Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Pengetahuan Abnormal a la Jurgen Habermas

Jurgen Habermas filsuf dan sosiolog Jerman. Ia adalah generasi kedua dari Mazhab Frankfurt.  Jurgen Habermas adalah penerus Teori Kritis oleh para pendahulunya: Max Horkheimer, Theodor Adorno, dan Herbert Marcuse Jurgen Habermas membedakan dua jenis pemahaman, yakni pemahaman yang normal dan pemahaman abnormal.   Pemahaman yang normal menurut Habermas adalah jenis pengetahuan saling mengerti antara dua orang yang berkomunikasi. Kesalingpengertian ini bisa dimungkinkan lantaran berasal dari titik berangkat yang sama berupa bahasa yang sama-sama saling dipahami sebagai medium komunikasinya. Contoh misalnya, dua warga Indonesia yang setiap hari berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Dua warga ini tidak bakal menemukan kesulitan saat   menyatakan pikirannya   dan menangkap maksud percakapan lantaran sama-sama mengerti   setiap arti dari bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Bagi Habermas, dua warga Indonesia ini kecil kemungkinan terjerum...

5 Jenis Mahasiswa Senior Bakal ditemui ketika Menjadi Mahasiswa Baru

Menjadi mahasiswa baru adalah pengalaman tersendiri bagi sebagian orang. Selain merupakan masa transisi dari kehidupan “pra-pencerahan”, ia juga menjadi penanda bertambahnya tanggung jawab sebagai pelanjut generasi bangsa. Dunia kemahasiswaan adalah semesta pengalaman yang unik. Ketika  je menjadi mahasiswa baru,  je  bakal menemukan dunia yang berbeda dari masa SMA dulu. Mulai dari beban sks,  gonta-ganti jadwal mata kuliah, teman nongkrong kece-kece(le), aneka ragam dosen kelas bulu sampai kelas berat, pembayaran ini itu, aktifitas organisasi macam-macam, hingga tentu senior-senior kegatelan ingin mendekati  je  seperti calo tiket terminal. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan amatiran eike, tulisan ini ingin menyajikan 5 jenis mahasiswa senior yang bakal  je  temui ketika menjadi mahasiswa baru. 1.  Senior tipe ustaz/ustazah Tipe pertama senior ini banyak bermunculan ketika kampus dikepung organ-organ berhaluan agama. Mul...

Pertanyaan untuk Sang Pengarang

Cerpen bukan hanya keterampilan seni bercerita. Atau sekadar menyusun urutan-urutan peristiwa berdasarkan hukum kausalitas tertentu, dan menempatkan ”peristiwa kunci” di akhir cerita yang sering membuat orang merasa kaget. Cerpen juga bukan seolah-olah menceritakan belaka pengalaman-pengalaman di sekitar sang pengarang sembari ikut mengubahnya berdasarkan kreatifitas imajinasinya. Cerpen, sejauh yang dipahami juga adalah media penceritaan yang menggambarkan seberapa tekun sang pengarang mau ikut serta menciptakan kehidupan yang bermartabat dan bebas dari beban sosial yang melingkupinya. Akhir-akhir ini situasi masyarakat banyak mengalami anomali-anomali. Semakin ke sini, dilatarbelakangi globalisasi, menguatnya masyarakat pos industrial, merebaknya pemahaman ekstrim politik keagamaan, maraknya hoax , serta kemunculan generasi mutakhir digital native , kehidupan kita banyak dibebani dan diharuskan menyelesaikan persoalan-persoalannya dengan cara yang jauh lebih bijak dari...