Perlu diketahui sebelumnya, prasangka dalam hermeneutika Gadamer bersifat netral sejauh itu dipahami sebagai perantara pemahaman manusia untuk memahami keadaan dan dunianya. Bahkan dalam pikiran Gadamer prasangka memiliki kedudukan yang siginifikan lantaran tidak ada pemahaman yang terlepas dari prasangka. Prasangka dalam hermeneutika Gadamer, dari sifatnya demikian adalah “kaca mata” bagi seseorang untuk mengenali dan menggali dunia kehidupannya. Secara konseptual Gadamer membagi dua jenis prasangka: pertama, prasangka yang legitim dan yang kedua, prasangka yang tidak legitim. Dua jenis prasangka ini mesti didudukkan ke dalam konsep Gadamer tentang otoritas dan tradisi. Bagi Gadamer otoritas dan tradisi adalah dua komponen prasangka. Dengan kata lain tindakan memahami, dalam hal ini prasangka, berarti tindakan yang tidak mungkin lepas dari tradisi dan otoritas yang menyertainya. Pemahaman manusia dalam memahami sesuatu selalu dipengaruhi otoritas dan tradisi tertentu. ...