Langsung ke konten utama

Postingan

madah limapuluhempat

Kejadian itu tidak lebih dari sepuluh menit. Tapi luka yang belum sembuh betul, dipaksa dikenang untuk waktu yang tak tentu ujung. Belum silam kejadian Charlie Hebdo, Jumat, 13 November, Paris jadi gempar. Dua orang mengacung senjata ke manamana. Masyarakat dibuat kalut. Dan akhirnya korban berjatuhan. Yang unik, peristiwa yang terjadi dua ratus meter dari bekas kantor Charlie Hebdo itu, adalah agama jadi motor. Dua orang yang berpakaian hitamhitam itu menyosor tanpa ampun. Mereka berteriak, mereka menyatakan sikap: “apa yang kalian lakukan kepada rakyat Suriah, sekarang kalian akan membayarnya.” Sebuah balas dendamkah ini? Yang pasti, di peristiwa itu, banyak pihak yang dibuat bertanyatanya. Di hari itu, nampaknya Paris jadi horor. Enam lokasi jadi titik yang menyulut luka. Akhir pekan yang dilalui dengan pesta harus berakhir kecam. Pertanyaan semakin mendesak. Politikkah ini? Akhirakhir ini teroris jadi kata yang politis. Sebab terma yang mulai akrab di tahun 2000a...

Sejarah Kesengsaraan

Tuhan, ultimate being yang diagungkan manusia, dalam sejarah, barangkali adalah pusat kesengsaraan.  Minggatnya Adam dan Hawa dari surga menuju kefanaan di bumi, adalah peristiwa pertama tuhan membangun sengsara di kalbu manusia. Diturunkannya pasangan pertama manusia ke alam yang  ad dunya,  menandai asal muasal kesengsaraan pertama bagi manusia.  Dengan begitu, sejak semula, tuhan telah menulis sejarah manusia dengan suatu keadaan asal berupa kesengsaraan. Melalui itu, Adam dan Hawa memulai kehidupan pertama manusia. Itulah barangkali, mengapa agamaagama identik dengan peristiwa kesengsaraan. Bahkan, tradisi agamaagama Ibrahimik menempatkan kesengsaraan sebagai pemantik kesadaran.  Ayub, nabi yang menderita tubuh bopeng, Ibrahim penderitaan berpisah dengan sanak keluarga, Yesus, putra Bethlehem yang tabah menderita di atas kayu salib, dan Muhammad yang dihujat dan diasingkan dari keluarga dan masyarakatnya, merupakan penanda historik bagaima...

Antropologi Toilet*

Toilet, tempat yang sering kali tersisihkan dari imajinasi ruang,  sebenarnya adalah optik antropologi manusia. Maksudnya, toilet, sepetak ruang yang selalu "disudutkan" itu, bisa menjadi parameter kebudayaan manusia. Di pemukiman kumuh, toilet adalah tempat yang miskin dari arsitektur canggih. Toilet sering kali jadi ruang tersembunyi yang luput dari perhatian. Ini sebenarnya, disebabkan oleh situasi masyarakat bawah yang tak diperantarai basis pengetahuan tentang ruang yang layak. Sebab itulah, toilet hanya dilihat sebagai tempat tanpa embelembel, tetapi malah gembel. Ketika toilet tampak gembel, dengan sendirinya akan berimplikasi terhadap durasi waktu di saat berada di dalamnya. Di dalamnya, aktivitas membersihkan tubuh, misalnya, akan dilakukan dengan cara terburuburu. Sebab di dalam toilet yang kotor, aktivitas apapun akan dilakukan dengan tidak nyaman. Dengan demikian, di dalam toilet, manusia akan tampak sebagai mahluk yang tidak estetis. Kebersihan dan tub...

Apa dan Mengapa Menulis?*

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Pramoedya Ananta Toer (1925-2006 ) Menulis itu dua hal; berpikir dan bekerja. Berpikir berarti mengelola ideide, dan bekerja berarti membumikan ideide. Mengelola ideide adalah usaha asali manusia. Semenjak manusia memiliki kesadaran, ideide selalu menjadi bahan baku dari aktifitas yang disebut berfikir. Ideide diramu dengan cara dihubunghubungkan, disambungsambungkan atau bahkan dipecahpecah atas sesuatu. Ideide selalu berarti gambaran atas sesuatu di dalam kesadaran kita. Ide tentang manusia, tentang hewan, tentang alam, tentang langit, tentang galaksi, tentang alam semesta, tentang tuhan, dan seluruh yang dapat dijangkau alam pikir adalah asalmuasal dari mana datangnya ide. Dari itu semualah ide kita datang. Dari semua itulah manusia berpikir. Dengan begitu manusia mengelola hidup dan kehidupannya. Hidup di sini ...

Dari Mana Mulai Mata Seorang Penulis?

Kalimat dimulai dari mata seorang penulis yang takjub, dan bukubuku jari yang gelisah. Mata, indera yang bisa menangkap bendabenda dengan jutaan partikel foton itu, adalah alat tangkap yang penting bagi seorang penulis. Mata bukan sekedar alat biologis, tapi sebuah alat epistem. Melalui mata, suatu peristiwa ditangkap sebagai datadata yang ditampung di dalam pikiran. Mata menjadi jangkar yang mengaitkan objek di luar dan pikiran manusia. Melalui mata, suatu peristiwa jadi kata. Mata seorang penulis tidak sekedar memfoto kopi peristiwa. Ketika ia melihat suatu kejadian, tugasnya bukan saja menggambarkan secara deskriptif, melainkan bergerak di sekitar setiap sudut pandang. Mata bagi penulis harus punya berjuta lensa untuk melihat lebih detail peristiwa yang dihadapinya.  Dengan mata, suatu peristiwa jadi lebih transparan, suatu peristiwa disusunbangun kembali. Melalui mata suatu fenomena jadi istimewa. Mengapa istimewa? Karena mata penulis ibarat mata kecil seoran...

Che Guevara

Orang-orang Hutan

  Hutan, untuk masa sekarang, hanya punya satu arti: kapital. Jika dahulu hutan dimaknai sebagai bagian dari kosmos, sekarang, hutan beralih fungsi menjadi komoditas. Nampaknya peralihan hutan dari bagian kosmos menjadi komoditas, adalah penanda bagaimana manusia begitu cepat berubah. Dimulai dari kebudayaan awal, hutan selalu dipresentasikan sebagai mitra kehidupan. Dengan tindak berpikir ini, hutan dijaga dan dilestarikan untuk menunjang jaringan ekosistem yang terlibat di dalamnya. Bagi masyarakat kuno, hutan adalah teritori sakral, sebab hutan merupakan bagian penting di dalam keyakinan-keyakinan tua. Apabila ditelusuri, hutan sebenarnya adalah rumah bagi masyarakat kuno. Dahulu belum ada dinding yang secara imajiner membagi teritori antara manusia dengan alam. Manusia beserta alam adalah kesatuan bulat, tanpa petak-petak teritori. Hutan adalah manusia, dan sebaliknya pula manusia adalah hutan. Artinya, kebudayaan yang berarti totalitas dimensi kehidupan manu...