Didorong kegundahan melihat polah
istrinya dan kehidupan yang dililit kemiskinan, Lakshmi bereksperimen membuat
pembalut dari mesin sederhana yang diciptakannya sendiri. Setelah melalui
beberapa percobaan Lakshmi kembali membujuk istrinya menggunakan pembalut
buatannya. Tidak diduga sebelumnya, untuk kesekian kalinya, istri Lakshmi
menolaknya.
Begitulah secuplik cerita film Pad
Man yang dibintangi Akshay Kumar dan Sonam Kapoor adaptasi kisah nyata
Arunachalam Muruganantham, aktivis sosial yang kini menjadi pengusaha di India.
Film yang disutradai R. Balki ini mengisahkan suatu tema unik yang selama ini
menjadi tabu dan hanya dibicarakan diam-diam oleh perempuan-perempuan India:
menstruasi.
Penyakit dan Selimut kemiskinan
Tulang punggung film ini ada pada
harapan Arunachalam Muruganantham (diperankan Akshay Kumar sebagai Lakshmikant
Chauhan) agar istrinya (diperankan Radhika Apte sebagai Gayatri), termasuk
perempuan-perempuan India memerhatikan kesehatan ketika tiba masa haid dengan
menggunakan pembalut yang lebih higienis daripada kain lap. Harapan Muruganantham
bukan tanpa sebab karena memakai kain lap saat menstruasi dapat menimbulkan
berbagai jenis penyakit hingga mengancam rahim perempuan terserang virus dari
kain yang kotor.
Menurut laman berita BBC, survei
2011 yang dilakukan AC Nielsen oleh pemerintah India, menemukan bahwa hanya 12
% wanita di seluruh India menggunakan pembalut wanita. Sementara menurut data
USAID dalam artikel yang ditulis Abijan Barua di laman KBR.id, sekitar 80
persen perempuan India hanya menggunakan potongan kain ketika menstruasi.
Selama berkali-kali kain itu tetap dipakai dengan dicuci menggunakan air
dingin, dan dipakai ketika masih lembab. Ini menyebabkan infeksi dan luka
berkembang biak.
Hal itulah yang menyebabkan,
seperti dikutip dari Detik Healt, 70
persen dari semua penyakit reproduksi di India disebabkan kebersihan menstruasi
yang buruk. Bahkan ada yang sampai berujung kematian. Hal ini karena selain
menggunakan kain lap, perempuan-perempuan India, juga menggunakan pasir, daun,
serbuk gergaji, bahkan abu sebagai pengganti pembalut.
Fenomena di atas seperti tampak
dari adegan-adegan Padman, hanyalah efek dari situasi ekonomi masyarakat miskin
India. Perempuan-perempuan di India, sengaja menggunakan kain lap karena tidak
mampu membeli pembalut akibat selimut kemiskinan.
Di tengah-tengah keadaan ekonomi
yang buruk, Pad Man dengan terang mengangkat pula kehidupan budaya perempuan
India yang disekap pandangan dunia tradisional. Seperti diperagakan melalui
adegan-adegannya, selama mens, perempuan-perempuan di desa Muruganantham harus
menjalani suatu prosesi unik berupa hidup terpisah di beranda khusus menyerupai
sepetak kamar. Kamar itu disusun dari sekat-sekat kayu menyerupai penjara yang
diisi satu tempat tidur khusus dan tali jemuran untuk mengeringkan pakaian dan
kain lap pembalut.
Kebiasaan di atas menurut aktivis perempuan, Swapna Tripathi, dikutip
dari artikel Abijan Barua dalam situs KBR.id, karena pola pikir tradisional
yang menyebut para perempuan seharusnya merasa malu jika sedang mens sehingga
harus tinggal terpisah.
Bahkan rasa malu karena masa haid
berdampak pula kepada dunia pendidikan, terutama bagi para remaja perempuan.
Esai Istri pangeran Harry, Meghan Markle seperti dilaporkan Tabloid Bintang
dari laman Time mengungkapkan, perempuan-perempuan remaja yang telah memasuki
masa haid merasa malu karena menganggap tubuh mereka dihuni mahluk jahat dan
menjadi “kotor” ketika haid. Akibat hal ini banyak perempuan-perempuan remaja
yang tidak ingin bersekolah saat haid.
Pemberdayaan perempuan
Hanya karena menstruasi istrinya,
Arunachalam Muruganantham yang diperankan Akshay Kumar mengembangkan teknologi
sederhana berupa mesin pembuat pembalut. Tidak lama setelah bertemu Rhea (Sonam
Kapoor) yang mengikutkan alat temuannya pada ajang inovasi teknologi, seperti
dikisahkan, Lakshmi berhasil menyabet penghargaan presiden berkat mesin
temuannya.
Setelah menolak alat temuannya
dikomersilkan dan diberi hak paten, dalam adegan, Lakshmi justru berkeinginan
setiap perempuan dapat memiliki alat yang sama secara gratis. Mulai dari
itulah, pelan-pelan bersama Rhea, Lakshmi mengembangkan mesinnya dengan
melibatkan dan melatih perempuan-perempuan di desanya membuat pembalut.
Apa yang diusahakan secara kolektif
dalam adegan-adegan film ini bersama perempuan-perempuan di desanya sebenarnya
adalah usaha kritis untuk memberdayakan perempuan. Di samping mengkampanyekan
bahwa masa menstruasi adalah hal yang normal, pemberdayaan perempuan melalui
pabrik mini yang mereka ciptakan ikut serta membantu perekonomian keluarga-keluarga
miskin di desanya dengan cara menjual pembalut buatan sendiri dengan harga yang
lebih terjangkau.
Dari desa untuk dunia
Usaha Muruganantham bukan tanpa
hambatan. Ketika pertama kali membuat pembalut ia ditentang istrinya sendiri
karena ikut campur urusan perempuan. Perlu diketahui, di India, karena tradisi
sangat tabu membicarakan masalah menstruasi apalagi bagi lelaki. Menstruasi
dianggap tema pembicaraan yang tidak layak dibicarakan secara publik sekalipun
dalam skala rumah tangga.
Itulah sebabnya, akibat sikap
Muruganantham yang “keras kepala” ingin mencari solusi pengganti kain lap
sebagai pembalut harus merelakan rumah tangganya hancur ditinggalkan istrinya.
Bahkan, karena membuat malu keluarga besarnya, ia akhirnya harus pergi meninggalkan
desanya setelah dihakimi secara sosial.
Tapi, niat Muruganantham sudah
kepalang di atas ubun-ubun, usahanya membuat pembalut menarik minat dunia
setelah ia berhasil memenangkan penghargaan inovasi dari presiden India.
Diundanglah ia oleh PBB untuk membicarakan temuannya sekaligus perlawanannya
melawan penyakit reproduksi yang disebabkan ketakutan menggunakan pembalut.
Berkat usahanya melawan mitos dan
ketakutan seputar penggunaan pembalut, perlahan-lahan, dari desa ke desa,
seiring berjalannya waktu mesin-mesin itu dapat menyebar ke 1.300 desa di 23
negara bagian.
Kini lelaki yang masuk 100 Tokoh
Paling Berpengaruh di Dunia menurut majalah Time 2014 lalu telah memproduksi
alat temuannya untuk disebarkan bagi 104 negara-negara miskin termasuk Kenya,
Nigeria, Mauritius, Philipina, dan Bangladesh.
Berkat tindakannya ini,
Muruganantham digelari sebagai “pahlawan”. “Jika di Amerika punya Superman,
Batman, atau Spiderman. Maka di India ada Padman,” Ungkap Amitabh Bachchan yang
muncul sebagai cameo.
---
telah terbit di kalaliterasi.com