Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

politik identitas

Masalah identitas dalam berkehidupan berbangsa akhirakhir  ini m enjadi hal yang problematis. Hal ini semakin rumit ketika ruang sosial menjadi medan terbuka dari segala bentuk intervensi. Semenjak ruang kehidupan dipenuhi dengan keragaman kelompok, maka identitas sebagai modal sosial bisa menjadi nilai yang bermuatan ganda. Dalam hal ini, kaitannya dengan upaya konstruksi sosial, identitas bisa mempersatukan perpecahan kelompok atau sebaliknya, justru membelah persatuan masyarakat, apalagi dalam kaitannya dengan era globalisasi saat ini. Politik identitas Bice Maiguasha, seorang doktor ilmu politik, pernah menuliskan bahwa globalisasi sebagai ciri kemajuan memiliki dampak terhadap mengemukanya kelompokkelompok di bawah negara yang massif dalam menunjukkan aspirasi akan hal identitas politik. Hal ini dapat ditandai dengan kemunculan kelompokkelompok yang mengidentikkan diri atas ikatan etnosentris keagamaan, gerakan feminisme maupun masyarakat adat. Dalam hal pengak...

Manusia

Kuasakah engkau menciptakan tuhan? ...maka diamlah wahai segala tuhan! Tapi, yang pasti engkau dapat menciptakan superman. . Memang manusia mahluk yang tak lengkap. Di balik sejarah, yang tak lengkap itu berusaha dipikirkan, untuk kemudian dirumuskan pada satu pengertian yang umum dan ajeg. Sejarah memang wadah yang bisa kita dalami, di sana manusia selalu disusun dalam pengertian yang esensial; mahluk yang rasional, mahluk sprituil, mahluk kerja dsb. Tentang manusia, dalam sejarah, apa yang telah dirumuskan untuk menambal yang kurang itu memang hanya menyisahkan tekateki, lubang yang tak pernah tertutupi. Manusia bisa saja menciptakan segala hal. Dengan demikian manusia meneguhkan eksistensinya. Eksistensi yang tak utuh itu dalam sistem politik, kebebasan individu dan kolektif dijabarkan, bagaimana kekuasaan harus diterjemahkan untuk kebahagiaan banyak orang. Untuk itu, juga mekanisme ekonomi dirancang, ikhtiar untuk membuat sistem yang egaliter. Demikian budaya dan hukum t...

filsafat

Konon filsafat adalah ilmu yang punya dampak praktis. Dahulu maksud yang praksis itu ditemukan dalam   theorea . Theorea dikenal dengan sikap pikiran yang terbuka terhadap kebajikan, sebuah sikap pikir yang tertib untuk mencandrai   nous , untuk melihat cosmos yang akbar, atau dengan kata lain,   theorea   adalah sebuah jalan untuk menjadi bajik, menjadi hanif dihadapan macrocosmos. Dengan   theorea , manusia diajak untuk menghindari   doxa , dalam pengertian Plato adalah kebenaran yang tak sahih, kenyataan yang cenderung berubah, pernyataan yang kerap kali tak bisa diyakini. Dengan theorea, manusia diajarkan jalan bios theoritikos, sebuah sikap hidup yang mengolah jiwa pada keabadian, pada yang stabil, sesuatu yang tetap. Sehingga dengannya manusia diarahkan untuk hidup bijaksana, untuk mencapai otonomi. Dengannya, otomatis bermaksud praxis. Juga   theorea   ada dalam agama-agama kuno. Yunani misalnya, ada   theoros , seorang wak...

Politik

Ada asumsi tentang politik, seingat saya dari Herman Broch, bahwa politik berarti merawat komunitas. Ini artinya politik paralel dengan kehidupan kolektif, yang di dalamnya sudah pasti punya misi edukasi, kerja membangun. Juga dalam komunitas sudah tentu mensyaratkan adanya pusat. Kolektivitas berarti "kita" sebagai pusat. Dalam "kita" berarti ada peneguhan terhadap identitas, terhadap simbol, untuk dijadikan garis batas terhadap yang lain. Namun, dalam masamasa yang penuh dengan eufimisme, politik bisa bermaksud lain. Politik justru berarti mengkerdilkan pihak yang berada di seberang. Kita menjadi emoh terhadap yang lain, sementara identitas kelompok adalah sanjungan yang berdiri atas kesadaran tanpa argumentasi. Di sinilah politik berubah haluan menjadi mitos. Mitos, seperti kita tahu adalah pengetahuan yang tak punya asal usul, sejenis kesadaran yang tak memiliki basis kenyataan tetapi diyakini dan diteguhkan kebenarannya dari otoritas yang berlangsung...

dialog imajiner bersama Machiavelli

Suatu ketika di malam awal Juni saatsaat lembayung makin padat. Juni yang mengawali kemarau Juni yang biasanya panas, saya berusaha membangun imajinasi. Tentang sebuah perbincangan dengan seorang realis, orang yang pernah hidup sekitar akhir abad pertengahan. Seorang dari Florence Itali; Niccolo Machiavelli. Saya membayangkan malam awal Juni itu dua bulan setelah hari kelahirannya, duduk bersama orang yang kerap dikutuk berkat gagasannya yang tanpa moral itu. Di mana saya dengannya bertemu di saatsaat karirnya sebagai penasihat politik mendekati anti klimaks. Pada pinggiran selatan kota Florence saya dengannya bersua. Ketika Itali sedang dalam invasi Spanyol. Saya: Kenapa anda tampak murung? Apakah ini karena Itali sedang dalam masa-masa kritis? Niccolo: (Sambil tersenyum) Saya memang murung? Lebih mudah bagi saya kematian seorang ayah daripada kehilangan warisan..Mari anak muda..(sambil memberikan segelas anggur) bagaimana anda bisa sampai kesini? Ini masa kritis.. ...