektif tertentu "sejarah" yang memiliki tiga bilah waktu, senantiasa memproyeksikan masa depan tanpa bisa menghapus sepenuhnya masa lalu. Itulah sebabnya, kenangan sangat penting. Di waktu sekarang, ketika masa depan begitu dipuja, kenangan adalah satu-satunya jalan agar manusia tidak lupa: siapa dirinya. Bagi penyair, kenangan bukan sebatas gejala memori yang menghubungkan ingatan dengan masa lalu, melainkan suat...

Makassar Kota Dunia, Kota Literasi?

Mengimajinasikan Makassar sebagai kota dunia tidak akan cukup jika tanpa melibatkan warisan sejarah yang dimilikinya: literasi. Kota Dunia harus juga diekspresikan sebagai kota yang ramah literasi. Dengan cara membudayakan baca tulis sebagai etika kewargaan, pembangunan perpustakaan di pusat keramaian, atau kalau perlu ada juga pete-pete smart literasi, merupakah sedikit langkah untuk merealisasikan peristiwa itu. Tapi, semua itu hanya menjadi pepesan kosong jikalau pemerintah kota bukan menjadi agen terdepan dalam mewujudkan targetan semacam itu. Artinya, jika mengacu kepada geliat literasi yang mengemuka dan kian masif di kalangan anak muda di lima tahun belakangan ini, dan juga semakin banyaknya komunitas kreatif-literasi di kalangan pemuda, menjadi tanda bagi pemerintah bahwa di tengah masyarakat kota sedang terjadi transformasi sunyi menuju masyarakat yang bercorak literatif. Kepekaan terhadap masyarakat yang bercorak literatif, harus ditunjukkan pemerintah kota ...

Histrionic Personality Disorder dan Cuitan Sang Mantan dan Demokrasi

Sebenarnya banyak hal bisa dituliskan. Bisa saja salah satunya soal pilkada di beberapa daerah di Tanah Air. Termasuk pilkada Jakarta yang banyak menyedot perhatian. Yang menarik dari pilkada Jakarta, selain karena Jakarta adalah ibu kota Indonesia sehingga apa pun yang terjadi di Jakarta bisa menjadi “meriam” atas peristiwa yang bakal terjadi di Indonesia, juga karena Jakarta menyu guhkan calon kontroversial yang sudah membuat gempar hampir semua umat muslim di Tanah Air.  Selain itu, dua kandidat lainnya juga tidak kalah penting mengapa pilkada Jakarta selalu mengisi ruang wacana masyarakat Indonesia. Keduanya adalah tokoh nasional dan atau bakal menjadi tokoh nasional. Perlu dicatat, kata tokoh di sini mengandung arti yang relatif. Tergantung dari sudut pandang apa orang melihatnya. Pasca hari pencoblosan semua tegang. Jakarta menunggu hasil siapa yang bakal terpilih. Bahkan hampir semua orang tidak berani mengambil kesimpulan siapa bakal peroleh suara terbanyak. Beberap...