Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

Tobat

Semalam Fulan bertanya: bagaimana niat salat tobat? Belum lama ia telaten menulis ulang di buku kecil catatannya. Setelah pulang dari masjid, ia duduk memunggungi daun pintu. Tepekur di atas sofa merekam apa pun. Apa saja ia temukan di mesin pencari. Kata-kata inspirasi, petuah-petuah moral, bacaan doa-doa salat, isi ceramah ustad Abdul Somad.... ....termasuk niat salat Tahajut. ”Niat itu sudah cukup dalam hati”. Saya menimpali. ”Ah...masa?” Ia sanksi. ”Kalau begitu silakan cari di google. Di sana banyak kok.” “Pokoknya, saya sudah memutuskan. Saya ingin tobat. Saya ingin berperilaku yang baik-baik saja.” ”Saya ingin salat tobat!!” Tanpa ada bertanya ia menyatakan sikap. Demikianlah. Tingkah polah Fulan bin Fulan, sebut saja begitu. Membuat saya menarik diri dari perbincangan tak terduga itu. Berusaha berpikir. Merenung. Kadang saya sulit menemukan jalan tengah. Petitih bilang: ” be your self ” jadilah dirimu sendiri. Al Qur'an mengingatka...

Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Peresensi

BELAKANGAN saya mulai menyadari keinginan menjadi peresensi buku. Walaupun niat ini akal-akalan saja, memang. Ya mau bagaimana lagi. Semangat membaca saya angin-anginan. Ini cara bulus belaka agar saya membaca buku. Zaman sekarang, kita harus hidup seperti pelari maraton yang diserang kehausan. Mesti lahap menepekuri buku-buku. Coba pikirkan setiap detik bermunculan penerbit-penerbit buku. Entah legal atau liar, mayor atau indie. Dari moncong mereka kertas-kertas berubah menjadi buku-buku. Puluhan, ratusan, ribuan…. Di gawai kita, buku elekronik lintas melintas. Dunia maya perantaranya. Bergiga-giga fisik buku menjadi sekotak layar smartphone. Pindah kirim mengirim. Dari gawai satu ke gawai lain. Namun, kecepatan perkembangbiakkan buku tidak semelimpah waktu membacanya. Seolah-olah kita dikutuk Tuhan mengalami dahaga berkepanjangan. Kita dikutuk agar mampu meneguk ”mata air” pengetahuan di buku-buku yang serba berlebihan itu. Mirisnya kita dikepung beragam kesibukan. ...

10 Muharram dan Pesan Politik Pembebasan Imam Husein

Ilustrasi peristiwa Karbala KESYAHIDAN Imam Husein ibn Ali di Karbala menandai gugurnya orang terakhir Ahlul Kisa ', yakni manusia terpilih dalam peristiwa bersejarah ketika Rasulullah menyelimuti empat orang terdekatnya dengan melafalkan doa khusus. Di peristiwa itu, Rasulullah menandai siapa-siapa yang disebut Ahlul Bait nya. Orang-orang yang bakal meneruskan risalahnya dengan bersanding bersama Al Qur'an, yang barang siapa berpegang teguh kepada keduanya, maka ia bakal selamat. Kelak, peristiwa ini menandai sebab turunnya ayat 33 surah Al Ahzab: ”Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya. ” Ummu Salamah, pribadi yang juga menyaksikan kejadian itu, tidak masuk dalam naungan selimut surban ( kisa' ) yang dipayung-lingkarkan bersama empat orang pilihannya. Rasulullah hanya memeluk sembari menyelimuti Ali ibn Abi Thalib, Siti Fatimah binti Muhammad, Hasan ibn Ali, dan Husein ibn Ali, ...