Eka Kurniawan lagilagi membuat saya berdecak kagum. Sabtu pagi tanpa sengaja, saya menemukan cerpennya: Jimat Sero. Kesengajaan yang menyenangkan. Seperti biasa, membaca cerita pria ini membuat kita harus bersabar dengan ending yang tak didugaduga, sementara di saat yang bersamaan kita tak tahu alur apa yang bakal terjadi. Membaca cerpennya seperti mengetahui ada misteri yang menunggu di ujung cerita tanpa diketahui seperti apa misteri yang di maksud. Jimat Sero by Eka Kurniawan, Suara Merdeka, 24 Januari 2010 Ia mengingatkanku pada masa kecil kami. Saat itu ibuku baru melahirkan adik, dan bapak menitipkanku ke rumah nenek di kampung. Di sekolah yang baru, hanya aku yang pakai sepatu dan hanya aku yang punya rautan pensil. Sial sekali memang. Dengan tubuh kecil, ringkih, hidung penuh ingus dan sering pilek, aku menjadi bulan-bulanan teman sekelas. Setiap hari mereka merampok uang jajanku. Satu hari tiga anak memukuliku, karena aku sengaja tid...