Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

Melihat Anak-Anak Tumbuh Tanpa Gadget

Hari ini sangat sulit menemukan anak-anak usia dini yang bermain tanpa gadget. Bahkan permainan anak-anak usia dini yang melibatkan ketangkasan, kecekatan dan kecermatan, sudah sangat jarang ditemui akibat kesukaan anak-anak terhadap gadget. Akibatnya, perkembangan kreatifitas dan cara berpikir anak-anak sedikit banyak mengalami perubahan drastis. Terutama ketangkasan dan kecakapan, gadget mengubah anak-anak menjadi lebih pasif. Gadget era kiwari sudah berkembang sedemikian rupa dengan menyisipkan aplikasi-aplikasi khusus anak-anak. Bahkan ada gawai yang khusus diciptakan untuk anak-anak usia dini. Segmentasi pasar yang ikut mempertimbangkan pengguna pemula yakni anak-anakk usia dini, ikut mempengaruhi inovasi perkembangang gadget. Saya tercengang setelah mendapati artikel AS Laksana yang mengulas keberadaan sekolah yang menghindarkan anak-anak dari penggunaan alat-alat canggih berupa smartphone. Sekolah itu bukan di Indonesia, melainkan di Silicon Valley, pusat perkemban...

Cultural Lag dan Kehidupan Bapak Tanpa Gadget

Saya kira bukan bapak saja yang kerap mengalami kegagapan ketika menggunakan handphonenya. Saya yakin banyak orang tua seperti bapak saya. Ibarat masyarakat terbelakang, bapak menjadi orang yang tak tahu apa-apa di hadapan teknologi masa kini. Bapak menggunakan handphone merk Samsung. Perangkat itu bukan gawai smartphone seperti dipakai kebanyakan orang. Tapi, bapak sering kali kesulitan mengoperasikan handphonenya ketika, misalnya, ingin menyetel alarm, atau ingin menggunakan fasilitas short message . Ketidaktahuan bapak ditengarai akibat menggunakan handphone yang tidak lagi sama dengan merk sebelumnya. Sebelumnya bapak menggunakan handphone merk Nokia. Imbas fitur dan cara pakai yang berbeda, membuat bapak semakin bingung menggunakannya. Namun soal sebenarnya bukan akibat cara pakai yang berbeda, melainkan pengetahuan yang mendasarinya. Ini jauh lebih mendasar dibanding peralihan cara pakai dari dua merek yang berbeda.     Saya seringkali kasihan meli...

Menemukan Kembali Bahasa Indonesia

Mari memahami praktik berbahasa era kiwari tidak serta merta representasi kesadaran atas persatuan. Justru sebaliknya akibat cermin ketidaksadaran. Atau lebih berbahaya akibat false consciousness (pemahaman palsu). Atau mungkin trauma kelam masa lalu. Atau juga didorong rasa dendam, bahkan mungkin sentimentalisme sempit. Artinya, bahasa selama ini bukan cermin ilmu pengetahuan. Malah bahasa percakapan yang dipraktikkan sehari-hari hanya cara manusia memanipulasi dirinya yang mengalami hambatan perkembangan kejiwaan. Ibarat teori allegory of the cave -nya Platon, filsuf Yunani purba, kiwari hampir semua bahasa percakapan ditengarai gelapnya perangkap gua, bukan karena “cahaya” di luar gua. Imbasnya, bukan manusia yang “menyarangkan” bahasa lewat praktik pemaknaan, tapi manusialah yang ditawan bahasanya sendiri, bahasa samar dan gelap. Itu sebabnya, manusia terhambat mengetahui kenyataan lewat bahasa temaram yang digunakannya. Kenyataan, hanyalah realitas palsu akibat tak ...

Rasa Lapar dan Agresivitas Manusia

Tahun 1950, 32 orang menjadi subjek penelitian tentang pengaruh rasa lapar. Eksperimen ini dilakukan selama 6 bulan oleh Keys dan kawan-kawannya. Tujuannya demi melihat kepribadian seseorang ketika rasa lapar menghinggapi. Selama masa pengamatan, ternyata orang-orang yang dibiarkan mengalami rasa lapar banyak mengalami perubahan kepribadian berupa mudah gusar, sukar berbaur, dan tidak bisa berkonsentrasi.(1) Yang mengejutkan, disebutkan selama mendekati akhir penelitian, perbincangan subjek banyak didominasi oleh makanan dari pada tema pembicaraan lainnya. Bahkan, di dalam mimpi, makanan menjadi bunga-bunga tidur yang paling dominan. Memang kebutuhan biologis salah satu faktor yang paling banyak mendominasi perilaku manusia. Sama halnya kebutuhan terhadap seks dan lainnya, manusia banyak didorong kebutuhan biologisnya untuk menunjang aktivitasnya. Kesimpulan sederhana yang bisa ditarik dari eksperimen di atas, manusia begitu gampang mengalami perubahan kepribadian jika di...

Platon dan Dunia Tanpa Cacat

Ilustrasi pop art wajah Socrates. Socrates adalah bapak sekaligus "guru" para filsuf Ajarannya paling terkenal adalah metode dialektika BARANGKALI teori adalah paras terbalik dari kehidupan nyata. Ibarat paralax, pantulannya berkebalikan dari objek sebenarnya. Dan begitulah Platon. Paras teorinya adalah hasil sublimasi kehidupan masyarakatnya yang dirundung masalah. Platon hidup di masa perang dan huru-hara politik yang lebih parah dari zaman Heraclitus. Sebelum Platon lahir, Athena adalah kota yang baru saja keluar dari gua tribalisme. Tapi juga itu masa-masa yang penuh tirani. Athena akhirnya jadi kota yang terkatung-katung di antara oligarki dan penegakkan demokrasi.  Athena yang gundah juga kota yang mengalami perang berkepanjangan dengan Sparta, negara-kota yang masih menganut tribalisme aristokrasi kuno. Selama dua puluh delapan tahun perang berkecamuk, membuat masyarakat tercabik-cabik. Perang Pelopponesus itu akhirnya membuat Athena menjadi pihak ...

Tujuh Literasi yang Bertahan dan Hanya Berakhir Menjadi Bukan Apa-Apa

Sepanjang 2016 kita banyak menemukan esai, artikel, cerpen, opini, puisi, dlsb., dari penulis-penulis hebat yang betebaran melalui media cetak maupun online. Dalam bentuk majalah, buku, koran, dan makalah, tulisan apik itu banyak membuka wawasan kita tentang apa saja. Dari mereka (sebut nama penulis yang Anda sukai di sini), kita banyak belajar mulai dari gagasan, cara pandang, sikap, perasaan, bahkan sampai cara mereka menuliskan itu semua. Saya meyakini di belakang karya tulis mereka, banyak draf tulisan berupa catatan, ide lepas, daftar ide, atau gagasan sederhana yang masih mentah yang belum sempat disempurnakan menjadi karya utuh. Terkadang catatan itu disimpan dan dituliskan kembali di kemudian hari, atau malah sebaliknya hilang tertumpuk di antara rancangan tulisan-tulisan lainnya. Di bawah ini tujuh daftar draf tulisan saya sepanjang 2016 yang bertahan dan tersimpan begitu saja tanpa pernah diselesaikan seperti karya tulis lainnya. Pertama , Aku dan Tubuh yang Tua...

Agama Layar Kaca dan Kebimbangan Massal Abad 21

Jean Baudrillard.  Pakar teori kebudayaan, filsuf cum sosiolog asal Prancis.  Karya Baudrillard seringkali dikaitkan dengan pascamodernisme dan pascastrukturialisme.  Salah satu konsepnya yang terkenal: Simulakrum. Era kiwari, hampir semua kenyataan yang ditangkap diperantai layar kaca. Fenomena ini merupakan perjalanan panjang cara masyarakat mencandrai realitas sekitarnya. Dimulai dengan pancaindera, teleskop, mikroskop, kertas, dan akhirnya layar kaca, perangkat-perangkat yang memperpanjang “tubuh-indera” masyarakat memahami kehidupan. Bahkan mutakhir, layar kaca berubah jauh lebih efektif dan efisien dalam wujudnya yang paling baru: screen smartphone . Berubahnya wujud layar kaca juga menandai peralihan cara masyarakat berinteraksi. Melalui layar kaca televisi, model interaksi masyarakat hanya bersifat satu arah, monoton, dan pasif. Namun, melalui screen smartphone (dengan basis internet), interaksi terjadi bersifat dua arah, kompleks, dan aktif....

Relasi Panjang Ekor Kadal dengan Intoleransi Masyarakat Sekitar Garis Khatulistiwa (Studi Kasus Masyarakat Peternak Kambing)

Alan Sokal.  Profesor fisika di New York University.  Ia menulis paper di Jurnal Social Text berjudul Transgressing the Boundaries: Towards a Transformative Hermeneutics of Quantum Gravity, yang ternyata hanya menguji kadar keilmiahan para editor jurnal tersebut.  Karena “ulahnya” ini muncul istilah Hoaks Sokal. Paper yang ia tulit ternyata hanya kebohongan belaka namun lolos di meja redaksi jurnal Social Text Saya ingin di suatu waktu dapat meneliti setiap pengunjung warkop dalam hubungannya dengan aktivitas mereka di dunia maya. Atau, meneliti anak-anak muda era kiwari seberapa sering mereka berkunjung di pusat-pusat perbelanjaan. Atau, meneliti faktor-faktor apa saja yang menyebabkan mengapa masih banyak anak-anak muda jarang mengunjungi perpustakaan. Atau, jika memang memiliki kesempatan dan modal waktu yang cukup, saya juga ingin meneliti bagaimana pandangan rektor-rektor kampus di Makassar tentang minimnya penelitian di kalangan tenaga pengajar m...