Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2013

Sosiologi; Ilmu Penguasa?

Dahulu, August Comte, Bapak Sosiologi itu merumuskan suatu sistematika ilmu, untuk kenyataan, untuk fenomena yang ia cerap. Ilmu yang ia katakan sebagai puncak segala Ilmu. Setelah melepaskan dari genggam filsafat, ia memberikan nama  ilmu yang ia prakarsai sebagai Sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu di Eropa disambut dengan eksploratif. Semenjak kehadirannya, banyak ilmuwan sosial yang turut menyempurnakannya sebagai ilmu yang komplit. Menutupi lubanglubang yang di tinggalkan Comte. Di tangan Durkhem, Sosiologi tampil dengan melepaskan secara penuh karakteristik filsafatnya sepenuhnya. Di suatu waktu ia berujar, Comte masih membawa gen filsafat pada apa yang ia sebut sebagai ilmu positif. Sosiologi harus sepenuhnya ilmiah. Sosiologi harus mengikuti kaidahkaidah sains. Itu berarti ia harus objektif. Dan memang semenjak Eropa meninggalkan zaman yang traumatis, seluruhnya serta merta merayakan kemajuan sains. Eropa memang berhasil keluar dari ekternalitas yang dogma...

Spiral Kekerasan dan Melangitnya Harga BBM

Mengingat pernyataan menteri keuangan di beberapa waktu lalu, bahwasannya di tanggal tujuh belas juni nanti, pemerintah akan segera menaikkan harga BBM bersubsidi setelah APBN perubahan 2013 diketok pada sidang paripurna di DPR.  Pernyataan dari Menkeu ini adalah penegasan ulang dari SBY tentang keputusan pemerintah yang akan menaikkan tarif BBM bersubsidi. Dan jika melihat dari kejadian-kejadian sebelumnya, sebagaimana biasanya dari naiknya tarif BBM akan mempengaruhi bertambahnya masyarakat miskin di tanah air. Data BPS menunjukan   hingga akhir Januari 2013, data kemiskinan terbaru Indonesia mencapai 28,59 juta orang atau 11,66 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Sehingga jika tariff BBM naik, persentasenya bertambah satu persen menjadi 2,5 juta orang dan angka kemiskinan akan mencapai di atas 30 juta orang. Dan malangnya, strategi yang diambil oleh pemerintah dalam mengatasi kemiskinan adalah seperti yang sudah-sudah, yakni program pemberian bantuan tuna...

Neolib dan Trilogi Ilmu Sosial

Neoliberalisme adalah kristalisasi dari sebuah gagasan tentang kebebasan yang bekerja secara adaptatif jauh merangsek ke wilayah basis elementer manusia; kebutuhan hidup manusia, kebutuhan ekonomi. Karena ia sifatnya gagasan, maka ia-pun mengalami perbaikan sana-sini untuk menutupi bopeng-bopeng yang ada dalam dirinya, berkat sebuah kenyataan, Neoliberalisme tak selama tampil sempurna . Konon katanya, John Maynard Keynes pernah membuang sebakul handuk kamar mandi ke lantai di tengah sebuah pembicaraan yang serius. Orang-orang terkejut. Tapi begitulah agaknya ekonom termasyhur itu menjelaskan pesannya: Jangan takut berbuat drastis, untuk menciptakan keadaan di mana bertambah kebutuhan akan kerja. Dengan itu orang akan dapat nafkah dan perekonomian akan bisa bergerak. Waktu itu Keynes sedang berceramah di Washington DC pada 1930-an. Krisis ekonomi yang bermula di Amerika Serikat pada 1929 telah menyebar ke seluruh dunia. ”Depresi Besar” -dengan suasana malaise- berkecamuk di mana-ma...

Surat dari Nietzsche; Kebutuhan untuk Percaya

Di siang itu,  kala hujan lebat, jalanjalan basah tergenangi air, kehidupan kita,  seperti ungkapan Jerman:  lebenswelt  tengah berjalan tanpa penghujung. Dunia yang kita hayati dengan cita dan harap. Kehidupan manusia yang jatuh bangun di tengah harapan yang kembang kempis. Maknamakna yang ditata berdasarkan persentuhan manusia terhadap penghujung sejarah yang panjang; penghidupan yang naik turun, riuh rendah nasib yang diperjuangkan, ketika insting bertahan hidup kerap kali mendapatkan ujiannya pada harapan yang tipis. Maka di siang itu sebuah peristiwa terjadi. Di tengahtengah itu, pada penghujan yang enggan berhenti, saya membayangkan sejulur tangan menulis dengan penanya, untuk zaman kita. Untuk ia kirimkan tepat di tengah jantung peradaban kehidupan kita. Sebuah surat yang datang dari penghujung abad 19 dengan maknanya yang privatif. Pesan yang begitu pribadi, ia memiliki kesan yang tertutup. Ketika segalanya tengah terbuka lebar, ketika perihal y...

jalan raya

Apa jadinya jika jalan raya di suatu pagi bertemu dengan modernitas? Maka yang ada adalah keterburu-buruan. Hidup dalam cara modern adalah bagaimana anda dapat menggunakan waktu se-efisien mungkin. Dan jalan raya, di pagi hari adalah perentang penandanya. Di jalan raya, anda tak boleh menengok; kanan dan kiri, apa lagi berbalik kebelakang hendak kembali, karena menengok dan kembali dalam buku besar modernitas berarti kemunduran. Dan bisa jadi anda akan menjadi seorang individu yang tertinggal jauh. Memang modernitas adalah sebuah bus besar yang sedang terburu-buru; bergegas dengan kecepatan yang tinggi, tanpa rem, tanpa rambu jalan dan tanpa terminal pemberhentian. Modernitas adalah bentuk zaman bahkan pikiran baru yang berusaha melupakan ingatan masa lampau; melipat segala sesuatu menjadi sebuntal pakaian yang harus dilipat bahkan diganti, dan memberikan anda sekelumit pakaian dengan cermin yang menaruh visi tentang kemajuan. Dan inilah modernitas, waktu menjadi barang yang ...

la mémoire et à venir

Entah seberapa jauh kita bisa mengingat masa-masa dimana kita kecil? Mungkin banyak yang terlupakan, tetapi bisa jadi tidak sedikit yang masih tersimpan. Ingatan punya aturannya sendiri; tentang apa yang layak tersimpan dan apa yang mesti kita lupakan, sebab ingatan diwaktu tertentu punya masa-masa ia datang kembali; menemukan gejala yang menghubungkan akan dua peristiwa, dimana masa lalu bisa kita rasakan pada masa sekarang yang punya kemiripan. Karena perihal ini, maka terkadang ingatan bisa menjadi hal yang perlu diatur, apalagi menyangkut ingatan orang banyak. Dimana ingatan bisa mendatangkan isyarat apa yang patut dan yang harus dibuang jauh-jauh. Maka bisa saja ingatan kehilangan tentang apa yang sepantasnya diingat, tak terkecuali masa kita anak-anak. Ingatan bisa jadi hal yang memupuk harapan atau sebaliknya? Harapan?...bisa dikata sejenis utopia; sesuatu tempat yang menempatkan cita-cita yang ideal didalamnya. Atau sesuatu yang tinggi tempatnya. Perihal aka...

kindness

Bagaimana kita harus bercerita tentang kebaikan: suatu nilai yang tanpa cacat. Nilai yang kita anggapkan ada pada diri manusia? Mengenai perkataan dan sikap yang kita lakukan. Di mana dia ada pada apa yang kita berikan dan apa yang kita terima. Baik sikap dan tutur selalu mengisyaratkan kehadiran sesuatu kondisi, yang mana pada akhirnya kita tekadang mengharap balasan datang sesegera mungkin. Ini menyangkut sejauh mana kita menerapkan nilai kemanusiaan pada apa yang kita selalu perbuat. Dan tentang ini, Immanuel Kant sudah mewanti-wanti : kebaikan bukanlah perihal isyarat tentang balasan, bukan untuk sesuatu yang diluar dari dirinya, tetapi memang untuk kebaikan itu sendiri. Itu berarti Kebaikan bukan keadaan yang menuntut sesuatu keluar dari otonomisasinya, melainkan demi kebaikan itu sendiri. Namun bagaimana kebaikan harus kita duduk perkarakan, jika sekarang kita berada pada pusat yang penuh pamrih? Hidup yang menyertakan balasan dan terkadang pilihan dari apa yang diperbu...

A Description

Ada buku yang akhirakhir ini saya baca. Yang saya maksudkan di sini dengan “membaca”  bukan sebagai tindak baca yang kritis. Sebab tindak baca yang kritis harus mengambil jarak terhadap teks yang dihadapi. Dengan begitu si pembaca bisa melepaskan ruang pahamannya dengan jalinan struktur teks yang ada di hadapannya. Sehingga dari sana ia bisa menarik pemahaman yang tidak terkooptasi dengan jaringan makna yang dibentuk oleh teks. Sebagai tindak baca yang kritis harus juga memberikan pemaknaan baru terhadap bacaan yang di ejanya. Dan saya masih jauh dari itu. Makanya saya hanya bisa “menyimak”, bukan dalam arti “memahami”. Buku yang saya maksud itu adalah buku dengan genre filsafat yang ditulis oleh F. B. Hardiman, seorang yang dikenal sebagai dosen filsafat. Judul buku karangannya itu adalah “Filsafat Fragmentaris”. Buku yang saya simak itu adalah –dalam ukuran saya-  buku yang berat. Oleh sebab banyak ulasan yang butuh pengandaianpengandaian yang lebih memadai. ...

Kant

"AUFKLÄRUNG ist der Ausgang des Menschen aus seiner selbstverschuldeten Unmündigkeit. Unmündigkeit ist das Unvermögen, sich seines Verstandes ohne Leitung eines anderen zu bedienen. Selbstverschuldet ist diese Unmündigkeit, wenn die Ursache derselben nicht am Mangel des Verstandes, sondern der Entschließung und des Mutes liegt, sich seiner ohne Leitung eines andern zu bedienen. Sapere aude! Habe Mut, dich deines eigenen Verstandes zu bedienen! ist also der Wahlspruch der Aufklärung." (Immanuel Kant) Pencerahan adalah keluarnya manusia dari ketidakdewasaan yang dibuatnya sendiri. Ketidakdewasaan adalah ketidakmampuan untuk menggunakan pemahaman sendiri, tanpa bantuan dari orang lain. Ketidakdewasaan yang dibuat sendiri ini tidak terjadi karena kurangnya pemahaman, melainkan karena tidak adanya keberanian, yakni ketidakberanian untuk menggunakan pemahaman tanpa arahan dari orang lain. Sapere Aude! Beranilah untuk menggunakan pemahamanmu sendiri! Itulah semboyan P...